Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

DI RUANG PERAWATAN ANAK RS ANISA

Disusun Oleh :

INDRIYANI LESTARI

(191030200026)

PROGRAM STUDI NERS

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

2019
BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Medis

A. Pengertian

Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM)

adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus

pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian

dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009)

Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan

gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung

selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa

yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh

coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus

71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988)

Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud

kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan vesikel di

tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008)

Menurt Widodo Judarwanto (2009) Penyakit KTM (kaki, tangan dan mulut)

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam familli

Picorna Viridae (Pico= kecil) genus enterovirus (Non Polio). Penyakit yang dapat

disebabkan oleh kelompok virus ini diantaranya:

1. Vesicular stomatitisdengan exanthem (KTM): Cox-16, EV 71

2. Vesicular pharyngitis (Herpangina)- EV 70

3. Acute lymphonodular pharyngitis- Cox A-10


B. Epidemiologi dan penularan penyakit

Menurut Widodo Judarwanto (2009) epidemiologi penyakit KTM adalah

sebagai berikut:

1. Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. KTM

adalah penyakit yang umum atau biasa dan sering terjadi pada masyarakat

yang crowded atau padat dengan higiene, sanitasi yang burukdan menyerang

anak-anak usia 2 minggu-5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Orang dewasa

umumnya kebal terhadap enterovirus. Selama terjadi peningkatan infeksi EV

71 dalam jumlah yang banyak, seseorang akan mengalami penurunan anti

bodi.

2. Penularannya bisa terjadi secara horisontal transmision yaitu dari anak ke

anak atau pun dari ibu ke fetus (Jayakar, e-journal: 2009). Penyebarannya

dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet

aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan

penularan secara tidak langsung melalui barang handuk, baju, peralatan

makan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut.Penyakit ini

tidak meiliki vektor namun ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoak.

3. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena

KTM lagi oleh virus strain atau enterovirus lainnya. Menurut Kow-Ton-Cen,

pada saat terserang oleh EV71 dalam jumlah yang banyak seseorang akan

mengalami penurunan antibodi.

4. Masa inkubasi penyakit ini termasuk pendek yaitu antara 2-5 hari atau 2-6

hari. Gejala sistemik muncul dalam 24-48 jam, lesi tersebar pada kulit dan

mukosa oral. Exandem akan muncul dengan makula, kemudian berubah

menjadi papula dan vesikulalesi ini tersebar dalam 10-14 hari (Yirdiz

Batirbaygil, 1988).
C. Penyebab

HFMD/KTM disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda yang

sebelumnya termasuk dalam enterovirus (Health and Human services agensy).

Yang paling sering adalah Coxackie Virus 16 dan kadang-kadang enterovirus

71atau enterovirus yang lain.Yang termasuk didalam entero virus adalah

rhinovirus, Cardiovirus, Aphtoviru. Di dalam jenis aphtovirus. (Widodo

Judarwanto; 2009).

D. Patofisiologi

Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal,

materi fekal maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus

implantasi ke mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan

bereplikasi di daerah tersebut kemudian menyebar ke usus (ileum) dan

bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan kelenjar getah bening

dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar ke mukosa

mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah

terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus

tereliminasivirus dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009;

JabatanKesehatan Negeri Serawak: 2006).

Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak

merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan

akut flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik

tetapi melalui mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus

masuk melalui central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah

ke blood brain barier (BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf

perifer melalui axon.

Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71

terjadi brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai


respon terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut

inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008).

E. Manifestasi klinis

Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, E-

journal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu

sebagai berikut:

1. Diawali dengan demam dengan suhu 38,30C dengan durasi 2-3 hari

2. Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral)

3. Nyeri telan atau pharingitis

4. Kehilangan nafsu makan

5. Pilek dan gejala seperti flu


Gambar 1. Lokasi lesi
6. Malaise.

7. Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut

dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau

luka/lesi.

8. Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di

tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo

vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik

dalam 7-10 hari.

Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988):

a) Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah

dengan cepat menjadi vesikula.

b) Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan

timbul nyeri.

c) Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral.

Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai

berikut:
(1) Hiperpireksiasuhu lebih dasri 390 C.

(2) Demam tidak turun-turun (prolong fever).

(3) Tachicardia (jantung berdenyut cepat).

(4) Tachipnea atau apnea.

(5) Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau

dehidrasi.

(6) Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun.

(7) Nyeri pada leher, lengan dan kaki.

(8) Kejang.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah

Leukosit>10.000 u/L

b. Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan

c. Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di

mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air,

2009).

2. Pemeriksaan Radiologi

MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem

ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008).


G. Penatalaksanaan

Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita

HFMD yaitu:

1. Farmakologi

 Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang

tersedia.

 Pengobatannya secara simptomatik.

 Antiseptik diberikan di daerah mulut.

 Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya

paracetamol.

 Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada

anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat

menyusui.

 Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan

mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988).

 Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat

diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan

immunocompromis atau neonatus.

2. Suportif

a. Istirahat yang cukup.

b. Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi

yang optimal.

c. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan

lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang

lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.


A. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata

b. Usia: HFMD menyerang anak usia 2-5 tahun kadang sampai usia 10 tahun,

orang dewasa pun dapat mengalaminya namun kemungkinannya sangat

kecil (Judarwanto widodo, 2009).

c. Jenis kelamin: tidak ada perbedaa antara laki-laki dan perempuan

d. Lingkungan: penyakit ini sering terjadi pada musim panas dan pada

masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan hyang

buruk

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Demam dengan suhu 38,00Catau > 390C, nyeri telan (Pharingitis), nafsu

makan menurun, pilek atau flu, malaise, terdapat lesi di telapak tangan, kaki,

bibir, lidah, gusi, dan tenggorokkan seperti sariawan, takikardi, tachipnea atau

apnea, dehidrasi, letargie, kejang, muntah, diare (Jayakar, e- Jurnal, 2009;

Widodo Judarwanto, 2009).

3 Riwayat penyakit dahulu

Dahulu ibu pernah mengalami HFMD saat hamil atau anak pernah mengalami

HFMD dapat terkena lagi dengan enterovirus lainnya.

4 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

Status gizi anak yang terserang HFMD sangat bervariasi. Kebanyakan dari

kasus yang ada/ ditemukan akan terjdi penurunan gizi dan terjadi

perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan

tenggorokkan yang menyebabkan anak menjadi malas makan (Batir baygil,

1988)
 Pola pemenuhan kebutuhan higiene perseorangan.

Perilaku yang berhubungan dengan keberasihan diri seperti mencuci tangan

setiap kali melakukan kegiatan atau bermain. Frekuensi mandi, penggunaan

handuk dan pakaian, alat makan, pakaian dan mainan (Travira Air, 2009)

 Pola pemenuhan kebutuhan eliminasi

Dalam keadaan yang berat anak dapat mengalami dehidrasi dan diare

(Widodo Judarwanto, 2009) hal ini akan menyebabkan gangguan pada

sistem Eliminasi urinedan sistem eliminasi alvi anak dapat mengalami

diare.

 Pola pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat

Anak usia toodler merupakan masa bermain. Saat sakit aktivitas bermain

dibatasi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, selan itu anak

mengalmai peningkatan suhu tubauh, anak menjadi gelisah, rewel, malaise

dan lethargi akibatnya anak cenderung gelisah sehingga kebutuhan tidur

tidak terpenuhi (Three Rivers 2009).

5 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum anak tampak sakit ringan sampai sedang, namun dalam

keadaan dapat juga tampak sakit berat. Anak tampaklemah, rewel, merah di

tangan kaki dan lesi di mulut dan tenggorokkan

 Tanda-tanda vital: suhu tinggi 38,00C atau bisa> 390C, nadi tachikardi,

pernapasan terkadang normal, namun dalam keadaan gawat dapat terjadi

Tachipnea atau apnea, TD dapat normal dapat juga meningkat

 Kepala: bentuk kepala normal,tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut

merata

 Mata: sklera putih, konjungtiva merah (ini terjadi pada anak yang demam

tinggi), pada palpasikelenjar lakrimalis diperiksa adanya nyeri tekan/ tidak.

 Hidung: inspeksi adanya sekret dan pernapasan cuping hidung


 Mulut: terdapat macula, papula dan vesikel. Vesikel yang telah pecah

menyebabkan stomatitis. Tampak kemerahan pada pangkal lidah dan uvula

 Leher: bentuk leher simetris, tidak ada bnejolan, tidak ada nyeri tekan

 Dada: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas

tambahan/ ada suara nafas tambahan jika anak pilek berkepanjangan;Dapat

terjadi pernapasan cepat dan dalam jika anak mengalami edema paru

 Perut: inspeksi normal ( tidak tegang, tidak icterus, tidak adanya pelebaran

pembuluh darah abdomen), BU normal 5-35x/menit atau meningkat bisa

juga menurun, pada palpasi tidak ada pembesaran hepar. Perkusi timpani.

 Anggota gerak atas dan bawah

Inspeksi ada merah-merah di telapak tangan dan kaki, saat dipalpasi tidak

ada nyeri tekan . Lesi di telapak tangan dan kaki mulai dari bentuk macula

sampai vesikula. Pada keadaan berat lesi bisa sampai pada tungkai kaki.

 Integumen: terdapat merah-merah di tangan dan kaki, bisa juga di lengan

dan betis dan di bokong

 Genitalia: tidak mengalami kelainan/normal.

1. Diagnosa keperawatan (Wong, 2004)

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

b. Hipertermi berhubungan dengan viremia

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam

d. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada

mukosa oral

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis.

f. Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus


g. Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang

pengetahuan orangtua tentang penyakit anak

h. Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual

akibat hospitalisasi, tindakan traumatik

i. Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD

(penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan

kurangnya informasi

2. Intervensi keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum

Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan

kriteria hasil:

a. RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit)

b. Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi

c. Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi

d. Produksi sputum berkurang

e. Batuk efektif

Intervensi:

(1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan

tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau

fisioterapi nafas

R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret

di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru.

Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga

kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan

(2) Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat

R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu

mengencerkan secret
(3) Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator.

R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat

melebarkan bronkus/jalan nafas.

(4) Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret

R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan

membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.

(5) Lakukan penghisapan/suction

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien

yang tidak mampu batuk efektif.

(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik

atau broncodilator

R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas.

(7) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum.

R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan

tindakan.

2) Hipertermi berhubungan dengan viremia

Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil :

a. Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC)

b. Kulit tidak tampak kemerahan

c. Akral hangat

d. Nadi normal (70-110x/menit)

Intervensi:

(1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan

untuk mengatasi demam.

R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan

pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya

peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu

orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan.


(2) Berikan kompres dengan menggunakan air hangat

R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga

meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi

(3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.

R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.

(4) Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC

R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi

(5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (10-

15mg/kgBB)

(6) R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang

berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh

(7) Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak

panas

R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang

dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam

Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

a. Mukosa bibir lembab

b. Mata tidak cowong

c. Turgor kulit elastis

d. Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam

e. Nadi 70-110x/mnt

f. Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum

menutup)

Intervensi:

(1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak.
R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat demam.

(2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu.

R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan

sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.

(3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan

untuk dehidrasi.

R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi

keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus

holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan sisanya 20cc/

kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam.

(4) Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak

cowong.

R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan

cairan dan kemungkinan terjadinya syok.

4) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada

mukosa oral

Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan

perawatan dengan kriteria hasil:

Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan

Intervensi

(1) Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan

yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri

R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel atau

lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis atau

sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri

(2) Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak.

R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya

dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya


(3) Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan

cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral

R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa bibir

(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus

per oral

R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang

dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu

menghambat replikasi virus pada mukosa oral

(5) Observasi keluhan nyeri pasien.

R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis

Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

a. BB dalam batas normal:

Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9

Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8

b. Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL.

c. Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan

Intervensi

(1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada

orang tua pasien.

R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk

proses penyembuhan.

(2) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan

dengan makanan yang disukai anak.


R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi.

Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.

(3) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur.

R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis.

(4) Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan

serta keluhan pasien .

R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.

6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus

Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan

tindakan keperawatan denga kriteria hasil:

a. Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal

b. Tidak ada lecet

c. Eritema berkurang

Intervensi:

(1) Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah.

R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga

keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan.

(2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami erupsi,

dan membersihkan area tersebut dengan sabun

R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi.

(3) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal.

R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi.

(4) Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien.

R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya.

7) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan

orangtua tentang penyakit anak .


Tujuan: Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua dan

anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan

perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat.

Intervensi:

(1) Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD.

R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain

dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di

mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki.

(2) Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya

R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif dalam

tindakan yang dilakukan

(3) Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak

R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami

peerkembangan kesehatan anak

(4) Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat

R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu

mengurangi kecemasan orang tua

(5) Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang

tua.

R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

8) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual

akibat hospitalisasi, tindakan traumatik .

Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

dengan kriteria hasil:

a. Wajah anak tampak rileks


b. Anak tidak menangis saat didatangi petugas

c. Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan

perawatan

Intervensi :

(1) Bina hubungan saling percaya dengan anak.

R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak.

(2) Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan

R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.

(3) Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.

R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan

ketakutan anak ke mainan.

(4) Ciptakan lingkungan yang kondusif.

a. Kenalkan dengan teman sekamar

b. Orientasikan lingkungan kamar

c. Kenalkan dengan petugas

R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan lingkungan.

(5) Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan

anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan.

(6) Observasi tingkat kecemasan anak.

R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

9) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan,

penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang

penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan

dengan kriteria hasil:


a. Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal

dan pencegahan HFMD.

b. Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan

pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya.

Intervensi :

(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya.

R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang

penyakitnya.

(2) Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan

penanganan).

R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang

menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan

barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau

minum dll.

(3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.

R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus.

(4) Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan.

R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan

pemahaman tentang penyakit.


BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian Tanggal: 9 Juni 2014

Pengumpulan Data

3.1.1 Identitas Kepala Keluarga

1) Nama kepala keluarga : Tn.A

2) Umur : 58 Tahun

3) Pekerjaan : Swasta

4) Pendidikan : SMA

5) Agama : Islam

6) Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia

7) Alamat : Surabaya

3.1.2 Jarak dengan pelayanan kesehatan terdekat

1) Puskesmas : ± 500 m

2) Puskesmas pembantu :-

3) Posyandu : 300 m

4) Poliklinik :-

3.1.3 Susunan anggota kelurga

No Nama L/P Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Hub. kel Ket

1. Tn. A L 58 thn Islam Tamat SMA Peg. Swasta KK Sehat

2. Ny. M P 56 thn Islam Tamat SMA IRT Istri Sehat

3. Tn. M L 32 thn Islam Sarjana PNS Menantu Sehat

4. Ny. N P 32 thn Islam Sarjana Swasta Anak Sehat

5. An. M.R L 13 Islam Cucu Sakit


bulan HFMD

3.1.4 Genogram

An. M.R
13 bulan

= laki-laki

= perempuan

= pasien
= tinggal dalam satu rumah

3.1.5 Tipe keluarga

Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga ekstandet yang terdiri dari bapak,

ibu, anak dan cucu dalam satu rumah.

3.1.6 Status sosial ekonomi

Tn. A bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan ± 2 juta perbulan.

Rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal merupakan milik dari anaknya

sedangkan rumahnya sendiri dikontrakkan. Tn. M bekerja sebagai PNS di Lumajang

dengan penghasilan ± 3 juta dan Ny. N bekerja sebagai pegawai swasta dengan

penghasilan ± 3 juta. Dalam keluarga memiliki 2 kendaraan sepeda motor, 1 televisi,

1 lemari es dan perabotan rumah tangga lain.

3.1.7 Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga ini sering menghabiskan waktu libur untuk bepergian ke tempat

saudara di Lumajang. Semua keluarga baru bisa berkumpul setelah pukul 18.00 WIB

dan biasa menonton TV bersama karena Tn. A dan Ny. N sibuk bekerja.

3.1.8 Kegiatan dalam kehidupan sehari – hari

1) Kebiasaan kebersihan perorangan: An.M.R mandi 2x/hari, keramas 1x/hari

dibantu oleh neneknya. Nenek mengungkapkan sudah melatih cucunya untuk

mencuci tangan sebelum makan.

2) Kebiasaan aktivitas, istirahat/tidur: nenek mengungkapkan An.M.R tidur siang

mulai jam 12.00-15.00, sedangkan malam mulai jam 21.00-06.00. An. M R

biasa tidur siang dengan neneknya dan tidur malam dengan ibunya. An. M.R

biasa langsung tidur di kamar tanpa harus digendong dulu. Sehari-hari An. M.F

bermain dengan teman di sebelah rumah. Permainan yang biasa dimainkan

adalah bermain pistol-pistolan dan menyusun balok. An. M.R jarang digendong

dan sering main di depan TV atau di teras rumah. Saat dikaji klien minta untuk

keluar rumah
3) Eliminasi

Nenek mengungkapkan An. M.R BAK 7-9 kali. Anak masih sering ngompol.

BAB setiap hari dengan konsistensi lembek.

4) Kebiasaan makan: klien makan 3x/hari dengan komposisi nasi tim, lauk dan

sayur. Lauk yang biasa diberikan adalah daging ayam, telur, hati ayam, dan

tahu tempe. Sayur yang diberikan adalah bayam, wortel, sawi. An. M.R tidak

memiliki alergi terhadap makanan. Lauk yang disukai oleh An. M.R adalah

telur ayam. An. M.R biasa menghabiskan makanan yang sudah disiapkan oleh

neneknya. Klien minum susu ± 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30.

Minum air putih kadang-kadang bila minta saja. Saat dikaji, nenek

mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok

saja karena mengeluh mulutnya sakit.

3.1.9 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

3.1.9.1 Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga ini memasuki tahap VI dengan anak sudah menikah dan

mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan mempersiapkan diri untuk kepergian

anaknya.

3.1.9.2 Tugas pada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Masih terdapat tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu Ny. N

masih tinggal dengan orang tuanya dan belum bisa hidup mandiri.

3.1.9.3 Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga (yang serumah) sekarang dan

sebelumnya.

1) Riwayat kelahiran

BBL: 3300 gram

TB Lahir: 48 cm

Anak lahir normal dibantu oleh bidan.


2) Imunisasi

Anak M.R sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis 1-

3, DPT 1-3, Polio dan campak dan tidak mengikuti imunisasi tambahan selain

imunisasi dasar.

3) Tumbuh kembang

Pertumbuhan:

BB: 9,5 kg (berat badan turun 200 gram dari sebelum sakit)

BB anak usia 13 bulan normal: 2n+8= (2.1) + 8= 10 kg

LILA: 15 cm

Gigi susu sudah mulai tumbuh 4 gigi.

Perkembangan:

Motorik halus: nenek mengungkapkan bahwa cucunya sudah bisa memegang

sendok dan mencoba makan sendiri meskipun terkadang makanannya banyak

yang tumpah. An. M.R sudah bisa memegangi mainan.

Motorik kasar: Anak M.R belum bisa berjalan sendiri tetapi sudah bisa berdiri

dan berjalan dengan bantuan.

Sosialisasi: An. M.R tidak menangis dan takut saat didekati oleh orang asing

dan mau berjabat tangan.

Bahasa: Anak M.R sudah bisa mengucapkan satu kata seperti “mama dan

maem”.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

An. M.R sering menderita sakit batuk-pilek ringan yang sembuh saat minum

obat dari Puskesmas. Dalam keluarga tidak ada yang sedang menderita penyakit

flu Singapura.

5) Riwayat Penyakit Sekarang

An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014)

dan sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan


Demacolin dalam bentuk puyer. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk

pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan mulai timbul

bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Akhirnya nenek klien membawa

An. M.R ke Puskesmas. Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes

sebelum makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1

dan mendapat pesanan dari dokter untuk tetap memberikan makan apa yang

anak mau, untuk sementara jangan biarkan An. M.R bermain dengan temannya

karena nanti dapat menularkan kepada teman-temannya.

6) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan umum pasien: agak lemah, tidak rewel.

(2) Tanda – tanda vital:

Suhu 370 C, RR 28x/mnt, Nadi 106x/mnt

NRS: 2

(3) Kepala dan leher: Rambut bersih, warna hitam dan terlihat beberapa helai

rambut yang rontok, konjungtiva merah muda, sklera putih. Tidak terdapat

polip pada hidung, terdapat sariawan di seluruh permukaan mulut, mukosa

bibir lembab, keadaan kedua telingga bersih.

(4) Dada: Bentuk dada simetris, suara perkusi dada sonor. Saat di auskultasi

terdengar suara vesikuler di semua lapang paru dan terdengar jelas bunyi lup-

dup di mid clavicula ICS 4-5.

(5) Abdomen: Perut supel tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi terdengar bunyi

suara timpani, saat diauskultasi bising usus 25 x/menit. Kandung kemih

kosong.

(6) Ekstremitas: Tidak ada kelemahan pada ektremitas, CRT < 2 detik.

(7) Punggung: Tidak terdapat kelainan tulang belakang.


(8) Integument: Kulit lembab, turgor kulit < 2 detik, terdapat vesikula pada

telapak tangan dan kedua tungkai klien.

3.1.10 Lingkungan

1) Karakteristik rumah (termasuk denah rumah)

Rumah yang dimiliki keluarga ini merupakan rumah milik anaknya sendiri

dengan panjang rumah 13 m2 dan lebar 6,5 m2 dinding rumah terbuat dari tembok,

tembok samping menempel dengan rumah tetangga, ruangan rumah terdiri dari ruang

tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi, saptic terletak disamping rumah. Lantai

rumah terbuat dari keramik. Ventilasi sinar matahari cukup masuk ruangan, masing-

masing kamar tidur ada jendela dan diruang tamu juga ada jendela. Penataan rumah

rapi dan bersih. Terdapat satu tempat sampah yang tertutup di dapur dan di depan

rumah. Sampah diambil oleh petugas pengambil sampah 2 hari sekali. Terdapat

kamar mandi dengan bak air yang setiap hari air selalu diganti. Keadaan lantai kamar

mandi tidak licin. Keluarga mencuci alat makan dengan menggunakan bak kecil.

Keterangan:
4 3
1. ruang tamu

2. ruang tidur
2
3. dapur

4. kamar mandi/ WC
2

1
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Keluarga Tn. A tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah

dengan rumah lain salin berhimpitan. Keluarga Tn.A tinggal di lingkungan RT yang

memiliki kerukunan hidup antar warga. Dalam kehidupan sehari – hari mereka saling

bantu dan tolong menolong. Hubungan antar keluarga Tn.A dan tetangga terjalin

baik. Terdapat balita di samping kanan-kiri rumah Tn. A

3) Mobilitas Geografis Keluarga

Tn.A tinggal di rumah ini sejak 3 tahun yang lalu.

4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Tn. A rajin mengikuti kegiatan di masjid dekat rumah, sedangkan Ny.M rutin

dan aktif dalam kegiatan PKK di RT dan guru mengaji. Ny. M rutin mengikuti

kegiatan di masyarakat dan selalu mengikuti penyuluhan yang ada di masyarakat.

Penyuluhan terakhir yang didapatkan pada posyadu balita pada Bulan Juni adalah

tentang Flu Singapura. Anak M.R sering bermain dengan anak-anak tetangga yang

lain. Ny. M mengungkapkan bahwa di sekitar rumahnya belum ada yang menderita

Flu Singapura.

5) Sistem Pendukung Keluarga

Tn. A mengungkapkan bahwa biaya pengobatannya di puskesmas gratis karena

Tn. A dan keluarga terdaftar dalam BPJS In Health Silver.

3.1.11 Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi Keluarga

Pola komunikasi keluarga ini bersifat terbuka, apabila ada masalah selalu

dibicarakan bersama – sama dan berusaha mencari jalan keluar tanpa melibatkan

emosi. Tn.A mengatakan komunikasi dilakukan secara musyawarah. Dimana

keluarga saling tukar menukar informasi, menerima gagasan, dan memiliki batasan-

batasan dalam menyaring informasi yang diterima oleh keluarga dan segala

keputusan akan dipertimbangkan dan diputuskan oleh Tn.A sebagai kepala keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga

Sebagai kepala keluarga Tn.A paling berperan dalam pengambilan keputusan

meskipun bila ada masalah dibicarakan bersama istri dan anaknya. Tn. A juga

melibatkan Tn. M dalam pengambilan keputusan

3.1.12 Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Sikap dan kebutuhan kasih sayang antar anggota keluarga dapat terjalin dan

terpenuhi dengan baik, keluarga saling memperhatikan. An. M.R bertemu dengan Tn.

M setiap ± satu bulan sekali.

2) Fungsi Social

Hubungan antar anggota keluarga baik dan saling membantu dalam

melaksanakan tugas dalam keluarga. Keluarga Tn.A juga membina hubungan yang

baik dengan tetangga sekitar rumahnya. Ny. M mengajarkan kepada cucunya untuk

berjabat tangan dengan orang lain yang bertamu di rumahnya.

3) Fungsi Perawatan Keluarga

Keluarga mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan sakit apabila benar –

benar tidak dapat melakukan aktivitas apa – apa sedangkan sehat merupakan suatu

keadaan yang mampu melakukan aktivitas tanpa ada keluhan. Ny. M mengetahui

sakit yang diderita cucunya adalah sakit yang dapat menular dan harus segera diatasi

oleh tenaga kesehatan.

(1) Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan

Ny. M mengungkapkan sudah pernah mendapat informasi tentang penyakit

anaknya dari dokter saat penyuluhan di Posyandu dan saat ditanya kembali nenek

bisa menjawab tentang sakit yang diderita anaknya yaitu penyakit flu Singapura yang

disebabkan kerane virus yang dapat menular ke anak-anak lain tetapi Ny. M

mengungkapkan masih bingung tentang tanda dan gejala, penanganan penyakit flu
Singapura dan cara pencegahan Flu Singapura. Ny. M mengungkapkan bahwa

cucunya dibelikan vitamin penambah napsu makan oleh Ny. N.

(2) Kemampuan Keluarga dalam Mengambil Keputusan

Ny. M mengungkapkan saat cucunya mulai sakit batuk-pilek dan panas maka

keputusan yang diambil Ny.M dan Ny. N adalah membawa anaknya berobat ke

Puskesmas atau ke dokter.

(3) Kemampuan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Ny. M mengungkapkan bahwa saat ini merasa cucunya masih perlu banyak

istirahat dan untuk sementara tidak dapat bermain dengan anak tetangga karena dapat

menularkan penyakitnya ke anak tetangga. Ny. M mengungkapkan ingin membelikan

vitamin pada cucunya supaya cepat sembuh. Perawatan yang diberikan oleh Ny.M

dan Ny. N saat An. M.R sakit demam adalah memberikan kompres air hangat.

Keluarga selalu memberikan obat sesuai dengan yang dipesan oleh dokter.

(4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan

Tn.A tinggal di rumah yang cukup nyaman. Ny. M mengungkapkan menutup

pintu rumahnya karena cucunya selalu minta untuk keluar rumah dan bermain dengan

teman-temannya. Ny. M tidak mengikuti kegiatan di Masjid karena takut cucunya

ikut dan menulari anak-anak yang di Masjid.

(5) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan

Jarak puskesmas dari rumah Ny. M ± 500 m, jika ada keluarga yang sakit

langsung dibawa ke puskesmas. Dan keluarga ini juga tidak memiliki pengalaman

yang tidak menyenangkan dengan pelayanan kesehatan.

4) Fungsi reproduksi

Keluarga mengungkapkan bahwa tidak ada masalah dengan alat reproduksinya.

Ny.N mengikuti KB suntik 1 bulan sekali yang didapatkan dari Puskesmas.

3.1.13 Stres dan Koping keluarga

1) Stresor jangka panjang dan jangka pendek

(1) Stresor jangka panjang


Ny. M takut jika penyakit flu Singapur kambuh lagi.

(2) Stresor jangka pendek

Ny.M mengungkapkan takut cucunya tidak segera sembuh dari sakitnya dan

takut jika anaknya susah makan dan menulari anak-anak yang lain.

2) Strategi koping yang digunakan

Ny. M mengungkapkan apabila keluarga tidak dapat memecahkan masalah

maka akan dirundingkan dengan anggota keluarga lain untuk menemukan jalan

keluar.

3.1.14 Harapan Keluarga

Keluarga berharap An. M.R segera sembuh dan dapat bermain dengan teman-

teman di sekitar rumahnya.


3.2. Analisa Data

No Data Masalah Kemungkinan

penyebab

1 S: Nenek mengungkapkan Nutrisi kurang dari HFMD

An.M.R makan hanya 2-3 kebutuhan tubuh ↓

sendok. Infasif ke mukosa oral

O: ↓

- KU An.M.R lemah Terbentuknya vesikel

- Terdapat sariawan di semua ↓

permukaan mulut Nyeri saat

- BB: 9,5 kg dengan usia 13 makan/minum

bulan (berat badan turun ↓

200 gram dari sebelum Intake kurang adekuat

sakit) ↓

- LILA: 15 cm Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

2 S: nenek klien Resiko penularan HFMD

mengungkapkan An. M.R penyakit ↓

ingin keluar rumah dan Penyakit menular

bermain dengan teman- ↓

temanya, An. M.R sering ikut Resiko penularan

neneknya pergi mengajar penyakit

mengaji di Masjid. Ny. M

mengungkapkan bahwa di

sekitar rumahnya belum ada

yang menderita Flu

Singapura. Ny. M
mengungkapkan An. M.R

sering bermain dengan anak-

anak tetangga yang lain.

O:

- Saat dikaji klien minta

untuk keluar rumah

3.3. Prioritas Diagnosa Keperawatan

3.3.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah 3/3x1=1 1 An.M.F makan hanya 2-3 sendok

(aktual) saat makan. Pemenuhan asupan

makanan yang tidak adekuat akan

dapat mempengaruhi proses

penyembuhan penyakit dan

menggaggu proses tumbuh

kembang anak

2. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Ibu klien menyadari anaknya perlu

masalah dapat diubah intake nutrisi yang adekuat untuk

(sebagian) mempercepat kesembuhan.

3. Potensial masalah 2/3x1=2/3 2/3 Keluarga mendukung perawatan

dapat dicegah klien yaitu dengan mau

(cukup) membelikan vitamin penambah

napsu makan.

4. Menonjolnya 2/2x1=1 1 Klien mengalami masukan nutrisi

masalah yang kurang adekuat, sedangkan

(masalah dirasakan nutrisi diperlukan untuk


harus segera mempercepat kesembuhan.

ditangani)

Total skor 3

3.3.2. Resiko penularan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah 2/3x1=1 2/3 Nenek klien mengungkapkan An.

(resiko) M.R ingin keluar rumah dan

bermain dengan teman-temanya,

An. M.R sering ikut neneknya

pergi mengajar mengaji di Masjid.

Saat dikaji klien minta untuk

keluar rumah

2. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Nenek klien mengungkapkan tau

masalah dapat diubah bahwa penyakit yang diderita oleh

(sebagian) cucunya dapat menular ke anak

lain. Nenek sudah melarang

cucunya untuk keluar rumah.

3. Potensial masalah 2/3x1=2/3 2/3 Keluarga mendukung perawatan

dapat dicegah klien untuk mencegah penularan .

(cukup)

4. Menonjolnya 2/2x1=1 1 HFMD adalah penyakit

masalah yangdisebabkan oleh virus dan

(masalah dirasakan dapat menular.

harus segera

ditangani)

Total skor 3 1/3


3.4. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari

infeksi virus.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan

napsu makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan

An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang

9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.


3.5. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnose Tujuan Creteria/Evaluasi Rencana Tindakan

Keperawatan
Umum Khusus Criteria Standart
Keluarga

1 Resiko penularan Tidak terjadi 1. Keluarga mengerti Verbal 1. Keluarga dapat 1. Jelaskan kepada keluaga bahwa

penyakit penularan tentang pengertian dan mengetahui tentang penyakit yg diderita An. M.R adalah

berhubungan penyakit setelah Flu Singapura, observasi pengertian Flu penyakit menular
34

dengan adanya agen dilakukan 3x penyebab, gejala, Singapura, penyebab, 2. Jelaskan kepada keluarga tentang

penularan dari tindakan cara penularan, gejala, cara penularan cara-cara pencegahan penularan

infeksi virus. kunjungan dengan dan dan cara penanganan. penyakit.

interval 1-2 hari penanganannya 2. Keluarga dapat 3. Motivasi keluarga untuk melakukan

serta cara menjelaskan tentang cara tindakan pencegahan penularan

pencegahan dari pencegahan penularan penyakit

Flu Singapura penyakit 4. Jelaskan kepada keluarga tentang


2. Keluarga tidak Psikomot 3. Keluarga dapat adanya tanda dan gelaja dari

menemukan or menerapkan tindakan penularan penyakit Flu Singapura

adanya tanda dan mencegahan penularan 5. Observasi pengetahuan dan tindakan

gejala seperti tanda penyakit keluarga tentang cara pencegahan

dan gejala dari Flu 4. Keluarga dapat penularan penyakit.

Singapura pada mengetahui tentang

anggota keluarga tanda dan gejala adanya

atau tetangga penularan Flu Singapura


35

sekitar

2. Nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi 1. Keluarga mengerti Verbal & 1. Keluarga mengerti 1. Jelaskan pada keluarga tentang

kebutuhan tubuh An. M.F tentang pentingnya observasi bahwa nutrisi sangat pentingnya asupan nutrisi yaitu

berhubungan terpenuhi setelah asupan nutrisi penting untuk untuk memenuhi gizi pada anak

dengan penurunan dilakukan 3x 2. Keluarga mengerti pemenuhan gizi pada sehingga imunitas anak menjadi baik

keinginan napsu kunjungan dengan tentang pemberian anak sehingga anak dan anak tidak mudah sakit.
makan sekunder interval 1-2 hari makanan yang menjadi tidak mudah 2. Sarankan pada keluarga untuk

akibat anoreksia bervariasi sakit. memberi makan pada klien dengan

ditadai dengan 3. Keluarga mampu 2. Keluarga dapat porsi sedikit tapi sering.

nenek memberikan menjelaskan kembali 3. Motivasi keluarga untuk membujuk

mengungkapkan makanan yang tentang jadwal klien makan jika tidak mau makan

An.M.R hanya bervariasi pemberian makan dan 4. Ajarkan kepada keluarga dalam

makan 2-3 sendok 4. Keluarga mampu variasi makanan yang pembuatan modisko.

saja, An. M.R memberikan diberikan 5. Sarankan kepada keluarga untuk


36

tampak lemah, BB makan sesuai Psikom 3. Keluarga dapat menyajikan makanan dalam keadaan

sekarang 9,5 kg dengan jam makan otor memberikan makanan menarik dan bervariasi

dengan usia 13 5. Keluarga dapat yang bervariasi 6. Motivasi keluarga untuk

bulan, Lila 15 cm. menangani 4. An. M.R dapat menimbangkan anaknya di posyandu

penyulit makan menghabiskan minimal secara rutin.

pada anak ¾ porsi makan yang 7. Kolaborasi dengan dokter dalam


6. Terjadi disediakan. pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan

peningkatan nafsu 5. Keluarga dapat pemberian vitamin 1x1/2 cth

makan pada anak memberikan obat sesuai 8. Observasi keluhan dan kemampuan

dengan resep dokter keluarga dalam memberikan makan,

6. Keluarga nafsu makan anak.

mengungkapkan bahwa

nafsu makan anak

meningkat
37

3.6. Pelaksanaan
No Tujuan Khusus Tanggal Implementasi Evaluasi

1. 1. Keluarga mengerti tentang 9 Juni 1. Jam 16.05 menjelaskan bahwa penyakit Flu Singapura disebabkan Tanggal 11 juni 2014

cara penularan penyakit 2014 karena virus yang dapat menular. Penularan dapat disebabkan karena S: Nenek klien

2. Keluarga mengerti tentang kontak dengan penderita, lewat udara dan lewat air liur. Tidak ada mengungkapkan sudah

cara pencegahan penularan penanganan secara khusus, hanya sesuai dengan gejala yang muncul, tahu kalau penyakit yang

penyakit seperti jika panas dilakukan kompres dengan air hangat. diderita oleh An M.R

3. Keluarga dapat mengerti 2. Jam 16.27 menjelaskan kepada keluarga untuk tidak mengajak anak dapat menular, nenek klien
38

tentang gejala terjadinya keluar rumah dan bermain dengan temannya dulu, selalu cuci tangan mengungkapkan An. M.R

penularan dan menjaga kebersihan sebelum dan sesudah memegang An. M.R sudah jarang keluar rumah

3. Jam 16.35 menjelaskan kepada keluarga tanda dan gejala adanya dan jarang bermain dengan

penularan penyakit Flu Singapura yaitu jika anak mengalami tanda dan teman. Nenek

gejala seperti Flu Singapura yaitu pada awal gejala akan terjadi demam mengungkapkan selalu

dan seperti batuk pilek, akan muncul bintik-bintik merah pada kaki dan mencuci tangan. Nenek

tangan sertja munculnya sariawan. mengungkapkan tidak ada


4. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan anggota keluarga dan

yang sudah diberikan tetangga sekitar yang

mengalami gejala seperti

Flu Singapura

O: anak berada di dalam

rumah

A: masalah tidak terjadi


39

2. 1. Keluarga mengerti tentang 9 Juni 1. Jam 16.00 menjelaskan pada keluarga pentingnya asupan makanan dan Tanggal 11 Juni 2014

pentingnya asupan nutrisi 2014 minuman yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anaknya S: Nenek klien

2. Keluarga mengerti tentang sehingga kekebalan anak menjadi lebih baik dan anak menjadi tidak mengungkapkan sariawan

pemberian makanan yang mudah sakit. pada mulut anaknya sudah

bervariasi berkurang, nafsu makan

3. Keluarga mampu 2. Jam 16.10 menyarankan pada nenek untuk memberi An. M.R asupan anak M.R sudah mulai

memberikan makanan yang makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan bervariasi. Seperti meningkat, anaknya sudah
bervariasi contohnya jam 7 pagi memberi makan nasi tim semampu klien bisa menghabiskan ¾

4. Keluarga mampu menghabiskan kemudian jam 10 pagi memberi biskuit atau roti untuk porsi makanan yang biasa

memberikan makan sesuai camilan, kemudian jam 13.00 kembali memberi makan nasi atau bubur disediakan. Keluarga

dengan jam makan dan seterusnya diberikan makanan dan camilan sacara selang-seling dan mengungkapkan

5. Berat badan An. M.R lauk bisa bervariasi seperti telur, tahu tempe, atau daging yang yang memberikan makan 3x

meningkat atau tidak dihaluskan. sehari dan menberikan

mengalami penurunan. 3. Jam 16.13 Menyarankan pada nenek untuk memberikan makanan selingan makanan ringan.

pengganti nasi seperti roti atau biskuit bila anak sama sekali tidak bisa Keluarga mengungkapkan
40

mengkonsumsi nasi atau bubur. tetap sabar dan mencoba

4. Jam 16.20 menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan modisko untuk menyuapi anaknya

yaitu dengan membuatkan agar-agar tetapi dapat ditambahkan dengan meskipun agak susah,

susu. nenek mengungkapkan

5. Jam 1623 Memotivasi keluarga untuk membujuk anaknya supaya tetap bahwa akan berusaha

mau menghabiskan makan. untuk selalu


6. Jam 16.25 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan obat menimbangkan cucunya

Mycostatin 6 tetes setelah makan dan tetap memberikan vitamin 1x ½ di posyandu.

sendok obat O: sariawan pada mukosa

7. Jam 16.30 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap rutin mulut berkurang

menimbangkan An. M.R ke posyandu yaitu pada tanggal 2 Juli 2014 A: masalah teratasi

8. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan

yang sudah diberikan.


41
3.7. Catatan Perkembangan

Diagnosa Tanggal S.O.A.P.I.E

Keperawatan

Resiko penularan 10 Juni Jam 16.00

penyakit 2014 S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa

berhubungan penyakit yang diderita oleh cucunya adalah

dengan adanya penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak

agen penularan dari mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan

infeksi virus. bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan

tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk

mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci

tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum

dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak

ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang

memiiki gejala seperti Flu Singapura

O: anak M.R berada di dalam rumah

A: masalah tidak terjadi

P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6

I:

- Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk

tetap melakukan cuci tangan dan tidak

mengajak anak keluar rumah dan bermain

dengan temannya dulu.

E: jam 17.00 Anak M.R berada di dalam rumah,

nenek tidak mengijinkan cucunya untuk keluar

rumah.

Nutrisi kurang dari 10 Juni Jam 16.00

42
kebutuhan tubuh 2014 S: nenek klien mengungkapkan sariawan pada

berhubungan mulut anaknya sudah berkurang tetapi anaknya

dengan penurunan masih sulit untuk makan, keluarga mengungkapkan

keinginan napsu anak hanya bisa menghabiskan ½ porsi dari yang

makan sekunder biasa. Keluarga mengungkapkan bahwa belum

akibat anoreksia membuatkan agar-agar

ditadai dengan O: KU An. M.R masih agak lemah, vesikula pada

nenek mukosa mulut berkurang.

mengungkapkan A: Masalah belum teratasi

An.M.R hanya P: Intervensi diteruskan kecuali no: 1

makan 2-3 sendok I:

saja, An. M.R - Pukul 16.20 Tetap menyarankan pada ibu untuk

tampak lemah, BB memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi

sekarang 9,5 kg sering dan memberikan biskuit, roti atau agar-

dengan usia 13 agar sebagai pengganti nasi.

bulan, Lila 15 cm. - Pukul 16.23 Mendampingi keluarga saat

memberikan makan kepada anak M.R

- Pukul 16.25 Memotivasi keluarga untuk tetap

membujuk anaknya untuk menghabiskan

makanan

- Mengobservasi cara keluarga dalam

memberikan obat Mycostatin 6 tetes setelah

makan

E: jam 17.00 keluarga tampak antusias dalam

memberi makan dan minum pada An. M.R.

An.M.R mau menghabiskan ½ porsi makan yang

disediakan. Keadaan vesikula pada mukosa mulut

43
berkurang, nenek dapat memberikan obat

Mycoctatin 6 tetes setelah makan

Resiko penularan Jam 16.00

penyakit S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa

berhubungan penyakit yang diderita oleh cucunya adalah

dengan adanya penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak

agen penularan dari mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan

infeksi virus. bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan

tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk

mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci

tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum

dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak

ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang

memiiki gejala seperti Flu Singapura

O: anak M.R berada di dalam rumah

A: masalah tidak terjadi

P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6

I:

- Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk

tetap melakukan cuci tangan dan tidak

mengajak anak keluar rumah dan bermain

dengan temannya dulu.

E: jam 17.00 Nenek klien mengungkapkan An. M.R

sudah jarang keluar rumah dan jarang bermain

dengan teman. Nenek mengungkapkan selalu

mencuci tangan. Nenek mengungkapkan tidak ada

anggota keluarga dan tetangga sekitar yang

44
mengalami gejala seperti Flu Singapura

Nutrisi kurang dari 11 Juni Jam 16.00

kebutuhan tubuh 2014 S: keluarga mengungkapkan sariawan pada mulut

berhubungan anaknya sudah berkurang, An.M.R mampu makan

dengan penurunan ¾ porsi makanan yang biasa disediakan. Keluarga

keinginan napsu mengungkapkan memberikan makan 3x sehari dan

makan sekunder menberikan selingan makanan ringan. Keluarga

akibat anoreksia mengungkapkan tetap sabar dan mencoba untuk

ditadai dengan menyuapi anaknya meskipun agak susah.

nenek O: KU An. M.R tampak segar, sariawan pada

mengungkapkan mukosa mulut berkurang.

An.M.R hanya A: Masalah teratasi sebagian

makan 2-3 sendok P: Intervensi dihentikan.

saja, An. M.R I:

tampak lemah, BB - Pukul 16.10 mengingatkan keluarga untuk

sekarang 9,5 kg menimbangkan anak M.R pada pertemuan

dengan usia 13 posyandu bulan Juli yaitu pada tanggal 2 Juli

bulan, Lila 15 cm. 2014.

- Pukul 16.15 menyarankan kepada keluarga

untuk mencoba menbuatkan agar-agar

- Pukul 16.20 memotivasi keluarga untk tetap

memberikan makan sedikit tapi sering dan

bervariasi kepada anak.

E: nenek mengungkapkan bahwa akan berusaha

untuk selalu menimbangkan cucunya di posyandu.

Sariawan pada mukosa mulut anak berkurang.

45
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Biodata

Pada kasus, pasien berumur 13 bulan. Menurut teori Judarwanto Widodo

(2009), HFMD sering menyerang anak-anak usia 2 minggu – 5 tahun (kadang

samapai 10 tahun). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. HFMD sering

menyerang pada anak-anak dikarenakan antibody pada anak masih belum terbentuk

dengan baik sehingga mudah terserang oleh virus.

4.2. Riwayat Penyakit Sekarang

An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014)

Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang-

kadang masih demam dan mulai timbul bintik-bintik merah di telapak tangan dan

kaki. Berdasarkan teori, tanda dan gejalanya adalah diawali dengan demam dengan

suhu 38,30C dengan durasi 2-3 hari, exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi

pada mukosa oral), nyeri telan atau pharingitis, kehilangan nafsu makan, pilek dan

gejala seperti flu, malaise (Widodo Judarwanto, 2009). Terdapat kesesuaian antara

fakta dan teori. Anak M.R mengalami demam pada awal gejala dikarenakan masih

dalam masa inkubasi dan respon tubuh terhadap serangan virus. Erupsi pada kaki,

tangan dan mukosa oral muncul setelah hari 6 yaitu setelah masa inkubasi.

4.3. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (Activity Daily Life)

Anak M.R mengalami penurunan napsu makan. Saat dikaji, nenek

mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok. Klien

minum susu ± 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30. Menurut teori,

kebanyakan dari kasus yang ada ditemukan akan terjadi penurunan gizi dan terjadi

perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan

46
(Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. anak M.R

mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan adanya lesi pada mukosa mulut yang

dapat menurunkan napsu makan.

4.4. Pemeriksaan Fisik

Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi pada kaki dan tangan,

adanya stomatitis, suhu 370 C, Saat di auskultasi terdengar suara vesikuler di semua

lapang paru, Menurut teori, penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada

mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah, demam dengan suhu 38,30C

dengan durasi 2-3 hari (Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta

dan teori. Anak M.R sudah tidak demam karena pada saat pemeriksaan fisik anak

sudah melewati masa inkubasi yaitu pada hari ke-6. Anak M.R didiagnosa oleh

dokter menderita Flu Singapura disebabkan karena tanda dan gejala yang muncul

sesuai dengan tanda dan gejala pada Flu Singapura.

4.5. Lingkungan

Anak M.R tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah

dengan rumah lain salin berhimpitan. Menurut teori Judarwanto Widodo (2009),

penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi

lingkungan yang buruk. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Cara penularan

dari penyakit ini dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui

droplet aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan

penularan secara tidak langsung melalui baranGg handuk, baju, peralatan makan, dan

mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut. Kepadatan penduduk sangat

mempengaruhi penyebaran penyakit karena penyebaran dapat terjadi dengan droplet

aerosol, penyebaran akan semakin mudah dengan udara. Selain itu, semakin padat

penduduk akan semakin banyak kemungkinan kontak dengan penderita dan

lingkungan sehingga virus dapat menyebar dengan mudah.

4.6. Terapi

47
Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum makan, obat

Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1. Menurut teori, tidak ada

pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia dan

pengobatannya secara simptomatik. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Anak

M.R mendapatkan terapi simtomatik saja. Anak M.R mendapatkan parasetamol

karena pasien sempat mengalami demam. Pasien mendapatkan obat Demacolin dan

GG karena ada tanda batuk pilek. Anak M.R mendapat obat Mycostatin untuk

mengobati lesi pada mukosa oral.

4.7. Masalah Keperawatan

Pada kasus didapatkan 2 masalah yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan

resiko penularan. Menurut teori, masalah yang bisa terjadi adalah: ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum; hipertermi

berhubungan dengan viremia; kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan sekunder akibat demam; perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan

dengan degradasi vesikel pada mukosa oral; ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat

stomatitis; kerusakan integritas kulit behubungan dengan proses penyakit akibat

virus; ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan

orangtua tentang penyakit anak; Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan

dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatic; defisit pengetahuan

orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan

pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi. Ada beberapa masalah

keperawatan yang tidak muncul pada kasus, hal ini dikarenakan anak M.R sudah

melewati masa inkubasi sehingga sudah tidak mengalami demam dan kekurangan

volume cairan. Anak tidak mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas

dikarenakan anak sudah mendapatkan terapi dari Puskesmas sejak pertama anak

berobat ke Puskesmas. Masalah gangguan rasa nyaman tidak diangkat karena data

dari pemeriksaan tidak mendukung untuk diangkat masalah gangguan rasa nyaman

48
dan tidak ada terapi khusus untuk masalah nyeri. Tidak diangkat kerusakan integritas

kulit karena lesi yang muncul tidak menimbulkan gatal dan akan hilang pada hari 7-

10. Keluarga tidak mengalami kurang pengetahuan dan ansietas karena keluarga

sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang Flu Singapura baik di Posyandu

maupun di Puskesmas. Terdapat masalah baru yang tidak terdapat pada teori yaitu

resiko penularan. Masalah tersebut diangkat karena keluarga tinggal di daerah yang

padat penduduk dan cara penularan juga dapat terjadi melalui udara.

4.8. Intervensi

Pada masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diberikan intervensi: Jelaskan

pada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yaitu untuk memenuhi gizi pada

anak sehingga imunitas anak menjadi baik dan anak tidak mudah sakit, Sarankan

pada keluarga untuk memberi makan pada klien dengan porsi sedikit tapi sering,

Motivasi keluarga untuk membujuk klien makan jika tidak mau makan, Ajarkan

kepada keluarga dalam pembuatan modisko, Sarankan kepada keluarga untuk

menyajikan makanan dalam keadaan menarik dan bervariasi, Motivasi keluarga

untuk menimbangkan anaknya di posyandu secara rutin, Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan pemberian vitamin 1x1/2 cth, Observasi

keluhan dan kemampuan keluarga dalam memberikan makan, nafsu makan anak.

Menurut teori, intervensi yang dapat diberikan adalah: Jelaskan pentingnya nutrisi

yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien, Berikan makanan

dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang

disukai anak, Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur, Observasi

BB tiap hari dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta

keluhan pasien. Tidak semua intervensi dapat dilakukan, yaitu pengukuran berat

badan karena pada saat dilakukan evaluasi masih 2 hari dari intervensi. Evaluasi yang

dilakukan adalah dengan mengobservasi napsu makan anak dan cara keluarga dalam

memberikan makan anak.

49
4.9. Evaluasi

Pada kasus didapatkan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

teratasi dan masalah resiko penularan tidak terjadi. Secara teori masalah nutrisi akan

teratasi saat sudah tidak terdapat lesi pada mukosa mulut. Penyakit ini akan membaik

dalam 7-10 hari (Jayakar, e-journal 2009). Evaluasi akhir dilakukan pada hari 9 dan

sudah anak sudah dalam proses penyembuhan. Keadaan lesi pada mukosa mulut

sudah berkurang sehingga intake nutrisi sudah mulai kembali seperti sebelum sakit.

Untuk masalah resiko penularan tidak terjadi karena keluarga dapat melakukan

tindakan pencegahan seperti melakukan isolasi pada pasien, gerakan gemar mencuci

tangan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Alih bahasa:

Monica Ester. 2006. Jakarta: EGC.

Dr. Widodo Judarwanto.SP.A. Kesehatan Anda dan Keluarga. Sent. April, 2009.

http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/389249912/name/18+QHSE+Tips+_Flu

+singapura_.pdf diakses selasa 1 Mei 2012

e-Journal of the Indian Society of Teledermatology, 2009;Vol 3, No.4 e-Jurnal

Masyarakat India Teledermatology, 2009; Vol 3, No.4. Prof. Jayakar Thomas,

MD., DD., MNAMS., PhD., FAAD.,Prof Jayakar Thomas, MD, DD..,

MNAMS., PhD., Faad.,

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.inst

ed.in/ejournal/review34.pdf. Akses jam 19.42 2 mei 2012

Jabatan Kesehatan Negeri Serawak. 2006.

http://jknsarawak.moh.gov.my/en/uploads/Poster%20%28English%29.pdf

Diakses Selasa, 1 Mei 2012 Pukul 07.00 WIB

Travira Air & Safety Dept. Health, Safety, Environtment information FLU

SINGAPURA. 4 Januari 2009.

http://xa.yimg.com/kq/groups/21873903/207936553/name/Flu+Singapura,.pdf

Diakses senin, 30 April 2012, pukul 00.30 WIB

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Monica

Ester. 2004. Edisi 4. Jakarta: EGC

51
52

Anda mungkin juga menyukai