Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“TROMBOPLEBITIS”

Dosen Pengampu : Maliha Amin, SKM., M.Kes


Ns. Herawati Jaya, S.Kep, M.Kes
Intan Komalasari, SST, M.Kes
Tingkat :2B
Disusun oleh : Krismonita Pratami Purba

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2018-2019
MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“TROMBOPLEBITIS”

Dosen Pengampu : Ns. Herawati Jaya, S.Kep, M.Kes


Tingkat :2B
Disusun oleh : Krismonita Pratami Purba

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2018-2019
KATA PENGANTAR

          Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tromboplebitis”.

          Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

          Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan teman-teman.

Palembang,08 Maret 2018


Penulis

i 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi ..........................................................................................8
2. Etiologi ..........................................................................................9
3. Epidemiologi..................................................................................10
4. Klasifikasi......................................................................................11
5. Patofisiologi...................................................................................12
6. Tanda & gejala...............................................................................13
7. Pemeriksaaan penunjang................................................................15
8. Penatalaksanaan.............................................................................16
9. Pencegahan....................................................................................19
10. Komplikasi ...................................................................................20
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ......................................................................................22
2. Diagnosa ........................................................................................28
3. Perencanaan ...................................................................................28
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan...........................................................................................35
B. Saran ....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................36

4
ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.


Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat
dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis
biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling sering
mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena
superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises,
namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis,
(Afrian, 2011).

Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus


untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan
thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki
otototot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini,
tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang
berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh
darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang
mendasari serius, seperti kanker dari organ internal, (Afrian, 2011).

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang


mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis
didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau
masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa
ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa
nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).

5
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah, Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?


2. Apa saja etiologi tromboflebitis?
3. Bagaimana epidemiologi tromboflebitis?
4. Bagaimana klasifikasi tromboflebitis?
5. Bagaimana patofisiologi tromboflebitis?
6. Bagaimana tanda dan gejala tromboflebitis?
7. Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan tromboflebitis?
8. Bagaimana penatalaksanann tromboflebitis?
9. Bagaimana pencegahan tromboflebitis?
10. Bagaimana komplikasi dan prognosis tromboflebitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan tromboflebitis?

6
C. Tujuan

1. Mampu menjelaskan pengertian tromboflebitis


2. Mampu menjelaskan etiologi tromboflebitis
3. Mampu menjelaskan epidemiologi tromboflebitis
4. Mampu menjelaskan klasifikasi tromboflebitis
5. Mampu menjelaskan patofisiologi tromboflebitis
6. Mampu menjelaskan tanda dan gejala tromboflebitis
7. Mampu menjelaskan pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada
klien dengan tromboflebitis
8. Mampu menjelaskan penatalaksanaan tromboflebitis
9. Mampu menjelaskan pencegahan tromboflebitis
10. Mampu menjelaskan komplikasi tromboflebitis
11. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan tromboflebitis.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tromboflebitis

Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah


melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku (Prawirrohardjo, 2009).

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang


mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis
didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas.

Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai


pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang disebabkan
oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah
pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

Menurut Depkes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada


vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan
penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan
tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu
penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang
mempermudah terjadinya inflamasi.

8
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada
vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses
ini dinamakan flebotrombosis, (Smeltzer, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada


pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah
(thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada
masa nifas.

B. Etiologi

Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah:

1. Perluasan infeksi endometrium

Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah


disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan
perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada
endometrium.

2. Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam
keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.

9
3. Obesitas

Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat
serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi
salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula
kemungkinan terjadi tromboflebitis.

4. Pernah mengalami tromboflebitis

Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang


mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena
perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.

5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi
untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah
lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis
6. Trauma

Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat


menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di
tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau
pemberian obat yang iritan secara intra vena.

7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.

Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan


aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada
segmen vena tungkai.

8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.

Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula


pada system aliran vena

10
C. Epidemiologi

Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko


terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau
operasi.

Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien


antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis
profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien
postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena (tromboflebitis)
antar lain stasis (perlambatan aliran darah), luka pada dinding pembuluh darah
(iritasi lokal dan infeksi), dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

D. Klasifikasi

Menurut Saifuddin (2002) tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

1. Pelvio Tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena


didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis
pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis dan dari vena ovarika kanan ke vena
kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi
penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika
daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil
trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini
mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada
paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.

11
2. Tromboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena


magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau
embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima
pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena
pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering
terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat
didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena
dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi.

E. Patofisiologi

Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari


stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang-
orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang
tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada
orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika
aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang
telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena
perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas
sehingga ektremitas mengalami edema. Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai
trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya
pembentukan trombus.

Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada


permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin

12
banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat
saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.

Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah
statis aliran darah dan hiperkoagulasi.

1. Statis Vena

Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.

2. Kerusakan pembuluh darah

Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena,


melalui :

a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.


b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan.

Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel
yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa
substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-
modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami
kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan
menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat
pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan
mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan
tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk
berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan
mengaktifkan sistem pembekuan darah.

13
3. Perubahan daya beku darah

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah


dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun. Trombosis vena
banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat,
seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C,
defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.

F. Tanda dan Gejala

secara umum menurut Afrian (2011) yaitu:

Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah


vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan
(timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga
dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-
tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda
adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.
Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi
pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.

Secara Khusus:

1. Pelvio Tromboflebitis

a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.

b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai


berikut:

14
1) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-
40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti
pada endometritis.

3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan

4) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutamake


paru-paru

c. Gambaran darah

1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke


sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)

2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat


sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar
dibuatkarena bakterinya adalah anaerob.

2. Tromboflebitis femoralis

a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

b. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai


berikut:

1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

15
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas

3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi


bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada


umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas
dari bawah ke atas.

6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan
katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe
Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih
kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini
relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.
Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan
peningkatan lingkar ekstremitas.
2. Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan
hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial
terjadinya pembentukan trombus.
3. Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai
aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.

16
4. Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang
penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.
Staphilokokus aureus, Eschercia coli ,dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.
5. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten.
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan
venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

H. Penatalaksanaan

1.      Pelvio tromboflebitis

a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan


menggunakan teknik aseptik yang baik.
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum.
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum.
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun
sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.

2.      Tromboflebitis femoralis

a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.


b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.

17
Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi
risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung
kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada
penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki
varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah
kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum
bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan antibiotik sesuai dengan resep.
i. Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan
kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal
untuk mengkaji pendarahan jika pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada
gusi, bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

18
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
3. Pola Pengobatan Tromboflebitis

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk


mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal,
dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi
selama beberapa hari.

Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam
dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan
darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat
kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat
analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah
ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi
rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

I. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia
memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan
ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat
menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas,
harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
2. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4
usaha penting harus dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir

19
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya persalinan
3. Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh
lakukan proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar
dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.
4. Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan
sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini
hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi).
5. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman
karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-
kuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah membuka
vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan
perineum.

J. Komplikasi dan Prognosi


1. Komplikasi

Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai


berikut:

a. Pelvio Tromboflebitis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvio antara lain adalah:

1) Emboli paru septik


Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-
paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil
di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus
tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat,

20
yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak
mendapat pasokan oksigen.
2) Septikemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah
lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah
atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi
infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk.
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius
adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi
sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya
akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli yang lain, Trombus
tersebut bisa berasal dari vena di bagian tubuh yang lain, seperti misalnya
tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus tersebut berjalan melalui
pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat
pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk
dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru
yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian
tersebut tidak mendapat pasokan oksigen
2. Prognosis
Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan
tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi
dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya
jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya
dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih
memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam
menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan
tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang
rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat


mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas
perawatan klien atau pasien, Identitas klien meliputi:

a. Nama :Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas

22
klien saja, tidak ada permasalahan yang mungkin
ditimbulkan

b. Umur :Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia

diatas 30 tahun

c. Jenis kelamin :Sering terjadi pada wanita post partum atau masa

nifas, namun tidak menutup kemungkinan dapat


terjadi pada wanita hamil

d. Agama :Agama atau keyakinan seseorang tidak

mempengaruhi, dalam terjadinya tromboflebitis

e. Pendidikan :Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan

tingkat pengetahuan klien, tingkat pengetahuan


akan mempengaruhi terjadinya trombofleb itis
dimana klien yang sudah mengetahui
tromboflebitis akan lebih merawat diri sehingga
dapat meminilkan atau mencegah untuk terjadinya
tromboflebitis

f. Pekerjaan :Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan

yang lebih banyak duduk lama

g. Status perkawinan:Status perkawinan seseorang tidak akan

mempengaruhi terjadinya tromboflebitis.

23
2. Keluhan utama

Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang
pada daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki
mengalami edema.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan terdahulu

Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien


terdahulu apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah
melahirkan apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau
tidak, dikaji pula apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau
tidak yang beresiko tinggi terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami
trauma atau tidak, mempunyai varises vena atau tidak, dan menderita
tumor atau tidak.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat


ini misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien
mengeluh nyeri yang dialami.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki


resiko tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung

d. Riwayat psikososial

24
Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan
hubungan interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan
pengobatan.

4. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit


yang dialaminya saat ini.

b. Pola nutrisi dan metabolik

Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan


pada pola nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka
pasien tidak mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah
menghilang pola makan

klien kembali kepada semula

c. Pola eliminasi

Pola eleminasi tidak mengalami gangguan

d. Pola aktivitas dan latihan

Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih


berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah
karena selain nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis
juga malaise

e. Pola tidur dan istirahat

Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami


nyeri

25
f. Pola kognitif perseptual

Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas


akibat kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut.
Selain itu, gangguan intergritas ego dapat mengakibatkan perubahan
perilaku dan status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani
pengobatan.

h. Pola hubungan dan peran

Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam


hubungan dan peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan
hubungan bermasyarakat klien.

i. Pola reproduksi seksual

Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena
nyeri yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.

j. Pola pertahanan diri dan toleransi stres

Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping


yang kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang
dialami pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat
meningkatkan stres klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual
dan perubahan peran juga akan mempengaruhi konsep diri klien.

k. Pola keyakinan nilai

26
Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya
akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami
penyakit yang dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya.
Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan
perlu dikaji.

5. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD: 110/70 nnHg

Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami

klien

Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-40° derajat C

Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai


dari rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar
kepala tidak terganggu.
2) Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada
benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan
(normal).

27
3) Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada,
pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri
pada saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar
ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung
tidak ada mur-mur.
4) Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada
pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak,
simetris kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan,
kolostrum sudah keluar lancar.
5) Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat
striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi
uterus baik.
6) Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises
pada vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada
oedema, kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban.
7) Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas
ata (normal)
8) Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien
tromboflebitis pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema.
Pada palpasi terdapat nyeri tekan, ektremitas teraba hangat.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonograf Doppler

Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap


kemampuan katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena
yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan
cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan

28
aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau
tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan,
praktis, cepat dan non infasif, Pemeriksaan ultrasonograf doppler
dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas.

b. Pemeriksaan hematokrit

Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan


hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan
berpotensial terjadinya pembentukan trombus

c. Pemeriksaan Koagulasi

Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini


menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji
activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan
kadar fibrinogen.

d. Biakan darah

Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme


yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan
anaerob, Staphilokokus aureus Eschercia coli dan Bakteriodes..
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman
didalam darah.

e. Pemindai ultrasuond dupleks

Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi serta dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang
tidak kompeten.

f. Venografi

29
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis..
Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena
renalis.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

aliran darah vena (stasis vena)

2. Nyeri berhubungan dnegan proses inflamasi


3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

C. intervensi keperawatan

Dx keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1. Ketidakefekti Tujuan: 1. Lihat ekstremitas 1. Mengetahui adanya
fan perfusi Setelah dilakukan untuk warna kulit gangguan atau
jaringan tindakan selama adanya edema. Cacat kelainan pada
perifer 3X24 jam kesimetrisan betis, ektremitas
berhubungan diharapkan pasien ukuran dan cacat
dengan menunjukkan lingkar betis.
gangguan perbaikan perfusi 2. Kaji ektrimitas 2. Distensi vena dapat
jaringan. untuk penonjolan terjadi karena aliran
aliran
Kriteria hasil: vena yang jelas. balik melalui vena
darah vena
1. Menunjukkan Palpasi perlahan percabangan
(stasis
perbaikan untuk regangan
vena)
perfusi jaringan lokal,

30
jaringan yang regangan kulit,
dibuktikan ikatan atau
oleh adanya penonjolan vena.
nadi perifer,
warna kulit 3. Tingkatkan tirah 3. Pembatasan aktivitas
dan suhu baring selam fase menurunkan
normal tidak, akut. kebutuhan oksigen
edema dan nutrisi pada
2. Menunjukkan ekstremitas trombus
peningkatan atau pembentukan
toleransi emboli.
aktivitas.

4. Anjurkan pasien 4. Menurunkan


untuk meninggikan pembengkakan
kaki bila tidur atau jaringan dan
duduk sesuai pengosongan cepat
indikasi. Secara vena superfisial dan
periodik tinggikan tibial, mencegah
kaki dan telapak distensi berlebihan
kaki lebih tinggi dari yang dapat
pada jantung. meningkatkan aliran
balik vena.

5. Anjurkan pasien 5. Tindakan ini


untuk melakukan dilakukan untuk
latihan aktif atau meningkatkan aliran
pasif sementara balik vena dari
ditempat tidur misal ekstremits yang
seperti fleksi ektensi. lebih rendah dan
menurunkan stasis

31
vena, dan juga
memperbaiki tonus
otot umum
regangang

6. Ingatkan pasien 6. Pembatasan fisik


untuk tidak terhadap sirkulais
menyilangkan kaki mengganggu aliran
atau hiperfleksi lutut darah dan
(posisi duduk meningkatkan stasis
dengan kaki vena dan pelvis
menggantung atau popliteal, dan
berbaring dengan pembuluh kaki, jadi
posisi menyilang). meningkatkan
pembengakkan dan
ketidaknyamanan.

7. Anjurkan pasien 7. Aktivitas ini


untuk menghindari berpotensi
pijatan atau memecahkan atau
mengurut menyebarkan
ekstremitas yang trombus,
sakit. meningkatkan
embolisasi dan
meningkatkan resiko
komplikasi

8. Anjurkan untuk 8. Dapat diberikan


melakukan kompres untuk meningkatkan
hangat pasa vasodilatasi dan
ektremitas yang aliran balik vena dan

32
sakit bila dianjurkan. perbaikan edema
lokal

9. Kolaborasi dengan 9. Membantu


tim medis untuk mengatasi masalah
pemberian dengan medikasi
antikoagulan
contohnya heparin.

2. Nyeri Tujuan: 1. Kaji tingkat nyeri 1. Derajat nyeri secara


berhubungan Setelah dilakukan yang dialami pasien. langsung dapat
dengan proses tindakan selama berhubungan dengan
inflamasi 3x24 jam luasnya kekurangan
diharapkan nyeri sirkualsi, proses
yang dialami inflamsi, derajat
pasien berkurang. hipoksia, dan edema
Kriteria hasil: luas sehubungan
1. Pasien dengan terbentuknya
mengataan trombus.
sudah tidak
nyeri 2. Atur posisi yang 2. Posisi yang nyaman
2. Pasien nyaman bagi pasien. akan membantu
menunjukkan memberikan
tindakan kesempatan pada otot
rileks untuk relaksasi
maupun seoptimal mungkin.
istirahat dan

33
dapat 3. Pertahankan tirah 3. Menurunkan
berakitivitas baring selama fase kenyamanan
seperti yang akut. sehubungan dengan
diinginkan kontraksi otot dan
gerak.

4. Anjurkan tirah baring 4. Mengurangi nyeri yang


selama fase akut. dialami pasien

5. Berikan health 5. Pemahaman pasien


education tentang tentang penyebab yang
penyebab nyeri yang terjadi akan
dialami pasien. mengurangi ketegangan
pasien dan
memudahkan pasien
untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.

6. Kolaborasi dengan 6. Obat-obatan analgesik


dokter untuk dapat membantu
pemberian analgesik. mengurangi nyeri
pasien.

3. Hipertermi Tujuan: 1. Pantau suhu tubuh 1. Peningkatan suhu


berhubungan Selama dilakukan pasien(derajat dan menunjukkan
dengan proses tindakan 3x24 jam pola) perhatikan proses penyakit
inflamasi diharapkan suhu menggigil atau infeksius akut.
tubuh pasien diaforesis.
normal
Kriteria hasil: 2. Ukur TTV secara 2. Mengetahui

34
Suhu tubuh rutin. adanya perubahan
pasien normal suhu.
370C

3. Pantau suhu 3. Suhu ruangan atau


lingkungan jumlah selimut
batasi/tambahkan line harus diubah
tempat tidur sesuai untuk
indikasi mempertahankan
suhu mendekati
normal

4. Berikan kompres 4. Kompres hangat


hangat dapat membantu
mengurangi
demam

5. Kolaborasi dengan
5. Membantu
tim medis untuk
mengatasi
pemberian obar
masalah dengan
penurun demam
medikasi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

35
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai
dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita
hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio tromboflebitis. Tromboflebitis
disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada vena,
obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat
persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adanya
malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki
insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.

Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-penderita


umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atau
pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada
gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula
pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup
vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena
dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi
karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,
tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

B.  Saran

1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian


maupun gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis
tersebut maka klien segera ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Kepada tenaga kesehatan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang
berlanjut.
3. Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan
yang dapat dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip
preventif sebelum kuratif.

36
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.

37
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC. Wikhajosastro, Hanifa .2005.


IlmuKebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

38

Anda mungkin juga menyukai