Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2023


UNIVERSITAS HALU OLEO

MUMPS

Oleh :

Wa Ode Chesaria Fachnawati Aliry, S.Ked

K1B1 22 005

Pembimbing :

dr. Nilam Sartika Putri, M.Kes, Sp.A

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN PEDIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Wa Ode Chesaria Fachnawati

NIM : K1B1 22 005

Judul : Mumps

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Januari 2023

Pembimbing

dr. Nilam Sartika Putri, M.kes, Sp.A


PENDAHULUAN

Parotitis merupakan penyakit sistemik pada anak yang sampai saat


ini masih sering dijumpai. Mumps merupakan salah satu virus penyebab parotitis
yang tersering. Saat ini sudah tersedia vaksin yang dapat mencegah parotitis yang
disebabkan oleh mumps.1

Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis epidemika


merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidens pada umur
<15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun. Setelah
ditemukan vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika menjadi sangat jarang. Di
negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata didapat kurang dari 1.000
kasus per tahun. Demikian pula insidens parotitis bergeser pada anak besar dan
dewasa muda serta menyebabkan kejadian luar biasa di tempat kuliah atau tempat
kerja. Di Indonesia, tidak didapatkan adanya data mengenai insidens terjadinya
parotitis epidemika. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus
parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap tahunnya,
dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun
setelah tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu kasus parotitis
epidemika.2

A. DEFINISI
Mumps (Parotitis Epidemika) adalah penyakit infeksi akut dan
menular yang disebabkan virus. Virus menyerang kelenjar air liur di
mulut, terutama kelenjar parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka
tepat di bawah dan di depan telinga.7
Mumps atau parotitis epidemika merupakan self limiting disease
yang disebabkan oleh infeksi virus yang paling sering terjadi di sekolah-
usia anak dan remaja. Gambaran klasik mumps adalah pembengkakan
nonsuppuratif dan rasa nyeri kelenjar ludah. Infeksi ini biasanya bersifat
jinak, dan banyak kasus yang subklinis.5

B. EPIDEMIOLOGI
Insidens penyakit parotitis telah jauh menurun dibandingkan
dengan periode sebelum tahun 1967. Di Amerika Serikat data yang
dilaporkan oleh CDC (Centre of Disease Control) yang terakhir, hanya
menyebutkan 1692 kasus pada tahun 1993. Di RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta penderita parotitis yang berobat di unit rawat
jalan sejak tahun 1994 - 1998 adalah sebanyak 61 kasus, sedangkan data
Survai Rumah Tangga 1966 tidak menyertakan parotitis sebagai penyakit
yang diteliti. Salah satu virus penyebab parotitis adalah mumps, golongan
paramyxovirus yang terdiri dan satu rangkaian tunggal RNA yang
memiliki kapsul Iipoprotein. Golongan umur 5-9 tahun adalah golongan
yang paling banyak diserang oleh penyakit ini. Komplikasi yang berat
meliputi orkitis, pankreatitis, meningoensefalitis, dan berbagai keterlibatan
organ keIenjar lainnya.2
Meskipun insiden menurun pada semua kelompok usia, penurunan
terbesar (> 50% pengurangan tingkat kejadian per 100.000 penduduk)
terjadi pada orang yang berusia 10 tahun atau lebih. Orang yang berusia
15 tahun atau lebih tua menyumbang lebih dari sepertiga dari total yang
dilaporkan pada tahun 1985-1987, sedangkan pada periode 1967-1971,
rata-rata hanya 8% dari kasus yang dilaporkan terjadi pada populasi ini.
Meskipun dilaporkan insiden mumps tetap meningkat di semua kelompok
usia dari tahun 1985-1987, peningkatan paling dramatis adalah di
kalangan remaja yang berusia 10-14 tahun (peningkatannya hampir 7 kali
lipat) dan dewasa muda yang berusia 15-19 tahun (peningkatannya lebih
dari 8 kali lipat).10
Karena virus ini ada di seluruh dunia, risiko terkena mumps di luar
Amerika Serikat mungkin tinggi. Di banyak negara di seluruh dunia,
mumps tetap endemik. Vaksin mumps digunakan di hanya 57% dari
negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
sebagian besar negara-negara dengan ekonomi lebih berkembang.10

C. ETIOLOGI
Penyebab adalah virus mumps.7 Virus ini adalah anggota
kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup parainfluenza, campak,
dan virus penyakit Newcastle. Hanya deiketahui ada satu serotype. Biakan
manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus.
Pengaruh sitopatik kadang-kadang ditemukan, tetapi hemadsorpsi
merupakan indikator infeksi yang paling sensitif. Virus telah diisolasi dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.3
Virus penyebab mumps dapat menyebar melalui kontak langsung
dengan percikan ludah, bahan muntah dan urine. Virus masuk ke dalam
tubuh melalui hidung atau mulut. Virus memperbanyak diri di saluran
napas atas dan menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Masa ini dikenal
dengan masa inkubasi dan berlangsung selama 12-25 hari. Kemudian virus
akan menyebar ke seluruh tubuh dengan lokasi yang dituju adalah kelenjar
parotis, ovarium (indung telur) pada wanita atau testis (buah zakar) pada
laki-laki, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.8

D. PATOGENESIS
Sesudah masuk dan mulai membelah dalam sel saluran
pernapasan, virus dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke
kelenjar ludah dan kelenjar lain yang paling rentan.3
Setelah virus masuk ke dalam sistem pernapasan, virus akan
bereplikasi secara lokal. Diseminasi viremic kemudian terjadi pada
jaringan target seperti kelenjar parotis. Sel nekrosis dan peradangan
dengan infiltrasi sel mononuklear adalah respon jaringan, Kelenjar ludah
edema dan terjadi deskuamasi sel epitel yang melapisi sel nekrotik.10

E. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda
berusia lima sampai 15 tahun. Gejalanya nyeri sewaktu mengunyah dan
menelan. Lebih terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air
jeruk. Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah
telinga. Kelenjar-kelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan
membengkak. Penderita juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat
hingga 39,5oC. Komplikasi mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur
belasan tahun, nyeri pada perut dan alat kelamin. Pada penderita remaja
perempuan, nyeri akan terasa juga di bagian payudara. Komplikasi serius
terjadi jika virus mumps menyerang otak dan susunan syarat. Ini
menyebabkan radang selaput otak dan jaringan selaput otak. Penularan
penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti
persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui
udara ketika penderita bersin atau batuk.7

Gambar 1. Pembesaran kelenjar parotis dan submandibular.6

F. DIAGNOSIS
Masa inkubasi virus mumps adalah 16 sampai 18 hari. Gejala
prodromal meliputi demam ringan, anoreksia, sakit kepala, dan malaise.
Dalam waktu 24 jam dari gejala prodromal, pasien mungkin akan
mengeluh sakit telinga dan nyeri pada kelenjar parotis ipsilateral. Setelah
pembengkakan parotis mencapai puncaknya, rasa nyeri dan demam hilang
dengan cepat, dengan kelenjar biasanya kembali ke ukuran normal dalam
waktu 7 sampai 10 hari.5
Diagnosis penyakit parotitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
dan tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium, kecuali gejala klinis
yang muncul tidak klasik untuk parotitis. Parotitis merupakan penyakit
yang dapat sembuh sendiri. Pengobatan yang diberikan hanya untuk
mengurangi gejalanya saja yaitu parasetamol untuk mengurangi rasa nyeri
dan menurunkan demam. Pengobatan dengan anti virus sampai saat ini
masih belum terbukti dapat bermanfaat, begitu pula dengan obat
imunomodulator yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat dapat membantu mempercepat
penyembuhan.8
Diagnosis mumps didasarkan pada riwayat pajanan, dan
pembengkakan parotis dengan rasa nyeri. Penegasan laboratorium mumps
yang khas menjadi penting dalam suatu wabah dan dalam kasus-kasus
dengan gejala subklinis. Tes khusus meliputi isolasi virus dari cucian
tenggorokan atau hidung, titer IgG (hemaglutinasi inhibisi assay [HAI],
fiksasi komplemen assay, enzyme immunoassay), tes IgM, dan RT-PCR
testing.5
Infeksi dikonfirmasi oleh isolasi virus atau asam nukleat dari
spesimen klinis. Pemeriksaan serologi menunjukkan peningkatan titer IgG
yang signifikan di antara spesimen akut dan konvalesen atau IgM antibodi
mumps positif.5
Virus Parainfluenza 3 juga dapat menyebabkan parotitis dan dapat
menghasilkan respon antibodi heterolog yang dapat mempengaruhi tes
mumps HAI. Hal ini penting untuk menyingkirkan infeksi ini ketika
mengunakan tes HAI untuk mendiagnosa penyakit mumps.5

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan parotitis seluruhnya simtomatik. Tirah baring harus
diatur menurut kebutuhan penderita, tetapi tidak ada bukti statistic yang
menunjukkan bahwa tirah baring ini mencegah komplikasi. Diet harus
disesuaikan dengan kemampuan penderita untuk mengunyah. Orkitis
harus diobati dengan dukungan local dan tirah baring. Arthritis parotitis
dapat berespon terhadap pemberian 2 minggu agen antiradang
kortikosteroid atau nonsteroid. Salisilat tampak tidak efektif.3

H. PROFILAKSIS
Pencegahan terhadap mumps dapat dilakukan secara imunisasi
pasif dan imunisasi aktif. Cara ini merupakan pendekatan terbaik untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat gondong.
a. Passif

Antibody yang didapatkan dari ibu melalui plasenta dapat melindungi


bayi dari parotitis epidemika. Maka dari itu, jarang ditemukan
gondong pada bayi kurang dari 6 bulan.3

b. Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis hidup


yang dilemahkan (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan
subkutan pada anak berumur 15 bulan.Vaksin ini tidak menyebabkan
panas atau reaksi lain serta tidak mengekskresi virus dan tidak menular
terhadap kelompok yang rentan. Jarang ditemukan parotis yang dapat
berkembang selama 7-10 hari sesudah vaksinasi.3

Vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada


masa kanak-kanak. Vaksin gondongan biasanya terdapat dalam bentuk
kombinasi dengan campak dan rubella (MMR), yang disuntikkan melalui
otot paha atau lengan atas. Imunisasi dapat melindungi diri dari
kemungkinan terjangkit parotitis. American Academy of Pediatric
menganjurkan pemberian vaksinasi sesudah berumur 12 bulan, pada saat
kemungkinan antibodi maternal sudah habis dan efek samping vaksinasi
lebih ringan. Namun diketahui bahwa anak yang belum terimunisasi dapat
tidak terjangkit karena telah memiliki kekebalan alamiah karena virus ini
sangat menular.

Vaksinasi telah menjadi satu dari cara yang paling efektif untuk
mencegah infeksi mumps. Rekomendasi terkini untuk vaksinasi rutin bagi
anak adalah pada dosis pertama MMR diberikan pada umur 12-15 bulan
dan dosis kedua semasa di sekolah yaitu umur 4-6 tahun. 2 dosis vaksin
MMR juga direkomendasikan untuk orang dewasa dengan faktor resiko
tinggi seperti mahasiswa, pengunjung asing ataupun pekerja kesehatan
yang dilahirkan setelah tahun 1957.

Vaksin MMR melindungi anak dari semua tiga penyakit dan diberikan
pada umur 12 bulan. Dosis kedua menggunakan vaksin MMRV diberikan
pada umur 18 bulan juga untuk melindungi anak dari cacar air. MMR
diberikan pada umur empat tahun kepada anak yang tidak menerima
vaksin MMR kedua pada umur 18 bulan. Dosis MMR untuk umur empat
tahun berakhir dalam bulan Desember 2015. Semua orang yang lahir
dalam atau sesudah 1966 supaya mengecek status imunisasi mereka untuk
memastikan mereka sudah menerima dua dosis vaksin yang mengandung
campak. Jika orang dalam golongan umur ini tidak memiliki dokumentasi
(baik tertulis atau secara tes darah yang menunjukkan imunitas) dua
vaksin yang mengandung campak, mereka supaya divaksinasi. Wanita
usia subur, terutama mereka yang mempertimbangkan kehamilan, supaya
mengunjungi dokter mereka dan mendapatkan tes darah untuk rubella. Tes
darah ini akan menunjukkan apakah imunisasi MMR satu lagi diperlukan,
tes darah lebih lanjut perlu dilakukan sesudah imunisasi untuk memastikan
bahwa vaksin tadi telah memberikan perlindungan

I. KOMPLIKASI

Keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dalam bentuk meningitis


aseptik (sel-sel inflamasi pada cairan serebrospinal) adalah yang paling
sering, terjadi tanpa gejala pada 50% sampai 60% pasien. Gejala
meningitis (sakit kepala, kaku kuduk) terjadi sampai 15% pasien dan
berubah tanpa sequelae 3 sampai 10 hari. Orang dewasa memiliki risiko
lebih tinggi untuk komplikasi ini dibandingkan anak-anak, dan laki-laki
lebih sering dibandingkan anak perempuan (dengan rasio 3:1). Parotitis
mungkin tidak ada di sebanyak 50% pasien demikian. Penyakit otak
adalah jarang (kurang dari 2 per 100,000 kasus mumps).4

 Meningioensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak.
Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis
system saraf sentral, seperti dibuktikan oleh pleositasis cairan
serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan
parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita.
Insiden meningoensefalitis parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10%
dari kasus ini terjadi pada penderita lebih tua dari 20 tahun. Angka
mortalitas adaah sekitar 2%. Orang laki-laki terkena tiga sampai lima
kali lebih sering daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu dari
penyebab meningitis aseptik yang paling sering.3
Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebabagai (1)
infeksi primer neuron dan (2) ensefalitis pascainfeksi dengan
demielinasi. Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau
menyertai ensefalitis. Pada tipe ke dua, ensefalitis menyertai parotitis
pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin pada beberapa kasus tidak ada.
Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan
infeksi parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tapi pada
umur menyusui telah menghasilkan lesi yang serupa.3
Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dari
meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
neorologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya
berisi sel kurang dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah
sel dapat melebihi 2.000. selnya hampir selalu limfosit, berbeda
dengan meningitis aseptik enterovirus, dimana leukosit
polimorfonklear sering mendominasi pada awal penyakit. Virus
parotitis dapat diisolasi dari cairan serebrospinal pada awal penyakit.3
 Orkitis, Epididimitis
Orchitis (inflamasi testicular) adalah komplikasi paling umum pada
laki-laki setelah masa pubertas. Penyakit ini terjadi sebanyak 50%
pada laki-laki setelah masa pubertas, biasanya setelah parotitis, tapi
penyakit ini mungkin mendahuluinya, terjadi secara serempak, atau
terjadi sendirian.4
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi
sering (14-35%) pada remaja dan orang dewasa. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis; epididimitis dapat juga
terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya; orkitis dapat juga terjadi tanpa
bukti adanya infeksi kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita keda
testis terkena. Mulainya biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu,
menggigil, nyeri kepala, mual, dan nyeri perut bawah; bila testis kanan
terlibat, appendisitis dapat dikesankan sebagai kemungkinan
diagnostik. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak, dan kulit
yang berdekatan edema dan merah. Rata-rata lamanya adalah hari.
Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut mungkin jarang.3
 Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas.3,4

 Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa,
kelainan fungsi ginjal terjadi kadang-kadang pada setiap penderita, dan
virria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak
belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah
parotitis, telah dilaporkan.3
 Prankreatitis
Pankreatitis adalah jarang, tapi adakalanya terjadi tanpa parotitis;
hyperglycemia adalah temporer dan bersifat reversibel.4
 Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Rekaman
elektrokardigrafi menunjukkan perubahan-perubahan, kebanyakan
depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri.
Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium,
bradikardia, dan kelelahan kadang-kadang ditemukan pada remaja dan
orang dewasa dengan parotitis.3
 Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.3
 Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral; walaupn insidennya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf
unilateral. Kehilangan pendengaran mungkin sementara atau
permanen.3
 Komplikasi Okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optic
(papillitis)dengan gejala-gejaa bervariasi dari kehilangan penglihatan
sampai kekaburan ringan dengan penyembuuhan dalam 10-20 hari;
uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,
kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;
skleritis, tendonitis, dengan akibat eksoftalmus; dan trobosis vena
sentral.3
 Artritis
Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi
merupakan komplikasi yang jarang; biasanya penyembuhannya
sempurna.3
 Purpura Trombositopeni
Tanda ini tidak sering terjadi.3
 Embriopati Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi ibu mencederai janin;
kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan.
Parotitis pada awal kehamilan menambah peluang abortus.3

J. PROGNOSIS

Prognosis keseluruhan mumps dengan tanpa komplikasi adalah


sangat baik. Prognosis pasien dengan ensefalitis umumnya baik, namun,
kerusakan neurologis dan kematian dapat terjadi. Dilaporkan angka
kejadian ensefalitis mumps sebesar 5 kasus per 1000 kasus mumps yang
dilaporkan. Sequelae permanen jarang terjadi, sedangkan laporan kasus
ensefalitis angka kematian rata-rata 1,4%. Myelitis sementara atau
polyneuritis jarang. Sekitar 10% dari semua pasien yang terinfeksi
berkembang dalam bentuk meningitis ringan, yang sulit dibedakan
dengan meningitis bakteri.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sri Rezeki S. Orkitis pada Infeksi


Parotitis Epidemika: laporan kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni
2009. p 47-51
2. Satari, Hindra Irawan, et.al. Studi Sero epidemiologi pada Antibodi
Mumps Anak Sekolah Dasar di Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3,
Desember 2004. p. 134-137
3. Maldonado, Yvonne. Parotitis Epidemika. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan
Anak; 2000. p.1075-1077
4. Mumps, Pinkbook 2012, Epidemiology and Prevention of Vaccine
Preventable Diseases, 12th Edition Second Printing Revised May 2012
5. Vikas S. Kancherla, I. Celine Hanson. Mumps resurgence in the United
States. The Journal of Allergy and Clinical Immunology Volume 118,
Issue; 2016. p.938-941. Diakses dari http://www.jacionline.org
/article/S0091-6749(06)01582-X/fulltext
6. Kristi. L. Koenig., Shastry. S., dkk. Mumps Virus: Modification of the
Identify-Isolate-Inform Tool for Frontline Healthcare Providers. 2016.
Diakses dari http://escholarship.org/uc/uciem_westjem
7. Depkes RI. Mumps (parotitis Epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas; 2007. Jakarta: 2008. p.158
8. Anggraeni, Melisa, Dwi Lingga Utama, I Md Gd. Gondongan (Mumps
atau Parotitis). Bag/SMF IKA FK UNUD-RSUP Sanglah Denpasar.
Diakses dari http://ppdsikafkunud.com/gondongan-mumps-atau-parotitis
pada bulan April 2013
9. California Department of Public Health – December 2012. Mumps: Case
and Outbreak Investigation: 2012
10. Germaine L Defendi. Mumps. In: Russell W Steele, Chieff Editor:
Medscape Reference: 2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com.

Anda mungkin juga menyukai