Anda di halaman 1dari 5

EKSANTEMA SUBITUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejumlah besar penyakit pada anak memiliki manifestasi pada kulit, yang merupakan bagian
tubuh terluas dan paling mudah diamat. Salah satu manifestasi klinis yang sering dijumpai adalah
timbulnya ruam kemerahan. Ruam kemerahan dapat disebabkan oleh proses setempat pada kulit,
misalnya akibat penetrasi suatu mikoorganisme pada stratum korneum yang selanjutnya
bermultiplikasi secara lokal, namun dapat pula merupakan bagian dari suatu penyakit yang
bersifat sistemik.
Lebih dari 50 infeksi virus serta beberapa infeksi bakteri dan parasit dapat menyebabkan
terjadinya ruam kemerahan pada kulit seorang anak. Ruam juga dapat terjadi pada penyakit yang
bukan disebabkan oleh proses infeksi, misalnya pada kasus reaksi obat.
Terdapatnya ruam kemerahan, terutama yang berupa eksantema, sering menimbulkan
kekhawatiran orangtua. Hal ini disebabkan karena ruam pada eksantema timbul secara serentak
dalam waktu singkat dan umumnya didahului oleh demam. Dari suatu penelitian dengan 126
pasien anak yang menderita penyakit meningococcemis temyata 66 pasien dibawa berobat
karena timbulnya ruam makulopapular, 41 pasien karena demam, 32 karena alergi dan hanya 5
pasien dibawa berobat karena sakit kepala dan kaki kuduk.
Meskipun ruam pada beberapa penyakit dengan eksantema memiliki gambaran yang cukup
spesifik, namun tidak jarang diagnosis sulit ditegakkan karena gambaran ruam yang
membingungkan. Hal tersebut terjadi pada 103 pasien anak berusia di bawah 2 tahun yang secara
klinis didiagnosis sebagai campak dan rubela, ternyata 88 pasien (85) sebenarnya menderita
eksantema subitum yang dibuktikan dengan hasil uji serologi yang positif terhadap Human
Herpesvirus-6.
Dalam praktek sehari-hari penyakit dengan eksantema seringkali dianggap sebagai
penyakit kulit biasa sehingga pasien umumnya langsung dirujuk ke dokter spesialis kulit
Manifestasi eksantema yang kerap membingungkan juga menambah kecenderungan
dilakukannya rujukan tersebut Hal demikian sebenarnya merupakan tindakan yang kurang tepat
karena penyakit dengan eksantema tidak selalu merupakan penyakit kulit yang bersifat lokal,
terlebih lagi bila didahului oleh demam. Oleh karena itu seorang dokter spesialis anak
seyogyanya memiliki cara pandang serta pola berpikir secara terpadu dan komprehensif agar
mampu mengidentifikasi ruam yang sebenarnya merupakan bagian dan suatu penyakit sistemik.


1.2 Tujuan
1 Untuk mengetahui salah satu penyakit ruam kulit yaitu eksentima subitum
2 Untuk mengetahui gejala yang timbul akibat penyakit ini






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eksantema Subitum
Eksantema subitum (roseola infantum) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
herpesvirus manusia tipe 6 (HHV 6). Lebih dari 95% kasus eksantema subitum terjadi pada
anak-anak berusia kurang dari 3 tahun dengan kejadian tertinggi terjadi pada umur 6-15 bulan.
Antibodi ibu transplasenta mungkin melindungi infan dari infeksi virus ini hingga usia 6 bulan.
Penyakit ini biasanya terjadi secara sporadik tetapi kadang-kadang muncul dalam bentuk
epidemik. Manifestasi klasik dari penyakit ini adalah terjadinya demam mendadak tinggi
kemudian muncul ruam kulit morbiliformis bersamaan dengan turunnya demam dengan
cepat.Keunikan eksantema subitum adalah ruam dan perbaikan klinis yang terjadi hampir
simultan (bersamaan).




2.2 Penyebab Eksantema Subitum
1 Human herpesvirus 6 (HHV-6)
berperan dalam patogenesis multiple sclerosis
HHV-6 memiliki genus Roseolavirus, subfamili beta-herpesvirus.
Ada dua jenis HHV-6, yaitu :
a HHV-6A
b HHV-6B
2 Human herpesvirus 7 (HHV-7)
ditemukan di saliva (air liur/ludah) orang dewasa sehat.

2.3 Epidemiologi
Masa inkubasi: 7-17 hari.
Hampir semua anak terkena HHV-6 dalam usia 6 bulan pertama.
Sebagian besar kasus eksantema subitum terjadi pada usia 6-18 bulan, rerata usia adalah 9 bulan.
Virus pada saliva orang dewasa dapat merupakan sumber infeksi.

2.4 Manifestasi Klinis
1. Tiba-tiba muncul panas/demam tinggi (39,4-41,2C),
selama 3-6 hari.
2. Saat demam anak menjadi rewel, bila demam sudah menurun anak menjadi normal. Demam
menurun pada hari ke 3-4.
3. Setelah demam turun, timbul ruam kulit kemerahan (erupsi makula dan makulopapular) di
seluruh tubuh. Dimulai dari dada, menyebar ke lengan dan leher, dan sedikit mengenai muka dan
kaki. Ruam berwarna merah muda (rose-pink macules or maculopapules), tidak gatal
(nonpruritic), berdiameter 1-3 mm, menghilang dalam 1-2 hari tanpa pigmentasi (perubahan
warna kulit/tubuh) atau deskuamasi (pengelupasan lapisan kulit) dan jarang menetap selama 24
jam.
4. Terdapat limfadenopati servikal (pembengkakan kelenjar getah bening di leher), namun yang
lebih khas adalah limfadenopati di oksipital posterior pada 3 hari pertama infeksi, disertai
eksantema (Nagayanas spots) pada palatum molle dan uvula.
5. Ubun-ubun besar menonjol, namun segera sembuh secara spontan.
6. Beberapa kasus disertai otitis media (radang telinga bagian
tengah), infeksi saluran pernapasan atas, dan gastroenteritis
(radang perut dan usus).
7. Satu dari tiga kasus disertai diare dan muntah (vomit).

2.5 Pemeriksaan Penunjang
1 Pemeriksaan laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin. Hasilnya:
a Leukositosis
Selama 24-36 jam pertama demam, jumlah leukosit mencapai 16 ribu-20 ribu/mm3 disertai
peningkatan neutrofil.
b Leukopenia 3000-5000/mm3, biasanya saat demam hari ketiga dan keempat.
c Neutropeni absolut dengan limfositosis relatif.
Bukti laboratorium hepatitis ditemukan pada beberapa pasien dewasa (adults).

2 Pemeriksaan serologis
a Polymerase chain reaction (PCR).
Antibodi IgM terhadap HHV-6 dapat terdeteksi 5-7 hari pertama setelah infeksi primer.

2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik. Hanya dengan pengobatan simtomatis, penderita dapat sembuh
sempurna.
Demam dapat diatasi dengan acetaminophen dan sponge baths

2.7 Komplikasi/Penyulit dan Sequelae
1 Kejang demam (paling sering terjadi)
2 Meningoensefalitis
3 Aseptic meningitis
4 Ensefalitis
5 Hemiplegia

2.8 Diagnosis Banding (Differential Diagnosis)
1 Morbili
2 Rubela
3 Demam scarlet
4 Drug eruptions
5 Miliaria
6 Alergi obat (drug allergy)








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eksantema subitum (roseola infantum) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
herpesvirus manusia tipe 6 (HHV 6). Lebih dari 95% kasus eksantema subitum terjadi pada
anak-anak berusia kurang dari 3 tahun dengan kejadian tertinggi terjadi pada umur 6-15 bulan.
Antibodi ibu transplasenta mungkin melindungi infan dari infeksi virus ini hingga usia 6 bulan.
Pemeriksaan penunjang dapat di lakukan dengan pemeriksaan laboratorium yang terdiri
dari leukositosis, leucopenia, neutropeni. Dan pemeriksaan serologis yang terdiri dari
polymerase chain reaction (PCR). Dalam penyakit ini tidak ada terapi spesifik tetapi Hanya
dengan pengobatan simtomatis, penderita dapat sembuh sempurna. Demamnya juga dapat diatasi
dengan acetaminophen dan sponge baths.

3.2 Saran
Penyakit eksentema subitum ini merupakan infeksi kulit yang di derita oleh anak-anak
yang berusia kurang dari 3 tahun, maka dari itu kita sebagai bidan harus bisa mengantisipasi
kepada orang tua supaya bisa menjaga anaknya agar terhindar dari penyakit atau infeksi tersebut.





DAFTAR PUSTAKA
http://victorwidnyana.blogspot.com/2008/11/eksantema-subitum-roseola-infantum.html
http://sealytauran.wordpress.com/2010/05/10/eksantema-subitum-moms-need-to-know/

Anda mungkin juga menyukai