1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syringomyelia adalah kelainan kronis, progresif, degeneratif pada medula
spinalis yang berupa lubang/ kavitasi pada bagian tengah medula spinalis segmen
servikal. Kelainan ini dapat meluas ke arah kaudal menuju segmen torasik dan
lumbar, atau ke arah rostral menuju batang otak (syringobulbia). Kelainan ini
menyebabkan gangguan-gangguan neurologis secara progresif, biasanya sebagai
amiotrofi brakhial dan disosiasi sensorik segmental.1,3
Kelainan ini jarang ditemukan. Kelainan ini sering terdapat atau mengikuti
kelainan kongenital seperti misalnya malformasi Arnold-Chiari.1,2,3,4,7 Oleh karena itu,
manifestasi kelainan ini bisa beragam, tergantung dari letak lesi, perluasan lesi, dan
kelainan yang mendasarinya. Namun, secara garis besar kelainan ini dapat didiagnosis
karena adanya gejala yang khas seperti amiotrofi dan disosiasi sensibilitas.3,7
Patofisiologi syringomyelia sampai saat ini belum ada persesuaian. Hal ini
mengakibatkan beragamnya metode penatalaksanaan.1
Kelainan ini berkembang secara lambat. Bahkan seorang penderita
syringomyelia dapat berada dalam kondisi yang tetap sama selama beberapa tahun
atau bahkan berpuluh tahun.1,2,3,7
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Batasan
Lesi tunggal yang berupa lubang di pusat substansia grisea sentralis
dinamakan sebagai syringomyelia. 5,6 Syringomyelia adalah kelainan berupa lubang
atau kavitas (syrinx) yang terdapat pada bagian tengah medula spinalis. Kavitas ini
berisi cairan dan tidak berhubungan secara anatomis maupun fisiologis dengan kanalis
sentralis medula spinalis.1,2,3,4,7 Kavitas tersebut bisa terletak sentral atau eksentris,
dilapisi oleh sel glia dan tidak berhubungan dengan ventrikel keempat (siringomielia
non-komunikata).1 Oleh karena itu, cairan kista siringomielia bukan berasal dari
cairan serebrospinal dalam kanalis sentralis medula spinalis. Walaupun begitu, dalam
perkembangannya kista siringomielia ini dapat mencapai kanalis sentralis medula
spinalis
sehingga
terjadi
suatu
hubungan
dengan
kanalis
sentralis
yang
3
mekanisme yang bervariasi satu penyakit dengan lainnya. Kavitas yang berisi cairan
mirip dengan likuor disebut sebagai siringomielia komunikans (siringohidromielia),
dan kerap berkaitan dengan malformasi Chiari atau disgrafisme spinal okulta.
Sedangkan yang berisi cairan pekat yang proteinkaseosa, yang merupakan proses
sekunder dari neoplasma, anomali vaskuler, arakhnoiditis, dan trauma, diistilahkan
sebagai siringomielia nonkomunikans.13
2.2 Epidemiologi
Prevalensi syringomyelia adalah 5,6 8,6 per 100.000 populasi. 1,2 Namun
tidak ada angka kejadian yang pasti untuk syringomyelia di seluruh dunia. 7 Penyakit
ini dapat mengenai laki-laki dan perempuan dengan frekuensi yang sama besar.1,2,3
Manifestasi penyakit ini biasanya muncul pada umur 35 45 tahun, tapi bisa juga
muncul pada usia akli balik atau awal remaja.1,7
2.3 Etiologi
Kelainan ini bisa terjadi akibat sebab kongenital dan dapatan. 1,2,3 Penyebab
kongenital yang sering terkait dengan kelainan ini adalah malformasi ArnoldChiari.1,2,3,7 Sedangkan sebab dapatan kelainan ini antara lain karena prosedur
pembedahan, trauma, peradangan, dan tumor.1,3,7
a. Kongenital
Syringomyelia dapat terjadi karena suatu gangguan pada waktu kanalis
sentralis dibentuk; atau karena terjadi penyusupan spongioblas (kelainan
deferensiasi sel otak) di kanalis sentralis pada tahap embrional; atau karena
terjadi perdarahan pada tahap embrional. 5 Syringomyelia yang tampak pada
masa dewasa sering menyertai malformasi Chiari tipe I.1,2 Sedangkan
malformasi Chiari tipe II dan III sering terdapat pada syringomyelia infantil. 1
b. Dapatan
5
3. Pars lumbalis:
Mengeluarkan:
- 5 pasang nervi (spinales) lumbales.
- 5 pasang nervi (spinales) sacrales.
- 1 pasang nervus (spinalis) coccygeus.
6
1. Filum terminale internum (pialis), yang masih terletak di dalam saccus duralis,
setinggi vertebra lumbalis V dan vertebra sacralis I, dan kemudian menembus saccus
duralis keluar menjadi:
2. Filum terminale externum (durale), yang meneruskan diri ke dalam canalis sacralis,
dan akhirnya melekat pada periosteum os coccygeus. 9
Pada permukaan medula spinalis terdapat beberapa celah memanjang, yaitu:
1. Di sebelah ventral, di tengah-tengah terdapat fissura mediana ventralis
(anterior) (agak lebar), dan disebelah lateralnya terdapat sulcus ventro
(antero)-lateralis, dari mana keluar radix ventralis (anterior).
2. Di sebelah dorsal terdapat sulcus medianus dorsalis (posterior), yang bila
diteruskan ke dalam menjadi septum medianum dorsale posterius.
Lateral dari sulcus medianus dorsalis terdapat sulcus dorso (postero) lateralis,
tempat keluarnya radix dorsalis (posterior). Pada pars cervicalis medullae spinalis,
antara sulcus medianus dorsalis dan sulcus dorsolateralis terdapat sulcus intermedius
dorsalis posterior.9
Radices nervi sacralis yang keluar dari conus medullaris, secara berjejeran
mengelilingi filum terminale, memberi kesan bentuk ekor kuda, sehingga disebut
sebagai cauda equina.9,10
Medula spinalis terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Substantia alba
Berwarna putih, terletak di bagian luar medula spinalis, dan merupakan
kumpulan-kumpulan jurai serabut memanjang yang berselubungkan bahan myelin,
yang menjadikan warna substantia alba menjadi putih mengkilat karena
mengandung lemak.
2. Substantia grisea
Terdapat di bagian dalam medula spinalis dan pada penampang transversal
berbentuk seperti huruf H. Bagian ini terdiri dari jurai-jurai serabut halus
yang tidak berselubungkan myelin dan sel-sel neuron medula spinalis,
sehingga berwarna abu-abu. 9,12
Perbandingan banyaknya substantia alba dan substantia grisea pada suatu
penampang transversal medula spinalis dapat dipakai untuk menentukan setinggi
berapa irisan itu dibuatnya. Pada umumnya, makin ke arah cervical, makin
7
banyak terdapat jurai-jurai serabut memanjang, sehingga makin banyak substantia
albanya. Sebaliknya, makin ke kaudal,
8
commissura grisea dorsalis (posterior). Ventral dari commissura grissea ventralis
terdapat substantia alba yang disebut commissura alba ventralis (anterior), yang
terdiri dari serabut serabut yang menyilang. Tiap-tiap columna grisea terdiri dari
bagian ventral, disebut columna ventralis (anterior) yang merupakan bagian
terbesar, dan bagian dorsal yang kecil disebut columna dorsalis (posterior).9
9
terdapat suatu daerah yang terdiri dari campuran substantia alba dan substantia
grisea yang disebut formatio reticularis. Columna ventralis substantiae griseae
mengandung nuclei motorii.9
Jurai-jurai serabut memanjang pada substantia alba medula spinalis dapat
dibagi menjadi:
1. Tractus sensibilis:
Terdapat di dalam funiculus dorsalis (posterior) dan praktis terdiri dari serabutserabut ascendens.
2. Tractus motorius:
Terdapat di dalam funiculus lateralis dan funiculus ventralis (anterior) dan praktis
terdiri dari serabut-serabut descendens.
Jurai-jurai descendens terdiri dari:
1. Tractus cortico-spinalis lateralis (crossed pyramidal tract).
2. Tractus cortico-spinalis ventralis (anterior) (direct pyramidal tract).
3. Tractus vestibulo-spinalis: untuk mempertahankan tonus, sikap kepala sikap tegak
dari tubuh.
4. Tractus reticulo-spinalis: untuk memperlancar atau menghambat gerakan, untuk
menaikkan atau menurunkan tonus otot.
5. Tractus tecto-spinalis: untuk refleks-refleks penglihatan dan pendengaran.
6. Tractus rubro-spinalis dart Monakov
7. Tractus olivo-spinalis: hanya terdapat pada pars cervicalis medullae spinalis,
fungsinya masih belum dimengerti dengan jelas.
Jurai-jurai ascendens terdiri dari:
1. Tractus spino-thalamicus lateralis: rasa nyeri, panas-dingin, tekanan berat, kasar
(protopatik).
2. Tractus spino-thalamicus ventralis (anterior): tekanan ringan, halus, dan perabaan
(epikritik).
3. Fasciculus gracilis dari Goll.
4. Fasciculus cuneatus dari Burdach.
(3) dan (4) ini untuk diskriminasi taktil (epikritik, light touch) dan untuk
stereognosi (melalui serabut-serabut proprioseptif dari otot, tendon, dan
persendian), perasaan getaran (vibrasi).
10
5. Tractus spino-cerebellaris dorsalis (posterior) dari Flechsig: proprioseptif.
6. Tractus spino-cerebellaris ventralis (anterior) dari Gowers: proprioseptif dan
rasa nyeri.
(5) dan (6) untuk pengaturan koordinasi dan keseimbangan.
7. Tractus spino-corticalis.
8. Tractus spino-vestibularis.
9. Tractus spino-reticularis.
10. Tractus spino-tectalis.
11. Tractus spino-pontinus.
12. Tractus spino-olivaris.
(7) sampai dengan (12) fungsinya masih belum jelas, mungkin untuk koordinasi
dan keseimbangan. Jurai-jurai ini tersebar di dalam funiculus lateralis dan
funiculus anterior.9,10
Vascularisasi Medula Spinalis
Arterialisasi:
1. a. spinalis anterior (1 buah)
Merupakan cabang dari a. vertebralis (= cabang dari a. subclavia) kiri dan
kanan, yang kemudian bergabung menjadi satu pembuluh, yaitu a. spinalis
anterior.
2. a. spinalis posterior (2 buah)
Merupakan cabang dari a. vertebralis kiri dan kanan, tidak menggabung menjadi
satu, akan tetapi tetap berupa dua arteri, yaitu : a. spinalis posterior sinistra
dan a. spinalis posterior dextra.
3. rami spinales:
a. pars cervicales.
b. pars thoracica.
c. pars lumbalis.
d. pars sacralis.
Rami spinales pars cervicalis: masing-masing merupakan cabang dari
a.vertebralis dan/atau a.cervicalis ascendens (cabang dari truncus thyreocervicalis
= cabang dari a. subclavia).9
Rami spinales pars thoracica: I dan II merupakan cabang dari a.
intercostalis suprema (cabang dari truncus thyreocervicalis = cabang dari a.
11
subclavia) III sampai dengan XII merupakan cabang dari ramus dorsalis a.
intercostalis III sampai dengan XII, yang masing-masing adalah cabang dari aorta
thoracalis. 9
Rami spinales pars lumbalis I sampai dengan V merupakan cabang dari a.
lumbalis (cabang dari aorta abdominalis). 9
Rami spinales pars sacralis: I sampai dengan V merupakan cabang dari a.
sacralis lateral (cabang dari a. hypogastrica). Rami spinales tersebut akan pecah
menjadi dua, yaitu a. radicularis anterior dan a. radicularis posterior yang
mengikuti jalannya radix anterior dan radix posterior. Kedua arteri ini kemudian
bersama-sama dengan a. spinalis anterior dan a. spinalis posterior membentuk
suatu lingkaran pembuluh di dalam pia mater medula spinalis yang disebut vasa
corona arteriosum.9
Dari sini kemudian dikeluarkan cabang-cabang yang menembus pia mater dan
yang memberi darah pada substansia alba medula spinalis. Untuk substansia grisea
medula spinalis, darahnya datang dari cabang a. spinalis anterior (ada dua cabang),
yaitu yang disebut a. sulcocommissuralis. Arteri ini akan pecah menjadi pembuluhpembuluh yang memberikan darahnya kepada substansia grisea.9
Aliran darah venous
Darah venous dari medula spinalis disalurkan melalui pembuluh-pembuluh
yang kemudian membentuk suatu plexus venosus di dalam pia mater. Di dalam plexus
venosus ini masuk pula:
1. V. spinalis anterior (dua buah), yang seterusnya pergi ke v. vertebralis, lalu masuk
ke dalam v. anonyma.
2. V. spinalis posterior (satu buah), yang masuk ke dalam v. vertebralis dan
selanjutnya ke dalam v. anonyma.
3. V. radicularis anterior dan v. radicularis posterior bergabung menjadi satu dan
membentuk v. intervertebralis.9
Venae spinalis anterior et posterior, venae radiculares anterior et posterior, dan
plexus venosus yang terdapat di dalam pia mater medula spinalis membentuk suatu
lingkaran venous yang disebut vasa coronavenosum.
Darah dari v. intervertebralis kemudian disalurkan sebagai berikut:
1
Pars cervicalis:
Ke v. vertebralis, kemudian ke v. anonyma.
12
2
Pars lumbalis:
Akan masuk ke v. lumbalis. Yang sinistra kemudian masuk ke dalam v.
hemiazygos dan v. cava superior.
Pars sacralis:
Akan masuk ke dalam v. sacralis lateralis, lalu ke v. glutea superior, v.
hypogastrica, v. iliaca communis, dan akhirnya masuk ke dalam v. cava inferior.9
13
Cairan serebrospinal tidak hanya membasahi permukan ependima serta pia
mater otak dan medula spinalis, tetapi juga berpenetrasi ke dalam jaringan saraf
disepanjang pembuluh darah.
14
spinalis, kemudian menyebabkan pembentukan kavitas sentral yang meluas sepanjang
substansi kelabu dan serat-serat lintasan saraf.1,2,7
Teori ini didukung oleh seringnya dijumpai syringomyelia bersama-sama
dengan malformasi kongenital pada tautan kranioservikal yang dapat mengganggu
aliran normal cairan serebrospinal, misalnya pada malformasi Arnold-Chiari, dan
sindrom Klippel-Feil (fusi antara satu atau lebih vertebra servikal), dan abnormalitas
kongenital lainnya seperti spina bifida dan hidrosefalus.1,2,3
Bendungan sirkulasi cairan serebrospinal secara anatomis maupun fisiologis,
yang terjadi sebagai respon terhadap ekspansi otak selama sistol jantung,
menyebabkan terjadinya aliran dari tengkorak menuju ke ruangan subarakhnoid spinal
dan mendorong tonsil serebelar masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Kemudian
terbentuk pulsasi bertekanan, yang mendorong cairan serebrospinal dari ruang
subarakhnoid menuju ke medula spinalis melalui ruang Virchow-Robin.1,2
Pada pasien dengan syringomyelia paska trauma, dapat terjadi nekrosis dan
pembentukan kista pada tempat terjadinya cedera yang disebabkan oleh cairan yang
dihasilkan oleh akson yang rusak.2,8
Syringomyelia yang terjadi pada arakhnoiditis spinal dapat disebabkan oleh
mekanisme vaskular. Pada syringomyelia yang terkait dengan tumor, pertumbuhan
tumor dapat mengganggu suplai darah medula spinalis dan mengakibatkan iskemia,
nekrosis, dan pembentukan kavitas.2
15
2.7 Patologi
Kista abnormal berisi cairan, dilapisi oleh jaringan gliotik astrositik dan
pembuluh darah, dan berisi cairan jernih dengan kadar protein relatif rendah, seperti
cairan serebrospinal.1,2 Kelainan ini sering terletak pada bagian tengah massa kelabu
medula spinalis segmen servikal bawah atau torasik atas, tapi dapat juga mengenai
seluruh panjang medula spinalis dan dapat meluas sampai batang otak (syringobulbia)
sampai talamus.1 Sering juga terdapat abnormalitas perkembangan kolumna
vertebralis (skoliosis toraks, fusi vertebra, atau anomali Klippel-Feil), pada dasar
tengkorak (platibasia dan invaginasi basilar), dan kadang-kadang pada serebelum dan
batang otak (malformasi Chiari tipe I).1,3,7
Pada mulanya lubang itu tentu kecil dan meluas ke tepi secara berangsurangsur. Seluruh substansia grisea sentralis dapat musnah, berikut dengan massa putih
yang dikenal sebagai komisura alba ventralis. Funikulus dorsalis yang membatasi
substansia grisea sentralis dari dorsal tidak pernah terdesak oleh lubang petologik itu.
Tergantung pada luas lubang dalam orientasi rostrokaudal, maka kornu anterius dan
kornu laterale berikut serabut-serabut spinotalamik (yang membentuk komisura alba
ventralis) dapat terusak sepanjang satu atau dua segmen.5
Biasanya syringomyelia itu kempis, sehingga pada segmen yang terkena,
medula spinalis memperlihatkan atrofia. Tetapi lubang patologik itu dapat
mengandung cairan serebrospinalis bagaikan kista. Penimbunan cairan itu dapat
berlnagsung secara progresif, sehingga tekanan terhadap substansia alaba di
sekelilingnya mengganggu funikulus posterolateralis (yang mengandung serabutserabut kortikospinal) dan funikuklus anterolateralis (yang mengandung serabutserabut spinotalamik).5
16
2.8 Klasifikasi
Berdasarkan
gambaran
patologi
dan
postulat
tentang
mekanisme
17
Secara umum kelainan ini menyebabkan gejala-gejala neurologis progresif,
biasanya amyotrofi brakhial dan kelumpuhan sensorik segmental, sesuai bagian yang
terkena.1,2,3,4 Gejala-gejalanya biasanya muncul pada umur 35 45 tahun, tapi bisa
juga muncul pada masa akil balik atau remaja. 1,2,3,4,7 Gejala yang pertama kali muncul
dapat berupa nyeri dan rasa tebal pada tangan, kekakuan pada kaki, skoliosis, vertigo,
osilopsia, diplopia, disfonia, disfagia, stridor laringeal, gangguan pada kelenjar
keringat, tortikolis, dan artropati neurogenik.2 Manifestasi klinis syringomyelia yang
dapat digunakan sebagai petunjuk diagnosis adalah: a) kelemahan otot segmental dan
antrofi otot-otot tangan dan lengan; b) hilangnya sebagian atau seluruh refleks tendon,
terutama pada lengan; dan c) hipo atau anestesia segmental secara disosiatik.1,3,4,7
Kelemahan dan atrofi otot
Akibat dari rusaknya kornua anterius dan kornu laterale berikut serabut-serabut
spinotalamik maka terjadi kelumpuhan LMN (akibat runtuhnya motoneuron), adanya
disosiasi sensibilitas (akibat hancurnya serabut-serabut spinotalamik di komisura alba
ventralis), dan hilangnya reaksi neurovegetatif (akibat musnahnya neuron-neuron di
kornu laterale) pada bagian tubuh yang merupakan kawasan sensorik dan motorik
segmen-segmen yang diduduki syringomyelia. Oleh karena sering berlokasi di
intumesensia servikalis, maka daerah tubuh yang terkena adalah kedua lengan. Dalam
hal ini ditemukan kelumpuhan LMN yang melanda otot-otot tenar, hipotenar, dan
interosea. Kulit yang menutupi otot-otot tersebut menunjukkan disosiasi sensibilitas/
sensorik dan gangguan neurovegetatif. Sebagai tanda perluasan lubang patologik itu
dapat ditemukan fasikulasi di otot-otot bahu, lengan bawah dan lengan atas.
Gambaran penyakit tersebut dikenal sebagai sindroma syringomyelia. 1,2,3,4,5,7
Kemudian, kelemahan anggota gerak bawah dapat terjadi berkaitan dengan kompresi
jaras kortikospinal, menyebabkan paraparesis spastik.1,2,3,4,7
Perubahan refleks
Hilang refleks dapat terjadi pada anggota gerak atas karena gangguan pada busur
refleks pada segmen yang terlibat.1,2 Pada kaki dapat terjadi peningkatan tonus otot
dan refleks halus (kekakuan tungkai merupakan gejala yang sering ditemukan) jika
jaras
kortikospinal
lateral
tertekan,
menyebabkan
paraparesis
spastik
atau
18
Hilang rasa nyeri dan sensasi suhu terdapat pada satu atau dua dermatom pada
lengan atas bilateral, sering dengan distribusi melintasi punggung dan bahu
(pola selendang).1,2,3,4,7 Hal ini terjadi berhubungan dengan perluasan kavitas
ke arah anterior (dan lebih dari satu atau dua segmen) setinggi daerah
dermatom,
dan
juga
menekan
serat
nyeri
dan
temperatur
yang
menyilang.1,2,3,4,6,7 Jika syrinx meluas secara lateral, hal ini dapat menyebabkan
nyeri dan hilang sensasi suhu kontralateral di bawah tingkat lesi. Akibatnya,
pasien sering terluka karena terbakar dan mengalami cedera sendi karena tidak
bisa merasakan nyeri.1,2,3,4,7
Rasa raba dan posisi masih ada (disosiasi sensorik), tapi gangguan
proprioseptif selanjutnya juga terjadi pada anggota gerak karena kompresi
pada kolumna posterior.1,2,3,4,7
19
Sensasi nyeri dan suhu berkurang atau hilang pada satu atau kedua sisi wajah,
jika syrinx meluas ke segmen servikal atas (C1,2) dan menekan traktus
trigeminotalamik.
Sensasi raba, propriosepsi, dan getaran dapat berkurang atau hilang ipsilateral
karena penekanan serat-serat menyilang lemniskus medialis pada beberapa
kasus syringobulbia.
Atrofi dan kelemahan lidah, palatum molle, faring, dan plika vokalis,
menyebabkan disfagia, disartria, dan disfonia, dapat terjadi jika syrinx meluas
sampai medula dan menekan inti saraf hipoglosus dan vagus (nukleus
ambiguus).
20
X-ray Photo
CT-scan
Myelography
CT-myelography
USG
Tumor spinal extramedular: biasanya disertai dengan nyeri akar saraf dan
paraparesis spastik karena penekanan extramedular terhadap segmen medula.
Protein cairan serebrospinal dapat meningkat.
Spondilosis servikal: defisit sensorik biasanya terdapat pada akar saraf yang
terlibat.
Penyakit motor neuron: pengecilan tangan, tapi tak ada defisit sensorik
21
Neuropati diabetik: penyebab nyeri sendi pada bahu, tapi dengan disertai
dengan gejala diabetes.
Amyliodosis: kehilangan sensasi nyeri dan suhu yang sering disertai dengan
disfungsi otonom.
2.12 Diagnosis
Syringomyelia dapat didiagnosis dengan mudah jika ditemukan tanda-tanda
yang khas.1,2,3,4,7 Tetapi, ada kalanya syringomyelia sulit untuk didiagnosis. Hal ini
terjadi jika gejala-gejala syringomyelia minimal sekali atau bahkan tidak spesifik
untuk waktu yang lama. Gejala-gejala syringomyelia juga dapat dikaburkan oleh
adanya gejala-gejala kelainan yang terdapat bersamanya. 3 Dalam hal ini, pemeriksaan
dengan MRI dapat membantu menegakkan diagnosis syringomyelia.1,2,3,7
2.13 Penatalaksanaan
22
Konservatif
Pada syringomyelia yang kecil dengan progresifitas yang lambat dapat digunakan
karbamazepin, amitriptilin atau tindakan stimulasi saraf transkutaneus jika nyeri
tidak berespon dengan pemberian analgetik saja.1 Tidak ada pengobatan spesifik
yang dapat digunakan untuk pengobatan syringomyelia. Akan tetapi pemberian
analgesik dan pelemas otot mungkin dapat dipergunakan. 1,3,7 Kategori obat
NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammation Drugs) sering kali digunakan sebagai
analgetik pada penderita syringomyelia. Jika salah satu jenis tidak memberikan
efek setelah 2 minggu pengobatan, maka dapat dicoba dengan kelas yang lain.
Sediaan yang sering dipakai seperti misalnya ibuprofen, asam asetil salisilat,
naproxen, indometasin, asam mefenamat, dan piroxicam.3,7 Kategori obat pelemas
otot juga dapat digunakan, dimana obat ini untuk meredakan spasme otot yang
dapat meredakan rasa tidak nyaman yang dialami penderita. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.7
Pembedahan
Prosedur pembedahan dilakukan jika defisit neurologis memberat. Deformitas
spinal, seperti kifoskoliosis harus sesegera mungkin dikoreksi.1
Syringomyelia yang berhubungan dengan malformasi Chiari I
Tujuan utama ialah menghentikan progresifitas dari gejala defisit neurologis
dengan cara kraniotomi suboksipital dan laminektomi servikal atas yang
dikombinasi dengan tindakan duraplasti. Jika ditemukan jaringan parut di daerah
ventrikel keempat, maka harus dilakukan pembukaan untuk mengambil jaringan
parut.1,2
Syringomyelia yang berhubungan dengan malformasi Chiari II
Chiari II adalah kelainan kongenital yang berhubungan dengan myelomeningokel,
hidrosefalus, dan kelainan nervus kranial.1 Dapat dilakukan dekompresi fossa
posterior dan servikal atas.2,3,13 Tetapi, seringkali dekompresi pada fosa posterior
tidak efektif karena fosa posterior terlalu kecil untuk terjadinya herniasi
serebelum, sehingga yang terjadi ialah herniasi keatas (ke bagian fossa media).1
Shunting
Tindakan yang dilakukan dengan membuat jalur pintas (shunt) merupakan pilihan
terakhir. Tindakan ini dapat membuat kolaps kista, tetapi sering kali memberi
komplikasi berupa reekspansi kista sehingga memerlukan tindakan pembedahan
ulang, juga obstruksi, dislokasi, infeksi, maupun kerusakan medula spinalis akibat
23
shunt yang bergeser. Komplikasi yang lain ialah bertambahnya defisit neurologis
yang seringkali terjadi. Dekompresi dengan dural graft dan membuat bypass
untuk cairan serebro spinal mungkin membantu.1,3,13
Syringomyelia
simptomatik
Idoipatik
Pasca trauma
Pasca
arakhnoiditis
Patensi foramen
magendi
Malformasi
Chiari
Neoplasma /
AVM
Pintas
syringopleural /
peritoneal
Non paten
Reseksi lesi
primer
Paten
Dekompresi
kranioservikal
meningkat
selama
kontraksi
otot
abdomen
dan
tidak
terjadi
penyeimbangan tekanan intrakranial, maka tekanan ini akan diteruskan ke syrinx dan
cairan kista akan bergerak ke atas.2
Komplikasi lain yang dapat berlangsung lama antara lain artropati neurogenik,
spondilosis servikal, koma sentral, dan mati mendadak. Walaupun telah dilakukan
operasi yang adekuat, penderita dapat menunjukkan deteriorasi, seringkali karena
24
gliosis di sepanjang dinding kavitas, meskipun ukuran syrinx sudah tidak membesar
lagi.2
Komplikasi dari dekompresi foramen magnum antara lain cedera tulnag
belakang karena hiperekstensi leger atau hiperfleksi selama intubasi, iskemia medula
spinalis karena hipotensi arterial, kekurangan cairan serebrospinal dengan
pembentukan pseudomeningokel, perdarahan fossa posterior, infeksi, hidrosefalus,
dan ptosis serebelar.2
Komplikasi prosedur pembuatan jalur pintas (shunting) antara lain malfungsi
shunt, hematom lokal, infeksi, dan syrinx yang kolaps.2,13
2.15 Prognosis
Syringomyelia yang tidak diterapi akan berkembang lambat, dan hampir
separuh dari semua pasien tetap tanpa gejala yang spesifik selama lebih dari 10
tahun.2,3,7 Indikator prognosis yang buruk termasuk terdapatnya gejala selama lebih
dari 2 tahun dan terdapatnya ataksia, nistagmus, gejala-gejala bulbar, atrofi otot, atau
disfungsi kolumna dorsalis.2
Secara umum, prognosis siringomielia sulit ditentukan. Hal ini berkaitan
dengan letak lesi yang sulit dicapai sehingga sulit untuk dilakukan tindakan
pembedahan. Tindakan pembedahan pada kista bisa memperbaiki gejala neurologis.
Tetapi, gejala neurologis juga dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi.
Pada siringomielia nonkomunikans, letak lesi yang lebih dekat dengan kanalis
sentralis medula spinalis akan mempermudah dilakukannya tindakan pembuatan
pintas (shunt) dengan kanalis sentralis medula spinalis sehingga cairan kista dapat
dialirkan keluar melalui kanalis sentralis medula spinalis. Tetapi hasil dari tindakan ini
juga tidak dapat ditentukan berkaitan dengan berbagai resiko yang terkait seperti
obstruksi, dislokasi dan infeksi, drainase yang tidak sempurna dari kista yang
bersepta, kerusakan medula spinalis akibat shunt yang bergeser, atau perburukan
klinis neurologis akibat tindakan mielotomi.13
Karena terdapat hubungan anatomis dan fisiologis dengan kanalis sentralis
medula spinalis, maka pada siringomielia komunikans dapat dilakukan tindakan
pembedahan dengan tidak banyak melibatkan medula spinalis secara langsung. Hal ini
berarti bahwa prognosisnya lebih baik dari siringomielia nonkomunikans. Tetapi,
sampai sekarang belum ada laporan yang lengkap mengenai prognosis penderita
siringomielia.7,13
25
3. KESIMPULAN
1. Syringomyelia adalah kelainan berupa terbentuknya lubang atau kavitas (syrinx)
yang terdapat pada bagian tengah medula spinalis. Kavitas ini berisi cairan dan
tidak berhubungan secara fungsional dengan kanalis sentralis medula spinalis.
Kavitas tersebut bisa terletak sentral atau eksentris.
2. Manifestasi penyakit ini biasanya muncul pada umur 35 45 tahun, tapi bisa
juga muncul pada usia akil balik atau awal remaja.
3. Kelainan ini bisa terjadi akibat sebab kongenital dan dapatan. Penyebab
kongenital yang sering terkait dengan kelainan ini adalah malformasi ArnoldChiari. Sedangkan sebab dapatan kelainan ini antara lain karena prosedur
pembedahan, trauma, peradangan, dan tumor.
4. Sampai saat ini patofisiologi terjadinya syringomyelia masih belum diketahui.
Akan tetapi banyak yang mengemukakan bahwa terjadinya akibat terganggunya
proses hidrodinamik dari cairan serebrospinal baik akibat blokade secara
anatomis fisiologis maupun patologis. Dapat juga akibat paskatrauma maupun
gangguan mekanisme vaskuler.
5. Manifestasi klinis syringomyelia beragam terkait dengan empat jenis klasifikasi
syringomyelia. Perbedaannya tidak hanya karena letak dan perluasan syrinx, tapi
juga berkaitan dengan perubahan patologik yang berhubungan dengannya,
seperti misalnya malformasi Chiari. Secara umum kelainan ini menyebabkan
gejala-gejala gangguan neurologis progresif, biasanya amyotrofi brakhial dan
kelumpuhan sensorik segmental, sesuai bagian yang terkena.
6. Syringomyelia dapat didiagnosis dengan mudah jika ditemukan tanda-tanda
yang khas. Tetapi, ada kalanya syringomyelia sulit untuk didiagnosis. Hal ini
26
terjadi jika gejala-gejala syringomyelia minimal sekali atau bahkan tidak
spesifik untuk waktu yang lama. Dalam hal ini, pemeriksaan dengan MRI dapat
membantu mengakkan diagnosis syringomyelia.
7. Pada umumnya penatalaksanaan tergantung dari gejala neurologis yang timbul.
Jika ringan maka dapat diberikan terapi simptomatis saja, tetapi jika gejala
memburuk maka terapi pembedahan adalah pilihan utama.
8. Prognosis penderita dengan siringomielia sampai saat ini masih belum pasti
terkait dengan kompleksitas kelainan sekaligus penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Allan H. Ropper, Robert H. Brown. 2005. Diseases of the Spinal Cord. dalam
Adams and Victors Principles of Neurology, Eight Edition. pp 1084
1087. McGraw-Hill Publishing
4.
Mark Mumenthaler & Heinrich Mattle. 2006. Diseases of the Spinal Cord.
dalam Fundamentals of Neurology. pp 141 155. New York: Georg
Thieme Verlag
5.
Mardjono, M & Sidharta, P. 2004. Neurologi Klinis Dasar. hal 40 41. Jakarta:
Dian Rakyat
6.
7.
8.
9.
10.
27
11.
12.
13.
Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Syaraf. Editor: L. Djoko Listiono. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN
Antiinflamasi Non Steroid
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Not established
Documented hypersensitivity; avoid in peptic ulcer
disease, recent GI bleeding or perforation, renal
insufficiency, and high risk of bleeding
Interactions
Pregnancy
D - Unsafe in pregnancy
28
Precautions
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
D - Unsafe in pregnancy
Precautions
Drug Name
Adult Dose
29
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions
Drug Name
Adult Dose
25-50 mg IR PO bid/tid
75 mg PO SR PO bid; not to exceed 200 mg/d
Pediatric Dose
Contraindications
30
Interactions
Pregnancy
Precautions
Drug Name
Adult Dose
10-20 mg/d PO qd
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
31
Precautions
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions
32
Pelemas Otot (Muscle Relaxant)
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions