“TROMBOPLEBITIS”
“TROMBOPLEBITIS”
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tromboplebitis”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan teman-teman.
i 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi ..........................................................................................8
2. Etiologi ..........................................................................................9
3. Epidemiologi..................................................................................10
4. Klasifikasi......................................................................................11
5. Patofisiologi...................................................................................12
6. Tanda & gejala...............................................................................13
7. Pemeriksaaan penunjang................................................................15
8. Penatalaksanaan.............................................................................16
9. Pencegahan....................................................................................19
10. Komplikasi ...................................................................................20
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ......................................................................................22
2. Diagnosa ........................................................................................28
3. Perencanaan ...................................................................................28
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan...........................................................................................35
B. Saran ....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................36
4
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah, Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tromboflebitis
8
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada
vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses
ini dinamakan flebotrombosis, (Smeltzer, 2002).
B. Etiologi
Pada vena yang sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam
keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
9
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat
serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi
salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula
kemungkinan terjadi tromboflebitis.
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi
untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah
lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis
6. Trauma
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.
10
C. Epidemiologi
D. Klasifikasi
1. Pelvio Tromboflebitis
11
2. Tromboflebitis femoralis
E. Patofisiologi
12
banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat
saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah
statis aliran darah dan hiperkoagulasi.
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel
yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa
substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-
modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami
kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan
menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat
pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan
mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan
tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk
berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan
mengaktifkan sistem pembekuan darah.
13
3. Perubahan daya beku darah
Secara Khusus:
1. Pelvio Tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.
14
1) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-
40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti
pada endometritis.
c. Gambaran darah
2. Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
15
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan
katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe
Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih
kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini
relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.
Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan
peningkatan lingkar ekstremitas.
2. Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan
hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial
terjadinya pembentukan trombus.
3. Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai
aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.
16
4. Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang
penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.
Staphilokokus aureus, Eschercia coli ,dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.
5. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten.
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan
venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
H. Penatalaksanaan
1. Pelvio tromboflebitis
2. Tromboflebitis femoralis
17
Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi
risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung
kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada
penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki
varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah
kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum
bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan antibiotik sesuai dengan resep.
i. Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan
kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal
untuk mengkaji pendarahan jika pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada
gusi, bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
18
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
3. Pola Pengobatan Tromboflebitis
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam
dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan
darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat
kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat
analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah
ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi
rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
I. Pencegahan
1. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia
memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan
ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat
menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas,
harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
2. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4
usaha penting harus dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir
19
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya persalinan
3. Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh
lakukan proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar
dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.
4. Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan
sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini
hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi).
5. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman
karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-
kuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah membuka
vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan
perineum.
a. Pelvio Tromboflebitis
20
yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak
mendapat pasokan oksigen.
2) Septikemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah
lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah
atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi
infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk.
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius
adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi
sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya
akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli yang lain, Trombus
tersebut bisa berasal dari vena di bagian tubuh yang lain, seperti misalnya
tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus tersebut berjalan melalui
pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat
pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk
dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru
yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian
tersebut tidak mendapat pasokan oksigen
2. Prognosis
Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan
tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi
dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya
jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya
dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih
memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam
menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan
tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang
rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
22
klien saja, tidak ada permasalahan yang mungkin
ditimbulkan
diatas 30 tahun
c. Jenis kelamin :Sering terjadi pada wanita post partum atau masa
23
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang
pada daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki
mengalami edema.
3. Riwayat kesehatan
d. Riwayat psikososial
24
Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan
hubungan interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan
pengobatan.
c. Pola eliminasi
25
f. Pola kognitif perseptual
Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena
nyeri yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.
26
Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya
akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami
penyakit yang dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya.
Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan
perlu dikaji.
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
klien
b. Pemeriksaan Fisik
27
3) Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada,
pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri
pada saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar
ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung
tidak ada mur-mur.
4) Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada
pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak,
simetris kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan,
kolostrum sudah keluar lancar.
5) Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat
striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi
uterus baik.
6) Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises
pada vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada
oedema, kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban.
7) Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas
ata (normal)
8) Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien
tromboflebitis pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema.
Pada palpasi terdapat nyeri tekan, ektremitas teraba hangat.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
28
aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau
tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan,
praktis, cepat dan non infasif, Pemeriksaan ultrasonograf doppler
dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas.
b. Pemeriksaan hematokrit
c. Pemeriksaan Koagulasi
d. Biakan darah
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi serta dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang
tidak kompeten.
f. Venografi
29
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis..
Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena
renalis.
B. Diagnosa Keperawatan
C. intervensi keperawatan
30
jaringan yang regangan kulit,
dibuktikan ikatan atau
oleh adanya penonjolan vena.
nadi perifer,
warna kulit 3. Tingkatkan tirah 3. Pembatasan aktivitas
dan suhu baring selam fase menurunkan
normal tidak, akut. kebutuhan oksigen
edema dan nutrisi pada
2. Menunjukkan ekstremitas trombus
peningkatan atau pembentukan
toleransi emboli.
aktivitas.
31
vena, dan juga
memperbaiki tonus
otot umum
regangang
32
sakit bila dianjurkan. perbaikan edema
lokal
33
dapat 3. Pertahankan tirah 3. Menurunkan
berakitivitas baring selama fase kenyamanan
seperti yang akut. sehubungan dengan
diinginkan kontraksi otot dan
gerak.
34
Suhu tubuh rutin. adanya perubahan
pasien normal suhu.
370C
5. Kolaborasi dengan
5. Membantu
tim medis untuk
mengatasi
pemberian obar
masalah dengan
penurun demam
medikasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
35
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai
dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita
hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio tromboflebitis. Tromboflebitis
disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada vena,
obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat
persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adanya
malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki
insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
B. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
38