Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan kaki mulut adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Enterovirus. Spesies enterovirus
yang paling sering menyebabkan HFMD adalah Coxsackievirus dan Human
Enterovirus 71 (HEV 71).
HFMD umumnya diawali dengan demam, nyeri tenggorokan/menelan, nafsu
makan yang menurun, dan nyeri/tidak enak badan. Setelah demam satu sampai dua
hari, timbul bintik-bintik merah di rongga mulut (umumnya berawal di bagian
belakang langit-langit mulut) yang kemudian pecah menjadi sariawan. Kemudian,
1-2 hari timbul juga ruam-ruam kulit dan bintik-bintik merah di telapak tangan dan
kaki. Meskipun kelainan selaput lendir dan kulit pada HFMD terutama melibatkan
rongga mulut, telapak tangan dan kaki, namun ruam dapat juga timbul di tungkai,
lengan, bokong dan kulit sekitar kemaluan. Orang dewasa dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh baik mungkin saja terinfeksi virus HFMD namun tidak
menunjukkan gejala sama sekali (asimtomatik). Kelompok ini bukanlah kelompok
penderita namun potensial sebagai pembawa (carrier) virus HFMD dan
menyebarkan virus ini.
Meskipun umumnya menunjukkan gejala yang ringan, namun pada beberapa kasus
HFMD dapat menyebabkan komplikasi yang berat. Lesi di daerah mulut dapat
menyebabkan kesulitan minum dan makan sehingga anak mengalami dehidrasi.
Beberapa laporan menyebutkan kasus HFMD berat seperti meningitis (radang
selaput otak) dan ensefalitis yang mengakibatkan pasien harus dirawat intensif atau
bahkan mengakibatkan kematian. Beberapa penelitian menunjukkan HEV 71
merupakan strain tersering penyebab HFMD berat. Beberapa laporan kasus lainnya
menunjukkan HFMD dapat menyebabkan komplikasi berupa lepasnya kuku jari
tangan dan kaki dan terjadi beberapa minggu setelah fase akut HFMD. Meskipun
demikian, kelainan ini bersifat sementara dan kuku dapat tumbuh kembali.
Tidak ada pengobatan khusus untuk HFMD, pengobatan bersifat simptomatik untuk
mengatasi keluhan yang ditimbulkannya. Sampai saat ini, belum ditemukan vaksin
untuk mencegah HFMD. Oleh karena itu, penderita HFMD sebaiknya diisolasi
untuk mencegah penularan lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu
Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai  Hand, Foot,
and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut
(KTM). KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok
enterovirus yang disebut coxsackievirus, anggota dari famili
Picornaviridae; dengan gejala klinis berupa lepuhan di mulut, tangan ,
dan kaki, terutama di bagian telapak, terkadang di bokong. Lepuhan
di mulut segera pecah dan membentuk ulser yang dirasakan sangat
nyeri dan perih oleh penderitanya sedangkan lepuhan di telapak kaki,
tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa sakit atau gatal,
tapi sedikit nyeri jika ditekan.(10,16)
2.2 Epidemiologi(2,19,25)
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara
dalam beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini
termasuk kehadiran pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan
penderita HFMD, jumlah anggota keluarga yang besar, dan tempat
tinggal di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi
seksual. Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan
perempuan dominasi sedikit 1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang
diduga terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini
epidemi (terutama pada bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih
dalam penyelidikan intensif dan itu adalah peneliti kemungkinan akan
memiliki pemahaman yang lebih baik dari angka kematian yang tinggi
terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada akhirnya
ditemukan bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah
mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk cepat
menginfeksi dan merusak jaringan paru-paru anak-anak. Namun,
penelitian yang sedang berlangsung dan beberapa peneliti
menunjukkan bahwa anak-anak mati dari kombinasi enterovirus 71,
suis Streptococcus, dan koinfeksi virus dengue

2.3 Etiologi(25) 
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus.
Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam
Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah
Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah
Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A dan
B, yang didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir
(Coxsackie A menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,.
Coxsackie B mengakibatkan kerusakan organ, tetapi hasil kurang
parah). Ada lebih dari 24 berbeda serotipe virus dimana masing-
masing virus memiliki protein yang berbeda pada permukaannya.
Virus Coxsackie menginfeksi sel inang dan menyebabkan sel inang
menjadi lisis.
Tipe A virus penyebab Herpangina (lepuh menyakitkan di mulut,
tenggorokan, tangan, kaki, atau di semua bidang). Tangan, kaki, dan
penyakit mulut (HFMD) adalah nama umum dari infeksi virus.
Coxsackie A 16 (CVA16) menyebabkan sebagian besar infeksi.
HFMD di AS Ini biasanya terjadi pada anak-anak (usia 10 dan di
bawah), tetapi orang dewasa juga dapat mengembangkan kondisi. Ini
penyakit anak-anak tidak harus bingung dengan"penyakit kaki dan
mulut" biasanya ditemukan pada hewan dengan kuku (misalnya, pada
sapi, babi, dan rusa). Tipe A juga menyebabkan konjungtivitis
(peradangan pada kelopak mata dan area putihmata), Tipe B
menyebabkan epidemi virus pleurodynia (demam, paru-paru, dan
nyeri perut dengan sakit kepala yang berlangsung sekitar dua sampai
12 hari dan resolve). Pleurodynia juga disebut penyakit Bornholm.
Ada enam serotipe dari Coxsackie B (1-6, dengan B 4 dianggap oleh
beberapa peneliti sebagai kemungkinan penyebab diabetes di
sejumlah individu).
Kedua jenis virus (A dan B) dapat menyebabkan meningitis,
miokarditis, dan perikarditis, tetapi ini jarang terjadi dari infeksi
Coxsackie. Beberapa peneliti menyarankan virus Coxsackie (terutama
Coxsackie B4) memiliki peran dalam pengembangan tipe onset akut I
(sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes, namun hubungan ini
masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan
penyakit anak dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun,
sebagian besar anak-anak dengan infeksi virus Coxsackie
sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu sekitar
10-12 hari.

2.4 Mortalitas dan Morbiditas


Secara umum, penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan balita,
tetapi dilaporkan terjadi juga pada orang dewasa. Untuk pasien dengan
kondisi tubuh yang baik, penyakit ini akan menghilang dengan
sendirinya selama 7-10 hari sejak gejala timbul. Namun komplikasi
yang berbahaya juga dilaporkan meliputi miokarditis, pneumonia,
meningitis, ensefalitis, hingga kematian. Penyakit KTM juga dapat
menjangkit kembali, terutama oleh virus dengan jenis yang berbeda.
Infeksi pada kehamilan trimester pertama dapat menyebabkan
keguguran spontan atau pertumbuhan janin yang tidak normal. Di
Taiwan dengan kasus penjangkitan oleh enterovirus 71 menyebabkan
20 % kematian pada penderitanya 4,5,6,8,9
.
2.5 Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas.
KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok
masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2
minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal terhadap
enterovirus
Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia yaitu
melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta.
Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk,
pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh
sekret tersebut. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti
lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat
terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit
tangan, kaki dan mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya
dapat terjadi di antara kelompok anak, misalnya di sekolah atau di
tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya
tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui
fekal-oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan
melalui lendir mulut atau sistem pernapasan dan kontak langsung
dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang
yang terkena, biasanya di antara 3- 5 hari lepuh baru akan timbul.
Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular dan virus ini juga
bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak
yang lain atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular
melalui kontak langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja,
maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam
bukal dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju
nodus-nodus limfatik selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi
berupa bintik merah yang kemudian membentuk lepuhan kecil mirip
dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak
dan virus tereliminasi (8,9,10)
.

2.6 Manifestasi Klinis


Penyakit tangan, kaki dan mulut yang ringan biasanya disebabkan oleh
Coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi
virus ini, meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi
Coxsackievirus mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala atau
hanya ringan(12).
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti
nyeri tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri
akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu.
Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian pecah selama 5-10 hari.
Lepuhan di mulut berukuran 2-3 mm yang segera pecah dan
membentuk ulkus yang dirasakan sangat perih terutama saat
makan/minum, sehingga sukar untuk menelan. Jumlah ulkus di mulut
mencapai 5-10 yang tersebar di daerah bukal, palatal, gusi, dan
lidah(18). Ulkus di lidah paling lama sembuh.
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam
sampai ke lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan
tubuh yang baik, seluruh gejala dapat membaik selama 5  –7  hari.
Bersamaan dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh
kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal
ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash atau ruam
(makulopapul) ada pada daerah bokong(12,13,14,15,16).
Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat
harus dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah
hiperpireksia (suhu lebih dari 39OC) atau demam tidak turun-turun,
takikardi, sesak, anoreksia, muntah atau diare dengan dehidrasi, badan
sangat lemas, kesadaran menurun dan kejang. Lepuhan atau vesikel di
kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita, yang terutama tumbuh di
bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan (19)
. Lepuhan/vesikel
yang dikenal dalam istilah kedokteran sebagai erythema multiforma (14)

ini secara khas berbentuk bulat atau elips yang akan mengering sendiri
selama 3-7 hari.
Permasalahan utama pada anak-anak dan balita adalah kesulitan untuk
makan dan minum yang dengan beberapa bentuk komplikasi seperti
mual, muntah, dan diare akibat ulkus di saluran pencernaan, serta
demam panas, dapat menyebabkan dehidrasi. Di samping itu
kemungkinan terjadinya superinfeksi oleh mikroba lain dapat
memperparah penyakit dan menyebabkan berbagai komplikasi.
.
2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pasien biasanya didiagnosis dengan penampilan klinis mereka. Secara
klinis, ruam yang tampak biasanya pada tangan, kaki, dan mulut pada
anak dengan demam dianggap diagnostik infeksi virus Coxsackie.
Biasanya, diagnosis HFM dibuat pada kombinasi dari sejarah klinis dan
temuan fisik karakteristik. Konfirmasi laboratorium jarang
diperlukan kecuali pada komplikasi berat. Namun, dalam kasus yang
jarang terjadi, tes virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi virus,
tetapi tes ini sangat mahal, biasanya perlu dikirim ke laboratorium
diagnostik khusus virus yang menggunakan RT-PCR dan sering
memakan waktu sekitar dua minggu untuk mendapatkan hasilnya.
Pengujian ini hampir tidak pernah dilakukan karena sebagian besar
infeksi diri terbatas dan biasanya ringan. RT-PCR pengujian dapat
membedakan antara genera virus banyak, spesies, dan subtipe. Strain
virus Coxsackie Membedakan dari adenovirus, jenis enterovirus
lainnya, virus gema, dan lain-lain dapat menjadi diperlukan di masa
depan.
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui media kultur dan
immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa, atau sampel tinja. Spesimen
oral memiliki tingkat isolasi tertinggi. Pada pasien dengan vesikel,
penyeka vesikel juga merupakan sumber yang baik untuk koleksi virus.
Pada pasien tanpa vesikel, penyeka dubur dapat dikumpulkan. Untuk
isolasi virus, 2 swab koleksi yang direkomendasikan dari tenggorokan
dan lainnya baik dari vesikel atau rektum.
Uji serologi (misalnya, akut dan tingkat antibodi sembuh) dapat
diperoleh. Membedakan coxsackie-terkait dari EV-71-terkait HFMD
mungkin memiliki makna prognostik. Polymerase chain reaction (PCR)
dan teknologi microarray antara berbagai cara untuk mengidentifikasi
virus penyebab. Tes spesifik bervariasi antara rumah sakit.(19,25)

2.8 Diagnosis Banding


 Herpangina
 Herpes Simplex
 Herpes Zoster
 Stomatitis
 Varicella

2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
 Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan
diinfus dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak
diberikan cairan elektrolit, misalnya oralit.

 Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
 Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema
paru, dan kematian(18,19).

2.10 Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup
baik, biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan
kekebalan tubuh penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi
makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas gizi
yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu.
Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka
diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah sebagai
pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya
luka di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-
obatan golongan analgetika dan antipiretika.
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
jamur atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa
lambung juga digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan
lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi simptomatik Penyakit Kaki Tangan dan Mulut (20,21,22,23,24)
.
1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya :
asetaminofen. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan golongan
NSAID ( Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) dapat
menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan
gejala mirip dengan penyakit ini dan dapat memperparah ulser
sehingga disarankan untuk digunakan dengan golongan antasida,
atau jika ada dipilih golongan antipiretika/analgetika yang lain.
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine,
rebusan daun sirih, dan tablet hisap, seperti SP troches, FG troches,
dsb.
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau
mengatasi infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit,
ditentukan oleh dokter, seperti : neosporin (lokal), klindamisin,
eritromisin,dsb

4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut


BAB III
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 4 tahun (21/11/2017))
No. RM : 341
Alamat : Jl. Trans kalimantan
Tgl kunjungan : 8 agustus 2022

Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis


Keluhan Utama : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas diantar orang tuanya dengan keluhan demam, demam
sejak 1 hari sebelumnya, timbul mendadak, demam pada pasien turun dengan
pemberian obat paracetamol namun kembali demam setelah beberapa jam minum
obat.
Pasien juga dikeluhkan muncul bintil-bintil kemerahan pada kedua
telapak tangan dan kaki sejak sehari sebelumnya. Dikatakan muncul
mendadak, awalnya hanya beberapa namun jumlahnya makin bertambah
dan terkadang gatal. Muncul keluhan serupa di bagian tubuh lain
disangkal. Selain itu, pasien juga dikeluhkan mengalami sakit
tenggorokan dan Batuk (+) berdahak terkadang sejak sehari sebelumnya.
Nafsu makan dikatakan sedikit menurun karena sariawan yang muncul
dua hari sebelumnya Keluhan lain seperti mual, muntah, BAB cair
disangkal.

Riwayat Obat
Pasien sudah mendapat Paracetamol, panas dikatakan menurun
dengan pemberian obat tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Alergi disangkal, riwayat
terkena cacar belum ada sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak pertama dalam keluarganya. Ayah pasien bekerja
sebagai wiraswasta dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
Pasien Dikatakan sekolah di tk dekat ruamah dimana teman pasien ada
yang mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan melalui persalinan spontan, ditolong oleh bidan di
Rumah Sakit, dengan berat badan lahir 3000 gram, segera menangis, dan
tidak ada kelainan.

Riwayat Imunisasi
Pasien dikatakan sudah mendapat imunisasi lengkap sejak bayi
walaupun ibu pasien lupa imunisasi apa saja dan berapa kali yang sudah
didapat.

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Nadi : 106 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
RR : 22 x / menit
Suhu : 37,9 °C
BB : 20 kg

Pemeriksaan status generalis :


 Kepala : tidak tampak kelainan
- Mata : mata cekung (-), konjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-)
- Mulut: mukosa bibir kering (+), sariawan (+)
- THT : faring hiperemis, tonsil T1-T1,
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Thorax : bentuk normal.
Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak.
Palpasi: fremitus paru kanan = paru kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi :
Atas : ICS II Lin. Parasternalis Sinistra,
Pinggang : ICS III Lin Parasternalis Sinistra,
Kiri : ICS IV Lin. Mid Clavicula Sinistra,
Kanan : ICS IV Lin. Parasternalis Dekstra.
Auskultasi : S1,S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba dan lien tidak teraba,
turgor baik
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen.
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat, CR <2 detik,

Status lokalis :
Regio : palmar manus dan palmar pedis sinistra dan dekstra papule
eritema, multipel, diameter 0,3-0,6 cm, batas tegas, kulit sekitar
eritema
Regio : mukosa bibir bawah ulser, soliter, bulat, diameter 0,5 cm, tepi
rata, batas tegas, mukosa sekitar eritema
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

D. Diagnosis
Diagnosis : Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD)

Diagnosis Banding :
- Stomatitis
- Varisella
- Herpes zoster

E. Penatalaksanaan
-Paracetamol syrup 3 x cth II
- CTM(1/2 tab), GG (1/2 tab)  3 x pulveres I
- stimuno syrup 1X cth I

KIE :
- Istirahat dulu dirumah karena penyakit ini bisa menular ke orang lain
- Minum yang cukup agar tidak sapai dehidrasi
- Jangan di garuk daerah yang bintil- bintil
- Minum obat dan vitamin dengan rutin
- Jika masih demam boleh dikompres dengan air hangat
- Jika di rumah terlihat lemas, kencing sedikit atau terlihat mengantuk bawa ke IGD
BAB IV
PEMBAHASAN

An. A Usia 4 tahun Pasien datang ke Puskesmas diantar orang tuanya dengan
keluhan demam, demam sejak 1 hari sebelumnya, timbul mendadak, demam
disertai muncul bintil-bintil kemerahan pada kedua telapak tangan dan
kaki sejak sehari sebelumnya. Dikatakan muncul mendadak, awalnya
hanya beberapa namun jumlahnya makin bertambah dan terkadang
gata, pasien juga dikeluhkan sakit tenggorokan , sariawan dan ada
Batuk (+) berdahak terkadang.
Pada pasien dari anamesis mengarah pada Penyakit tangan, kaki dan
mulut. Dimana Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi virus
ini, meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi
Coxsackievirus mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala atau
hanya ringan(12).
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti
nyeri tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri
akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu.
Hal ini juga didukung dengan adanya riwayat sosial teman pasien ada
yang mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Penyakit tangan, kaki dan mulut adalah penyakit umum dan
penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak, misalnya di
sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut
biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar
melalui fekal-oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga
disebarkan melalui lendir mulut atau sistem pernapasan dan kontak
langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah berhubungan
dengan orang yang terkena, biasanya di antara 3- 5 hari lepuh baru
akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular dan
virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak
yang lain.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak demam dengan suhu 37,9’c
dan didapatkan status lokalis Regio palmar manus dan palmar pedis
sinistra dan dekstra papule eritema, multipel, diameter 0,3-0,6 cm,
batas tegas, kulit sekitar eritema dan Regio mukosa bibir bawah ulser,
soliter, bulat, diameter 0,5 cm, tepi rata, batas tegas, mukosa sekitar
eritema hal ini sejalan dengan gejala Pada penyakit kaki tangan dan
mulut ini dimana dapat Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian
pecah selama 5-10 hari. Lepuhan di mulut berukuran 2-3 mm yang
segera pecah dan membentuk ulkus yang dirasakan sangat perih
terutama saat makan/minum, sehingga sukar untuk menelan. Jumlah
ulkus di mulut mencapai 5-10 yang tersebar di daerah bukal, palatal,
gusi, dan lidah(18).
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam
sampai ke lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan
tubuh yang baik, seluruh gejala dapat membaik selama 5  –7  hari.
Bersamaan dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh
kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal
ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash atau ruam
(makulopapul) ada pada daerah bokong(12,13,14,15,16).
Pada pasien ini diterapi dengan Paracetamol syrup 3 xcth II, CTM(1/2 tab),
GG (1/2 tab)  3 x pulveres I, stimuno syrup 1X cth I dimana pada kasus
penyakit tangan kaki dan mulut ini jika kondisi penderita dengan kekebalan
dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya tidak diperlukan pengobatan
khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan dengan
pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan
dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan
mineral jika perlu. Pada pasien ini sesuai dengan teori dimana hanya
dilakukan terapi simptomatis dan hanya diberikan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA

1.   Goh KT, Ong A, Low J, editors. A Guide on Infectious Diseases of Public


Health Importance in Singapore. 6 th ed. Singapore: Ministry of Health and
Tan Tock Seng Hospital; 2004.
2. Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In :
Outbreak of hand, foot and mouth disease in Singapore. Singapore
Med p.174-83.

3. Goh KT, Doraisingham S, Tan JL, Lim GN, Chew SE. In : An outbreak
of hand, foot and mouth disease in Singapore. Bull World Health Organ

4. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic
hand foot and mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore.
Emerg Infect Dis. 
5. Centers for Disease Control and Prevention. Deaths among children during

an outbreak of hand, foot, and mouth disease  –T  aiwan, Republic of China,
MMWR Morb Mortal Wkly p.629-32.
6.   Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF, et al. In : An
epidemic of enterovirus 71 infection in Taiwan. Taiwan Enterovirus
Epidemic Working Group. N Engl J Med
7. Liu C, Tseng H, Wang S, Wang J, Su I. In : An outbreak of enterovirus
71 infection in Taiwan
8.   Tierney, L.M., Jr., Mc Phee, J.A. In : Current Medical Diagnosis &
Treatment. Lange Medical Book. New York ; 2004. p.1327-28.
9.   Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious
Diseases.

10. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and


enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
2005:2007.
11.  Chang LY, Tsao KC, Hsia SH, et al. In : Transmission and clinical
features of enterovirus 71 infections in household contacts in Taiwan.
JAMA ; 2004. p.222-7.
12. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa.
In: Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed.
 New York, NY: McGraw-Hill; 2005.p.790-92.

13. Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic
features of hand-foot-mouth disease and herpangina caused by
enterovirus 71 in Taiwan, 1998-2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
14.  Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection.

Pediatr Infect Dis J ;2004.p.275-6.


15.   Dyne, P., MD, Pediatrics, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-
Medicine.com, last up date 5 January 2005
16.  Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine
17.  Departemen of Dermatology  Univ. Iowa College of Medicine,
18. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease.
19.   Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. 
20. Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange.
Stamford
21. Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputind
Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and
Disease Management. Lippincott Williams & Wilson, 7th ed. Philadelphia;
2009. P.973-1046.
22.  Chavis, L.M., R.Ph. Ask Your Pharmacist.St. Marti n’sGriffin. New York

23.  American Soc. of Health  System Pharmacist. AHFS Drug Information. 

24. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome.

Anda mungkin juga menyukai