Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

DI RUANG PERAWATAN ANAK RS ANISA

Disusun Oleh :

INDRIYANI LESTARI
(191030200026)

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

A. Pengertian

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi

karena frekuensi satu kali atau lebih dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare

dapat disebabkan oleh berbagai infeksi selain penyebab lain seperti, malabsorbsi. Diare

sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada gastrointestinal atau

penyakit lain diluar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal degan “Penyakit

Diare”. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya

karena dapat membawa bencana bila terlambat.

Diare ialah keadaan freekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan

lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

pula bercambur lendir dan darah atau lendir saja.

B. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta

membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses

tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ

yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.

Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem

pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut

dilapisi oleh selaput lendir.

2. Tenggorokan

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam

lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini

terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

3. Esofagus

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui

kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut

esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –

“memakan”).Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

- bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

- serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).


4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke dalam

lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa

membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan

enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

- Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap

kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah

kepada terbentuknya tukak lambung.

- Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh

pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5. Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus

melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah


kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan

mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot

memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri

dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan

usus penyerapan (ileum).

- Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan

organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput

peritoneum.pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.

Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,

yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua

belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan

masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di

cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada

lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

- Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian

kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus

penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8

meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong

berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan

dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit

untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara

makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam

bahasa Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang

berarti “kosong”.

- Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH

antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan

garam-garam empedu.

6. Usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari

:Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon

sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam

usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat

gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti

vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit

serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus


besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan

air, dan terjadilah diare.

7. Usus buntu

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak

dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis

reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora

eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh

umbai cacing.

8. Umbai cacing

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau

dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung

buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari

caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar

10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu

tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang

(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

9. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan

yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum


ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka

timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum

karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang

menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,

sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan

kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi

dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa

menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami

kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus

merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari

tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya

dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang

dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi

utama anus.

C. Etiologi

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama pada

anak. Yang meliputi:

 Infeksi bakteri : fibrio, Ecoli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,

aeromonas, dan sebagainya.

 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis) adenovirus,

rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.


 Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides,

protozoa(entamoeba hystolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis),

jamur(candida albicanus).

b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis

media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,

dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah

umur dua tahun.

c. Faktor Malabsorbsi

- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi nlaktosa, maltosa, dan

sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, dan galaktosa) pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

- Malabsorsi lemak.

- Malabsorbsi protein.

d. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

e. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

D. Manifestasi Klinik

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas menurun), ubun-

ubun dan mata cekung, membran mukosa kering

3. Keram abdominal

4. Demam

5. Mual dan muntah


6. Anoreksia

7. Lemah

8. Pucat

9. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

E. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul

diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltic usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.


F. Klasifikasi Diare

1. Diare akut

Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara

cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula menetap dan

melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan bila

menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada

bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa. Setiap diare akut yang disertai darah

dan atau lender dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti

lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti

cucian air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3

tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru

pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan

kedalam diare akut.

2. Diare kronis

Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan

berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare

spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare

yang disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang

terkena, diare dapat diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.

Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari,

umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan

untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau

diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya

disebabkan oleh agen non infeksi.


G. Patofisiologi

1. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

2. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke

dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat

terjadi asidosis metabolik.

3. Diare yang terjadi merupakan proses dari :

 Transport aktip akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam

usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mngalami iritasi dan meningkatnya

seekrsi dan cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel

mukosa intestinal shingga mnurunkan area permukaan intestinal, perubahan

kapasitas intestinal, dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit

 Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan

dan elektrolit dan bahan bahan makanan, ini terjadi pada sindrom absorbsi.

 Meningkatkan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi

intestinal.
H. Pathways

Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada


Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung Seto
I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Kultur tinja

3. Pemeriksaan elektolit, BUN, Creatinine dan glukosa

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa dan adanya darah.

J. Penatalaksanaan terapetik

1. Penanganan fokus pada penyebab

2. Pemberian cairan dan elektrolit oral (seperti pedialite atau oralite) terapi

parenteral

3. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI.
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE ANAK

A. Pengkajian

- Biodata Pasien

Nama : An. M

Umur / Tanggal Lahir : 13 tahun/ 04-04-2006

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 28 kg

Tinggi Badan : 108 cm

Agama : Islam

Alamat : Perum Benua Indah, Tangerang

Suku Bangsa : jawa

- Biodata Penanggung Jawab

Nama : Tn. L

Umur : 37 Tahun

Alamat : Perum Benua Indah, Tangerang

Hubungan : Ayah Pasien

B. ANAMNESA

Keluhan Utama : BAB cair sebanyak 8 kali per hari

Keluhan Tambahan : Muntah dan demam

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak 2 hari SMRS penderita demam (+) tidak terlalu tinggi, suhu tidak diketahui, terus-

menerus, nyeri kepala (-), nyeri dibelakang bola mata (-), batuk (+) tidak berdahak, pilek (+),
nyeri menelan (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), mual muntah (-), sesak nafas (-), kejang (-),

BAB & BAK normal  belum dibawa berobat

1 hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair, frekuensi >8x/hari banyaknya 1/2

gelas belimbing, cair >> ampas, lendir (-), darah (-), muntah (+) frekuensi 8 kali, banyaknya

¼ gelas belimbing, isi apa yang dimakan dan diminum, muntah menyemprot (-), demam (+)

tidak terlalu tinggi, batuk (+), pilek (+), nyeri menelan (+), sesak nafas (-), kejang (-),

mimisan (-), BAK normal seperti biasa, penderita masih mau minum, penderita tampak

makin lemas kemudian penderita dibawa ke IRD RSMH

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pernah diderita sebelumnya ±1 tahun

yang lalu

 Riwayat trauma sebelumnya disangkal.

 Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal

 Riwayat asma disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal pemeriksaan: 26 Januari 2016

Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis

Nadi : 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup

Pernapasan : 28 x/menit

Suhu : 38,0 °c

Berat Badan : 28 kg

Tinggi Badan : 108 cm


Status Gizi : BB/U : 110 %

TB/U : 98 %

BB/TB : 116 %

Kesan : Gizi lebih

Keadaan Spesifik

 Kepala

Bentuk : Normosefali, simetris, dismorfik (-)

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

Mata : Cekung (+/+), Pupil bulat isokor 3mm, reflek cahaya

+/+, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).

Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).

Telinga : Sekret (-).

Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (+), sianosis (-).

Tenggorokan : Faring hiperemis (+), tonsil T2/T2 hiperemis

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.

 Thorak

Paru-paru

 Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-

 Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).

 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

 Auskultasi : HR: 120 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
 Palpasi : Thrill tidak teraba

 Perkusi : redup, batas jantung dalam batas normal

 Abdomen

 Inspeksi : Datar

 Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, 8 x/menit

 Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit perut lambat kembali >

2 detik, nyeri tekan (-)

 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

 Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-), eritema perianal (-),

prolaps ani (-)

 Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-)

Pemeriksaan Neurologis

 Fungsi motorik

Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan +5 +5 +5 +5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - -

Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal

Reflek patologis - - - -

 Fungsi sensorik : Dalam batas normal


 Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal

 GRM : Kaku kuduk tidak ada

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi (17-09-2019 Pukul 00:48)

Hb : 12,6 g/dl (11,3-14,1 g/dl )

Ht : 37 vol% (37-41 vol%)

Eritrosit : 4,73 x10 mm3/jam (4,40-4,48 x10 mm3/jam)

Leukosit : 12.300/mm3 (4.500-13.500 /mm3)

Trombosit : 362.000/mm3 (150.000-450.000 /mm3)

Hitung jenis : 0/0/78/19/3 (0-1/1-6/50-70/2-40/2-8 mm3)

BSS : 171 mg/dl (60-100 mg/dl)

Elektrolit

Kalsium (Ca) : 9,6 mg/dl (9.2 – 11.0 )

Natrium (Na) : 138 mEq/L (135-155 mEq/L)

Kalium (K) : 3,.5 mEq/L ( 3.5-5.5 mEq/L)

Klorida (Cl) : 107 mmol/L (96-106 mmol/L)


E. ANALISA DATA

No. Diagnosa Keperawatan Problem Etiologi

1. S : Ayah pasien mengatakan Gangguan kehilangan cairan

bahwa anaknya bab cair sebanyak keseimbangan sekunder terhadap

8 kali per hari. cairan dan elektrolit diare.

O : - Mukosa bibir pasien kering

- Turgor kulit tidak elastic

- Pasien lemah

TTV :

TD : 100/90 mmHg

N : 60 x per menit

R : 20 x per menit

T : 36OC

2. S : Ayah pasien mengatakan tidak Kurang Paparan informasi

mengerti tentang penyakit anaknya pengetahuan yang kurang

dengan jelas

O : Ayah pasien tampak bingung.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta

intake terbatas (mual)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan

peningkatan peristaltik usus.


G. INTERVENSI

Diagnosa
No. Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Berikan cairan oral dan
volume cairan parenteral sesuai dengan
selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
b/d kehilangan program rehidrasi
berlebihan elektrolit dipertahankan secara maksimal dan
 Pantau intake dan output.
melalui feses
dan muntah serta
terpenuhi dengan kriteria hasil :  berikan informasi status
intake terbatas  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi keseimbangan cairan.
(mual)  Kaji tanda vital,
 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60
tanda/gejala dehidrasi dan
x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 24 x/mnt ) hasil pemeriksaan
 Turgor elastik , membran mukosa bibir laboratorium
 Tilai status hidrasi,
basah, mata tidak cekung, UUB tidak elektrolit dan
cekung. keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi
 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali
perhari. definitif Pemberian obat-
obatan secara kausal penting
setelah penyebab diare
diketahui.
2. Perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Pertahankan tirah baring
nutrisi kurang dan pembatasan aktivitas
dari kebutuhan selama 3 X 24 jam kedepan kebutuhan selama fase akut.
tubuh b/d  Pertahankan status puasa
nutrisi terpenuhhi dengan kriteria hasil :
gangguan selama fase akut (sesuai
absorbsi 1. Familiar dengan tanda dan gejala diare program terapi) dan segera
nutrien dan mulai pemberian makanan
peningkatan 2. Mendeskripsikan faktor penyebab diare. per oral setelah kondisi
peristaltik klien mengizinkan
usus. 3. Mendeskripsikan tanda dan gejala diare  Bantu pelaksanaan
pemberian makanan sesuai
4. Mendeskrupsikan cara peenularan diare. dengan program diet
5. Mendeskripsikan cara penanganan diare di
 Kolaborasi pemberian
rumah. nutrisi parenteral sesuai
indikasi

.
H. IMPLEMENTASI

No Dx. Tj dan Kh Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Kekurangan volume  Berikan cairan oral  Memberikan cairan S : Keluarga
cairan b/d kehilangan dan parenteral sesuai oral dan parenteral pasien
berlebihan melalui feses dengan program sesuai dengan mengatakan
dan muntah serta intake rehidrasi program rehidrasi anak tidak
terbatas (mual)  Pantau intake dan  Memantau intake merasa haus
output. output O : Turgor
Tujuan : Kebutuhan  berikan informasi  Memberikan kuliat pasien
cairan akan terpenuhi status keseimbangan informasi status baik, tidk
cairan. keseimbangan cairan ada lagi
KH : tidak ada tanda-  Kaji tanda vital,  Mengkaji tanda vital, tanda2
tanda dehidrasi tanda/gejala tanda / gejala dehidrasi.
dehidrasi dan hasil dehidrasi dan hasil A : Maslah
pemeriksaan pemeriksan pasien
laboratorium laboratorium belum bisa
 Tilai status hidrasi, sepenuhnya
elektrolit dan  Menilai status hidrasi, teratasi
keseimbangan asam elektrolit dan P : Lakukan
basa keseimbangan asam intervensi
 Kolaborasi basa kembali
pelaksanaan terapi
definitif Pemberian  Melakukan kolaborasi
obat-obatan secara pelaksanaan terapi
kausal penting definitive, dengan
setelah penyebab memeberikan obat –
diare diketahui obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui
2. Perubahan nutrisi kurang  Pertahankan tirah  Mempertahankan S : Ibu dari
dari kebutuhan tubuh b/d baring dan tirah baring dan sang anak
gangguan absorbsi nutrien pembatasan aktivitas pembatasan aktivitas mengatakan
dan peningkatan peristaltik selama fase akut. selama fase akut. porsi makan
usus.  Pertahankan status  Pertahankan status anak
puasa selama fase puasa selama fase bertambah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi akut (sesuai program akut (sesuai program O : Pasien
terpenuhi terapi) dan segera terapi) dan segera terlihat ada
mulai pemberian mulai pemberian perkembang
KH : Terjadi peningkatan makanan per oral makanan peroral an dalam
bera badan setelah kondisi klien setelah kondisi klien mengkonsu
mengizinkan msi
 Bantu pelaksanaan makanan,
pemberian makanan  Bantu pelaksanaan terutama
sesuai dengan pemberian makanan yang
program diet sesuai dengan didietkan
program diet A : Keluhan
 Kolaborasi pasien
pemberian nutrisi belum
parenteral sesuai  Kolaborasi pemberian terpenuhi
indikasi nutrisi parenteral sepenuhnya
sesuai indikasi P : Lakukan
intervensi
kembali
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suriadi, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : Buku Pegangan Praktek Klinik

Anda mungkin juga menyukai