NIM : 616081522012
Matakuliah : Patofisiologi Penyakit Menular dan Defisiensi
B. Varisella
Infeksi virus menimbulkan dua sindrom klinis yang berbeda, yaitu varicella
(varicella) dan zoster (herpes zoster). Infeksi primer menyebabkan cacar air, penyakit
eksantema akut. Herpes zoster (HZ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
Varicella-zoster yang bersifat lokal, menyerang terutama orang dewasa dengan ciri-
ciri berupa nyeri radikular, unilateral dan kumpulan vesikel yang tersebar menurut
dermatom yang dipersarafi 1,2 oleh ganglion saraf sensorik.
Risiko komplikasi cacar air meningkat seiring bertambahnya usia, sehingga
lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Superinfeksi
bakteri (Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus) terjadi akibat ekskoriasi
lesi akibat garukan.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar neuron ganglion
akar dorsal sumsum tulang belakang. Dari sinilah virus dapat kembali menimbulkan
gejala berupa herpes zoster. Sekitar 250 – 500 benjolan akan muncul di seluruh tubuh,
termasuk wajah, kulit kepala, bagian dalam mulut, mata, termasuk bagian tubuh yang
paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi akan mengering dan
terasa gatal secara bersamaan. Dalam 1 hingga 3 minggu bekas kulit kering akan
hilang.
Virus Varicella Zoster penyebab cacar air ditularkan dari satu orang ke orang
lain melalui percikan air liur yang keluar dari batuk atau bersin penderitanya dan
menular melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Virus ini
masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru dan menyebar ke bagian tubuh
melalui kelenjar getah bening.
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain yaitu
Tzanck smear, Direct Fluorescent Assay (DFA), Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tzanck smear
Pengambilan sediaan dilakukan dengan cara menggores pangkal vesikel segar
kemudian diwarnai dengan hematosilin-eosin, pewarnaan Wright's Giemsa,
Toulidine blue atau pewarnaan Papanicopalaou. Dengan menggunakan
mikroskop optik, sel raksasa multinukleotida dapat ditemukan. Inspeksi Ini
Sensitivitasnya 84%, tesnya dimana ? TIDAK Bisa membedakan antara
varicella zoster dan virus herpes simpleks .
Direct Fluorescent Assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk
krusta, dimana pemeriksaan ini kurang sensitif. Hasil pemeriksaan ini lebih
cepat dan membutuhkan mikroskop fluorescence. Test ini dapat menemukan
antigen virus varicella zoster, dimana test ini dapat membedakan antara
varicella zoster dan herpses simpleks virus.
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sensitif. Cara ini dapat
digunakan pada berbagai jenis olahan seperti dasar pengikisan vesikel dan jika
sudah renyah dapat juga digunakan sebagai sediaan. Sensitivitasnya berkisar
antara 97 hingga 100%, di mana tes ini dapat menemukan asam nukleat virus
varicella zoster.
C. Morbili
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut Penyakit menular yang disebabkan
oleh virus morbilli. Umumnya penyakit Ini Muncul di masa kanak-kanak dan
setelahnya. menyebabkan kekebalan seumur hidup hidup. Morbile adalah penyakit
infeksi virus akut penularan yang nyata dengan 3 stadium yaitu stadium catarrhal,
stadium erupsi dan stadium konvalesen.
Morbili disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Paramyxovirus
yang merupakan genus morbillivirus yang ditemukan di dalam rahasia nasofaring dan
darah selama periode prodromal hingga 24 jam setelahnya muncul noda. Varian lain
dari
Morbili ini adalah ruam campak yang tidak lazim muncul dalam beberapa cara
periferal dan terhubung dengan demam demam tinggi, pneumonia, jarang efusi pleura
dan hepatitis.
Virus masuk ke di dalam limfatik lokal, gratis juga tidak mengaitkan dengan
sel mononuklir, kalau begitu mencapai kelenjar getah daerah bening. Di sini virus
berkembang biak dengan sangat lambat dan mulai menyebar ke sel-sel jaringan
limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit T yang
rentan terhadap infeksi juga aktif membelah.
Karakteristik dari inspeksi laboratorium adalah limfopenia. Total leukosit bisa
di bawah hingga 1500/ μL. Metode cepat dan bermanfaat dengan deteksi antigen
morbili langsung dengan antibodi berpendar ke bagan sel nasofaring. Tes PCR sekresi
orofaring dari urine sangat sensitif dan spesifik dan bisa mendeteksi infeksi hingga 5
hari sebelum gejala.
DAFTAR PUSTAKA
Charisma, A. M. (2017). Gambaran Hasil Pemeriksaan Jumlah Trombosit dan Nilai
Hematokrit pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di RSU Anwar
Medika Periode Februari-Desember 2016. Journal of Pharmacy and
Science, 2(2), 15-19.
Farahdina, S., & Wulan, A. J. (2017). Morbili pada anak laki-laki usia 31 bulan
dengan riwayat imunisasi campak pada usia 10 bulan. Jurnal Medula, 7(1),
60-67.
Nugraha, S. D. (2015). Morbili Pada Anak Dalam Pengobatan Anti Retro Viral
(Arv). Intisari Sains Medis, 4(1), 1-5.
Putra, A. P. (2013). Varicella Pada Wanita Dewasa Usia 28 Tahun. Jurnal
Medula, 1(03), 110-116. Putra, A. P. (2013). Varicella Pada Wanita Dewasa
Usia 28 Tahun. Jurnal Medula, 1(03), 110-116.
Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Medula, 2(02).
Wijanarko, M. S. P. (2021). Varisela pada Dewasa, Kehamilan, dan Kondisi
Imunokompromais. Jurnal Kedokteran Meditek, 27(1), 81-87.