“REABSORBSI”
PENYUSUN :
DOSEN PENGAMPU:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat
rahmat-Nya kami diberi ijin untuk menyusun dan menyelesaikan laporan makalah
dengan judul “Reabsorbsi” dengan tepat waktu.Kami juga tidak lupa untuk
berterima kasih kepada bu Citra Dewi Anggraini,S.Tr., M.K.M yang telah
membimbing dan mengajar serta membina kami baik secara moral maupun dengan
materi sehingga kami sangat terbantu dalam pembuatan makalah laporan
“Reabsorbsi” ini.
Laporan ini sangatlah jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunan
materi dan bahasa, kiranya para pembaca yang terhormat dapat memberi kami
kritik dan saran agar membuat kami menjadi berkembang lebih baik lagi di
kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
2.2 Komponen-komponen...................................................................................
2.5 Gangguan.......................................................................................................
Daftar pustaka......................................................................................................5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
proses pembentukan urine pada reabsorbsi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Komponen-komponen
2.5 Gangguan
Adapun gangguan pada lengkungan henle atau ansa henle yaitu sindrom
bartter. Yang merupakan salah satu gangguan dari reabsorpsi garam autosomal
resesif yang membuat penipisan volume cairan ekstraseluler dengan tekanan darah
normal/ rendah. Atau sindrom ini adalah ganguan dengan pemborosan garam di
tubular ginjal dengan tidak dapat menyerap kembali natrium dan klorida dalam
tungkai asendes dari lengkungan henle. Oleh karena itu meningkatnya garam ke
distal, hilangya garam dan air yang banyak dari tubuh. Malfungsi dari tranfor
klorida di tungkai asendes tebal di lengkungan henle akan membuat malabsopsi
kalsium.pada keadan normal kalsium dan magnesium akan diserap secara
paraseluler .
Penyakit ini merupakan riwayat keluarga yang dimana akan turun temurun.
Biasanya pada anak-anak dan remaha yang pertumbuhannya terhambat dan
memiliki keluhan poliuria, muntah, dehidrasi, konstipasi, terlamat atau gagal
tumbuh, dan polisipsia. Dimana penderita akan kurus, dahi menonjol, mata besar,
strabismus, telinga menonjol, tuli sensorineural dan mulut terkulai. Dan pada
penderita dnegan kasus ini akan muncul tekanan darah tinggi jika berlangsung
3
dengan lama. Bayi memiliki peluang sekitar 25% mengembangkan bartter
syndrome, 50% pembawa gen bermutasi, 25% bebas dan tidak bawa gennya.
Dan pengobatan yang biasa dilakukan ialah infus saline pada periode
neonatal (untuk menormalkan kadar kalium), penghambatan ACE dan penghambat
reseptor angiostensin /ARB (menurunkan angiostensin II dan aldosteron yang
meningkat) , membatasi proteinuria, serta meningkatkan kalium serum pada
beberapa kondisi kasus. Atau bahkan beberapa kasus biasanya ditangani dengan
melakukan tranplantasi ginjal tanpa efek samping lainnya. Beberapa obat yang
mengatasi sindrom ini ialah indometasin (anti inflamasi), diuretik hemat kalium,
famotidine (pengurangan risiko pendarahan lambung), inhibitor RAAS, dan
suplemen kalsium, kalium magensium atau dapat juga kombinasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
4
DAFTAR PUSTAKA
Cunha, T., & Heilberg, I. (2018). Bartter syndrome: causes, diagnosis, and treatment.
International Journal Of Nephrology And Renovascular Disease, Volume 11,
291-301.