Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ESSAY

’’PAROTITIS’’
BLOK DIGESTIVE II

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rachma Meilinda


NIM : 018.06.0067
KELAS : A
DOSEN : I G P Winangun, dr, Sp.PD, Finasim

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
LATAR BELAKANG
Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis merupakan
penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidennya pada umur <15
tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun.
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40 %
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Parotitis adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi virus (Paramyxovirus) dan menyerang jaringan
kelenjar dan saraf. Infeksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum
penyebaran imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung,
percikan ludah, atau urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa
muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum.

PAROTITIS

Parotitis (Mumps) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dan menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) diantara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik.
Penyakit ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun.
Penyebab parotitis adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang
juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 µm.  Virus telah
diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi
lain. Virus yang paling umum yang menyebabkan parotitis akut adalah mumps.
Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus, subfamily
Paramyxovirinae, dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2
glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini
juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau
yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang
berasal dari hemaglutinin permukaan. Virus ini aktif dalam lingkungan yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. 
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta
pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui
hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian
menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari
(masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju
virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada
sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang.
Parotitis dapat ditemukan diseluruh dunia dan menyerang kedua jenis
kelamin secara seimbang terutama menyerang anak berumur antara 5-10 tahun,
85% ditemukan pada anak-anak yang berumur di bawah 15 tahun. Sebelum era
vaksinasi, parotitis merupakan penyakit endemik hampir diseluruh daerah di dunia
dengan puncak insiden terjadi pada usia 5-9 tahun, namun setelah era vaksinasi
insiden parotitis bergeser ke usia dewasa muda.
Virus menyebar dari reservoir manusia melalui kontak langsung lewat
droplet. Sumber infeksi adalah saliva atau bahan-bahan yang tercemar oleh saliva
yang terinfeksi dan masuk ke host yang baru lewat saluran nafas. Virus dapat
diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kelenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kelenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang.
Patogenesis viirus ini dimulai ketika masuk ke dalam tubuh melalui
hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada mukosa saluran nafas atas kemudian
menyebar ke kelenjar limfe lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari
yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kelenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
Parotitis menyebabkan peningkatan IgG dan IgM yang dapat terdeteksi
dengan ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). IgM meningkat pada
stadium awal infeksi (hari kedua sakit), mencapai puncaknya dalam minggu
pertama dan bertahan selama 5-6 bulan. IgG muncul pada akhir minggu pertama,
mencapai puncak pada 3 minggu kemudian dan bertahan seumur hidup. IgA juga
meningkat saat infeksi.
Manifestasi klinis dapat muncul setelah maasa inkubasi selama 14-24
hari. Masa prodormal ditandai perasaan lesu, nyeri pada otot terutama daerah
leher, sakit kepala, nafsu makan menurun diikuti pembesaran cepat satu atau dua
kelenjar parotis sarta kelenjar ludah yang lain seperti submaksila dan sublingual.
Pembesaran unilateral terjadi pada 25 % kasus sedangkan pembengkakan kelenjar
bilateral terjadi pada 70-80% kasus. Gejala yang timbul dalam 24 jam didapat
kan pasien akan mengeluh sakit telinga dan diperberat jika mengunyah makanan.
Pada anak yang lebih besar mengeluh pembengkakan dan nyeri rahang pada
stadium awal penyakit. Dalam beberapa hari kelenjar parotis dapat terlihat dan
membesar dengan cepat serta mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari sehingga
aurikula akan terangkat dan terdorong ke lateral. Selama masa pembesaran
kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangat hebat. Daerah yang mengalami
pembengkakan terasa lunak dan nyeri.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan adalah:

a. Pemeriksaan darah rutin


b. Pemeriksaan c-reactive protein (CRP)
c. Tes serologi, dimana didapatkan kenaikan antibody spesifik terhadap
parotitis seperti complement fixation test (CF), hemagglutination-
inhibition (HI), enzim linked immunosorbent assay (ELISA) dan virus
neutralization.
d. Isolasi virus penyebab dari saliva dan urin selama masa akut penyakit dan
dari CSF saat dini dari meningoensefalitis. Virus masih dapat ditemukan
dalam urin 2 minggu setelah onset penyakit
e. Pemeriksaan amylase serum.
Penatalaksanaan pada parotitis simptomatik dan suportif karna parotitis
merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi
infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.

Komplikasi. Hampir semua pasien yang mengalami parotitis akan sembuh


dengan sendirinya tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi seperti : Meningoensepalitis,
ketulian, orkitis, ooforitis, pankreatitis, nefritis, tiroiditis, miokarditis

Pencegahan parotitis epidemika.


Pencegaha aktif adalah dengan memberikan vaksinasi virus parotitis
epidemika yang telah dilemahkan. Insiden parotitis epidemika menurun tajam
sampai 90% di Amerika serikat setelah dilakukan imunisasi terhadap penyakit ini.
Sedian vaksin mumps dikenal sebagai MMR yaitu gabungan mumps-measles-
rubella. Vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan dan diulang pada anak ketika
usia 5-7 tahun. Parotitis dapat timbul pada anak yang mendapat vaksinasi kira-kira
7-10 hari setelah mendapat vaksinasi. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin
dapat berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Sampai saat ini prognosis
parotitis adalah baik. Berikut adalah perbedaan pencegahan secara pasif dan aktif.
a. Pasif : Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam
mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
b. Aktif : Pemberian rutin vaksin parotitis hidup yang dilemahkan. Anak
yang divaksinasi biasanya tidak mengalami demam atau reaksi klinis lain
yang dapat dideteksi, tidak mengeksresi virus, dan tidak menular terhadap
kontak yang rentan. Jarang parotitis dapat berkembang 7 – 10 hari sesudah
vaksinasi. Vaksin memicu antibody pada sekitar 96% resipien seronegatif
dan mempunyai kemanjuran protektif sekitar 97% terhadap infeksi
parotitis alamiah. Proteksi tampak berakhir lama. Pada suatu wabah
parotitis, beberapa anak yang telah diimunisasi dengan vaksin parotitis
sebelumnya mengalami sakit yang ditandai dengan demam, malaise, mual,
dan ruam popular merah yang melibatkan badan dan tungkai tetapi
mentelamatkan telapak tangan dan kaki. Ruam berakhir sekitar 24 jam.
Tidak ada virus yang diisolasi dari anak, tetapi kenaikan titer antibody
parotitis ditunjukkan.

Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Secara


umum prognosis parotitis baik, kecuali pada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan sekuele
karena meningoensefalitis
KESIMPULAN
Parotitis adalah suatu penyakit menular disebabkan karna terinfeksi
oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis)
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti pembengkakan, nyeri, kemerahan,
dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah. Gangguan parotitis cenderung
menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Diagnosis
ditegakkan dari anamnesa, bila jelas ada gejala infeksi parotitis pada pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium tidak spesifik sehingga tidak bisa dijadikan
patokan bila gejala fisik tidak jelas maka diagnosis didasarkan atas pemeriksaan
serologis, amilase dan virologi. penatalaksanaan bersifat simptomatik dan
suportif, karena tidak ada terapi spesifik untuk infeksi virus “mumps”. Prognosis
parotitis cenderung baik dan sangat jarang terjadi kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins.
Edisi 9. Singapura: Elsevier Saunders.

Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu


Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC

John MF, A., 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna
Publishing, pp.2550-51.

Phillips CF. Mumps. Dalam : Behrman RE, Vaughan III VC, nelson WE,
penyunting. Textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB
Saunders, 2006, h. 235-9

Sumarmo S, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis, Edisi II.
Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Anda mungkin juga menyukai