Anda di halaman 1dari 14

KASUS 1

Seorang An “S” umur 14 tahun,datang ke Rumah Sakit Bahteramas


kota kendari bersama orang tuanya dengan keluhan bengkak pada leher
kanan bagian atas sejak 2 hari yang lalu,ibu klien mengatakan
sebelumnya mengalami demam sampai tinggi 40 0c,klien mengatakan sulit
menelan,sakit kepala,nyeri otot,tidak ada nafsu makan,masih dari
keterangan yang didapatkan dari Ibu An “S” kalau anaknya yang pertama
juga saat ini mengalami sakit yang sama dan hal ini yang membuat ibu
klien cemas.Dari hasil pemeriksaan,didapatkan nyeri tekan pada leher
yang bengkak,sakit membuka mulut dan leher tampak kemerahan.

Sasaran Belajar :
1. Apa masalah yang dialami An “S” berdasarkan kasus diatas?
2. Penyebab terjadinya bengkak pada leher An “S”?
3. Penyebab suhu An “S” sampai 400 c ?
4. Penyebab An “S” susah menelan ?
5. Penyebab terjadinya nyeri pada otot An “S”?
6. Penyebab sakit yang sama dialami anggota keluarga ?
7. Penyebab An S tidak ada nafsu makan?
8. Penyebab nyeri tekan pada leher An “S”
9. Buat Asuhan Keperawatan berdasarkan pendekatan Nanda
(NIC/NOC) !
Jawaban :
1. Parotitis
2. Terinfeksi oleh virus (paramyxovirus) yang meyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) diantara telinga dan rahang.
3. Karena adanya peradangan atau proses inflamasi di dalam kelenjar
parotis sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat
4. Karena disebabkan adanya edema pada kelenjar parotis sehingga
terjadi kesulitan dalam proses menelan
5. Karena adanya peradangan atau proses inflamasi di dalam kelenjar
parotis sehingga menyebabkan timbul rasa nyeri pada otot.
6. Karena disebabkan adanya kontak langsung paramixyovirus.
Seperti di ketahui mereka tinggal dalam satu rumah yang
menyebabkan resiko penyakit parotitis tersebut bisa menular. Baik
melalui kontak langsung, percikan ludah,dan bahan muntah.
7. Karena adanya pembengkakan pada bagian leher atas dan timbul
rasa nyeri sehingga anak S kesulitan menelan, dan tidak ada nafsu
makan.
8. Karena di sebabkan oleh adanya peradangan atau proses inflamasi
di dalam kelenjar parotis sehingga menyebabkan nyeri tekan pada
leher anak S
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Parotitis adalah penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat
virus.Onset penyakit ini di awali dengan adanya rasa nyeri dan
bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis.pada saluran kelenjar
ludah, terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel pelebaran
dan penyumbatan saluran.
Penyakit parotitis (gondongan) adalah suatu penyakit
dimana seorang terinfeksi oleh virus (paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan
rahang sehingga menyebabkan pembekakkan pada leher bagian
atas dan pipi bagian bawah.
B. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari
kelompok paramyxovirus yang juga termasuk didalamnya virus
parainfluenza, measles, dan virus Newcastle disease. Ukuran dari
partikel paramyxovirus sebesar 90-300 mn. Virus telah di isolasi
dari ludah, cairan cerebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus
ini hanya dapat bertahan selama empat hari pada suhu ruangan.
Virus yang paling umum yang menyebabkan parotitis akut
adalah mumps. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus
rubulavirus subfamily paramyxovirinae dan family paramyxoviridae.
Virus mumps mempunyai dua glikoprotein yaitu hamaglutinin-
neuramidase dan .perpaduan protein. Virus ini juga memliki
komponen yang sanggup memfiksasi yaitu : antigen S atau yang
dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleukapsid dan antigen V
yang berasal dari hemaglotinin permukaan.
C. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus paramyxovirus
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-49 % penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit ( subclinical). Namun demikian
mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan,
yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang
timbul secara terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat di
gambarkan sebagai berikut.
a. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami
gejala, demam (suhu badan 38,5 – 40 0C), sakit kepala, nyeri
otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang
saat mengunyah dan ada kala disertai kaku rahang (sulit
membuka mulut).
b. Terjadi pembengkakan kelenjar dibawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembekakkan salah satu sisi kelenjar kemudian
kedua kelenjar mengalami pembekakan.
c. Pembekakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian
berangsur-angsur mengempis.
d. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada
pria akil balik adakalanya terjadi pembengkakan buah jakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
E.Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambaranya seperti infeksi virus lain,
biasanya leucopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu
liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah
4 x 109/L darah. Dengan limfositosis relative, namun
komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear
tingkat sedang.
2. Amylase serum
Biasanya ada kenaikan amylase serum, kenaikan
cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian
kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar
amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
3. Pemeriksaan serologis
Ada 3 pemeriksaan serologi yang dapat di lakukan
untuk menunjukkan adanta infeksi virus (nelson, 2000),
yaitu:
a) Hemaglutination inhibition (HI) test
b) Neutralization (NT) test
c) Complement-fixation (CF) test
4. Pemeriksaan virologi
Isolasi virus jarang sekali di gunakan untuk diagnosis.
Isolasi virus di lakukan dengan biakan virus yang
terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau
darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemrdsorpsi dalam biakan yang di beri cairan fosfat –
NACl dan tidak ada pada biakan yang di beri serum
hiperimun.
F. Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited
(sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu
minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “mumps” oleh
karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan
suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres
hangat, sialagog (perangsang keluarnya ludah/saliva) seperti
tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan interavena
mungkin di perlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya
asupan oral. Jika respon suboptimal atau pasien sakit dan
mengalami dehidrasi, maka antibiotic intravena mungkin lebih
sesuai.
1. Umum
a) Isolasi untuk mencegah penularan
b) Diet bergizi tinggi ( tinggi kalori dan protein )
c) Bila demam tinggi kompres dengan air hangat
d) Peralatan makanan dan minuman harus di
pisahkan untuk mencegah penularan
e) Memberikan informasi selengkapnya kepada
pasien / orang tua dan keluarga mengenai
penyakit parotitis
f) Menjaga kebersihan gigi dan mulut sangat
efektif untuk mencegah parotitis yang di
sebabkan oleh bakteri dan virus
2. Farmakologi
a) Tatalaksana simptomatis sesuai gejala yang
dirasakan . biasanya antipiretik (parasetamol
atau ibuperofen)
b) Antibiotic : antibiotic spectrum luas dapat
diberikan pada kasus parotitis bakteri akut
yang di seb abkan oleh bakteri
c) Analgetik-antipiretik bila perlu
- Metampiron : anak > 6 bulan 250-500
mg/hari maksimal 2 g/hari
- Parasetamol : 7,5 -10 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis
- Hindari pemberian aspirin pada anak
karena pemberian aspirin beresiko
menimbulkan sindrom reye yaitu sebuah
penyakit langka namun mematikan .obat-
obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin sering kali
di sebut juga sebagai “salicylate” atau
“acetylsalicylic acid “.
d) IVFD D5 ½ NS
Pada pasien dengan kesulitan makan, terapi
cairan yang digunakan adalah cairan yang
mengandung glukosa 5%,sehingga pada
pasien ini di berikan D5 ½ NS. Maka
pemberian cairannya adalah:
100 cc X 10 kg : 1000 cc
50 cc X 4 kg: 200
1200 ml (24 jam )
50 ml (jam) 12 tpm ( makro )
e) Parasetamol sirup 3x11/2 cth ( jika demam)
Obat ini mempunyai nama generic
acetaminophen. Paracetamol adalah drivait
aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik
/analgesic. Paracetamol utamanya di gunakan
untuk menurunkan panas badan yang di
sebabkan oleh karna infeksi atau sebab
lainnya. Di samping itu,paracetamol juga dapat
di gunakan untuk meringankan gejala nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang.
Dosis : 10-15 mg/kgBB/kali
10 mg x 14 kg =140 mg
15 mg x 14 kg = 210 mg
140 – 210 mg/kali
Sediaan : 125 mg/5ml x 187,5 ml jadi dapat
diberikan 1 ½ cth.
f.) Diazepam 5 mg ( pulv ) 3x1 pada saat
demam > 38ºc. indikasi diazepam digunakan
untuk memperpendek mengatasi gejala yang
timbul seperti gelisa berlebihan.
Kontraindikasi
1) Hipersensitifitas
2) Sensitivitas silang dengan benzodiazepine
lain
3) Pasien koma
4) Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5) Nyeri berat tak terkendali
6) Glaucoma sudut sempit
7) Kehamilan atau laktasi
8) Diketahui intoleran terhadap alcohol atau
gologan propilena (hanya injeksi)
Efek samping
Efek samping yangsering terjadi :pusing,
mengantuk
Dosis
0,3-0,5 mg/kgBB/kali
0,3x14 : 4,2 mg
0,5x14 : 7
Sediaan tab 5 mg di berikan 1 tab ( pulv )

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Kasus
Seorang An “S” umur 14 tahun,datang ke Rumah Sakit Bahteramas
kota kendari bersama orang tuanya dengan keluhan bengkak pada leher
kanan bagian atas sejak 2 hari yang lalu,ibu klien mengatakan
sebelumnya mengalami demam sampai tinggi 40 0c,klien mengatakan sulit
menelan,sakit kepala,nyeri otot,tidak ada nafsu makan,masih dari
keterangan yang didapatkan dari Ibu An “S” kalau anaknya yang pertama
juga saat ini mengalami sakit yang sama dan hal ini yang membuat ibu
klien cemas.Dari hasil pemeriksaan,didapatkan nyeri tekan pada leher
yang bengkak,sakit membuka mulut dan leher tampak kemerahan.
Analisa Data

N Data Subjektif Data objektif


o

1. Klien mengatakan 1. Nyeri tekan pada leher


bengkak pada leher yang bengkak
kanan bagian atas sejak 2. Sulit membuka mulut
2 hari yang lalu 3. Leher tampak
2. Ibu klien mengatakan kemerahan
sebelumnya mengalami 4. Suhu tubuh 400c
demam 400c
3. Klien mengatakan sulit
menelan,sakit
kepala,nyeri otot,dan
tidak ada nafsu makan

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Biodata klien
Nama: An S
Umur: 14 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Alamat: konda
Agama: islam
Masuk rumah sakit: RS Bahteramas
Status: pelajar
b) Penanggung jawab
Nama: ibu A
Jenis kelamin: perempuan
Umur: 35 tahun
Agama: islam
Suku: jawa
Pendidikan: S1
Hubungan dengan klien: ibu kandung
Alamat: konda
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama: pembengkakan pada leher kanan
bagian atas
b) Riwayat penyakit sekarang: Parotitis
c) Riwayat penyakit dahulu: -
d) Riwayat penyakit keluarga: -

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b. d kesulitan menelan akibat proses inflamasi
2. Hipertermi b. d peningkatan suhu tubuh
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakcukupan intake makanan akibat kesulitan menelan
4. Gangguan menelan b.d penurunan kekuatan atau ekskursi
otot yang terlibat dalam mastikasi.
5. Gangguan komunikasi verbal b. d gangguan orofaring
( parotitis)
6. Gangguan citra tubuh b. d penyakit (pembengkakan pada
kelenjar ludah)
7. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit.

C. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut b.  Pain level 1. pilih dan
d kesulitan  Pain control lakukan
menelan  Comfort level penanganan nyeri
akibat proses Kriteria hasil: (farmakologi, non
inflamasi 1.mampu mengontrol farmakalogi dan
nyeri (tahu penyebab interpersonal)
nyeri, mampu 2. berikan
menggunakan teknik analgetik untuk
nonfarmakologiuntuk mengurangi nyeri
mengurangi 3.kolaborasikan
nyeri,mencari bantuan) dengan dokter jika
2. melaporkan bahwan ada keluhan dan
nyeri berkurang tindakan nyeri
dengan menggunakan tidak berhasil
manajemen nyeri
3. mampu mengenai
nyeri (skala,intnsitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4. menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

2. Hipertermi b. Kriteria hasil: 1.Monitor suhu


d 1. Suhu tubuh dalam sesering mungkin
peningkatan rentan normal
suhu tubuh
2.Berikan
pengobatan untuk
mengatasi demam

3. Ketidakseimb  Nutritional status 1.Monitor adanya


angan nutrisi  Nutritional status: food penurunan berat
kurang dari and fluid badan
kebutuhan  Intake
tubuh b.d  Nutritional status :
ketidakcukup nutrient intake 2.Monitor jumlah
an intake  Weight control nutrisi dan
makanan Kriteria hasil : kandungan kalori
akibat 1. Tidak ada tanda-
kesulitan tanda malnutrisi
3.Berikan
menelan 2. Tidak terjadi
informasi tentang
penurunan berat
kebutuhan nutrisi
badan yang berarti
3. Berat badan ideal
sesuai tinggi badan

4. Gangguan Kriteria hasil : 1.Memantau


menelan b.d 1. Kemampuan menelan kemampuan
penurunan adekuat menelan.
kekuatan 2. Tidak ada kerusakan
atau ekskursi otot wajah, menelan
otot yang 2.Menyuapkan
terlibat dalam makanan dalam
mastikasi. jumlah kecil.

3.Potong
makanan menjadi
ptongan-potongan
kecil.

5. Hambatan  Anxiety self control 1.Dengarkan


komunikasi  Coping dengan penuh
verbal b. d  Sensory function : perhatian
gangguan hearing & vision 2.dorong pasien
orofaring  Fear self control untuk berkimikasi
( parotitis) Kriteria hasil: secara perlahan
1. Komunikasi:penerimaa
n,interprestasi,dan
ekspretasi pesan
2. Lisan dan tulisan
meningkat

6. Gangguan  Body image 1.Kaji secara


citra tubuh b.  Self esteem verbal dan
d.penyakit Kriteria Hasil: nonverbal respon
(pembengka 1. body image positif klien terhadap
kan 2. Mendeskripsikan tubuhnya
padakelenjarl secara faktual
udah) perubahan fungsi
tubuh 2.Dorong klien
mengungkapkan
persaannya
7. Gangguan Kriteria Hasil: 1.Dorong pasien
rasa nyaman untuk
b.d gejala mengungkapkan
terkait 1. Mengontrol nyeri perasaan dan
penyakit. 2. Mengontrol gejala presepsi

2.Dorong
keluarkan untuk
menemani anak

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin,2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.Yeogyakarta:Mediaction

Anda mungkin juga menyukai