Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“REABSORBSI”

PENYUSUN :

Dellya Pusvita (616081522007)

F.Glorina Simorangkir (616081522008)

Mega Nurlaila (616081522010)

Muhammad Rezki (616081522011)

Muhammad Rizki A Mufarid (616081522012)

Najwa Anindha (616081522013)

DOSEN PENGAMPU:

Citra Dewi Anggraini, S.Tr., M.K.M

PROGRAM DISKUSI S1 GIZI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat
rahmat-Nya kami diberi ijin untuk menyusun dan menyelesaikan laporan makalah
dengan judul “Reabsorbsi” dengan tepat waktu.Kami juga tidak lupa untuk
berterima kasih kepada bu Citra Dewi Anggraini,S.Tr., M.K.M yang telah
membimbing dan mengajar serta membina kami baik secara moral maupun dengan
materi sehingga kami sangat terbantu dalam pembuatan makalah laporan
“Reabsorbsi” ini.

Laporan ini sangatlah jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunan
materi dan bahasa, kiranya para pembaca yang terhormat dapat memberi kami
kritik dan saran agar membuat kami menjadi berkembang lebih baik lagi di
kedepannya.

Semoga laporan makalah “Reabsorbsi” ini dapat menambah wawasan dan


bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan pembaca terutama dalam
hubungan di bidang gizi.Serta kiranya para pembaca membagi ilmu yang sudah
didapat dalam makalah ini kepada orang sekitarnya.

Batam,16 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2

2.1 Pengertian ...................................................................................................2

2.2 Komponen-komponen...................................................................................

2.3 Zat yang disaring...........................................................................................

2.4 Zat yang lolos................................................................................................

2.5 Gangguan.......................................................................................................

BAB III KESIMPULAN......................................................................................4

Daftar pustaka......................................................................................................5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Sistem perkemihan atau urinari ialah tempat menyaring darah, sehingga


darah yang mengalir dalam tubuh kita akan bersih dan bebas dari zat berbahaya
bagi tubuh kita. Dan zat yang tidak berguna itu akan dibuang melalui urine kita.
Dalam pembentukan urine sendiri terdiri dari filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi
lalu dihasilkanlah urin yang dikeluarkan melalui uretra kita.Berbeda bagian atau
organ , berbeda tempat , berbeda jugalah fungsi dan struktur penyusunnya.

1.2 Rumusan masalah

Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
proses pembentukan urine pada reabsorbsi.

1.3 Tujuan Pembahasan

Agar para pembaca dapat mengerti dan memahami terkait proses


pembentukan urine terlebih pada reabsorbsi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2 Komponen-komponen

2.3 Zat yang disaring

2.4 Zat yang lolos

2.5 Gangguan

Adapun gangguan pada lengkungan henle atau ansa henle yaitu sindrom
bartter. Yang merupakan salah satu gangguan dari reabsorpsi garam autosomal
resesif yang membuat penipisan volume cairan ekstraseluler dengan tekanan darah
normal/ rendah. Atau sindrom ini adalah ganguan dengan pemborosan garam di
tubular ginjal dengan tidak dapat menyerap kembali natrium dan klorida dalam
tungkai asendes dari lengkungan henle. Oleh karena itu meningkatnya garam ke
distal, hilangya garam dan air yang banyak dari tubuh. Malfungsi dari tranfor
klorida di tungkai asendes tebal di lengkungan henle akan membuat malabsopsi
kalsium.pada keadan normal kalsium dan magnesium akan diserap secara
paraseluler .

Ditandai dengan beberapa kelainan elektrolit (kalium dan klorida rendah),


renin tinggi, peningkatan kadar prostaglandin, hipomagnesemia. Pasien yang
biasanya terkena pada sindrom ini ialah pada masa bayi yang gagal tumbuh.
Beberapa variasi klinisnya ialah sindrom bartter neonatal (antenatal), sindrom
bartter klasik dan sindrom gitelman. Jenis dari sindrom ini dibedakan beberapa tipe
yaitu tipe I (mutasi gen kontraasporter natrium klorida), tipe II (mutasi gen
ROMK), tipe III (mutasi gen saluran klorida), tipe IV (hilangnya fungsi mutasi
pada gen penyandi barttin), tipe V (mutasi reseptor pengindraan ion kalsium dan
menyandikan subunit saluran klorida). Diagnosa lainnya biasanya berupa muntah
siklis, hipoklemia, hipomagnesemia, diare klorida bawaan, penyalahgunan
diuretik, kelebihan mineralkortikoid dan lain sebagainya. Tentunya juga dapat
dengan melakukan tes darah, urine dan fisik.

Penyakit ini merupakan riwayat keluarga yang dimana akan turun temurun.
Biasanya pada anak-anak dan remaha yang pertumbuhannya terhambat dan
memiliki keluhan poliuria, muntah, dehidrasi, konstipasi, terlamat atau gagal
tumbuh, dan polisipsia. Dimana penderita akan kurus, dahi menonjol, mata besar,
strabismus, telinga menonjol, tuli sensorineural dan mulut terkulai. Dan pada
penderita dnegan kasus ini akan muncul tekanan darah tinggi jika berlangsung

3
dengan lama. Bayi memiliki peluang sekitar 25% mengembangkan bartter
syndrome, 50% pembawa gen bermutasi, 25% bebas dan tidak bawa gennya.

Dan pengobatan yang biasa dilakukan ialah infus saline pada periode
neonatal (untuk menormalkan kadar kalium), penghambatan ACE dan penghambat
reseptor angiostensin /ARB (menurunkan angiostensin II dan aldosteron yang
meningkat) , membatasi proteinuria, serta meningkatkan kalium serum pada
beberapa kondisi kasus. Atau bahkan beberapa kasus biasanya ditangani dengan
melakukan tranplantasi ginjal tanpa efek samping lainnya. Beberapa obat yang
mengatasi sindrom ini ialah indometasin (anti inflamasi), diuretik hemat kalium,
famotidine (pengurangan risiko pendarahan lambung), inhibitor RAAS, dan
suplemen kalsium, kalium magensium atau dapat juga kombinasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

4
DAFTAR PUSTAKA

Cunha, T., & Heilberg, I. (2018). Bartter syndrome: causes, diagnosis, and treatment.
International Journal Of Nephrology And Renovascular Disease, Volume 11,
291-301.

Zacchia, Miriam. Giovanna, Capolongo. Dan Giovambattista,Capasso.(2018). The


importance of the thick ascending limb of Henle’s loop in renal physiology and
pathophysiology. International Journal Of Nephrology And Renovascular
Disease.(11)81-92

Anda mungkin juga menyukai