Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KMB

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB
Dosen pengampu: Ns. Erlangga Galih Z.n.,S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 10 (PSIK-4A):

1. Ana Melisa (2018012032)


2. Azimatul Anifah (2018012039)
3. Diana Putri Wulandari (2018012043)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga tersusunlah makalah ini dalam mata kuliah KMB. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi pembaca makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan mengakui bahwa isi dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap kritik dan saran untuk perbaikan makalah yang telah kami buat.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Asuhan


Keperawatan Hemodialisa” ini dapat diambil manfaatnya sehingga bermanfaat bagi
pembacanya dan kami mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Kudus, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4


B. Tujuan ............................................................................................ 5
BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi ............................................................................................. 6
B. Etiologi ............................................................................................. 7
C. Patofisiologi ......................................................................................... 7
D. Pathway ............................................................................................. 8
E. Manifestasi ........................................................................................... 9
F. Komplikasi ........................................................................................... 9
G. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 10
H. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................... 11
I. Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus ................................................................................................... 13
B. Pengkajian .............................................................................................. 14
C. Analisa Data ........................................................................................... 16
D. Prioritas Diangnosa ................................................................................. 17
E. Intervensi ................................................................................................ 17

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................. 20
B. Saran… ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh
secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Bila ginjal
tidak bekerja sebagaimana mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang
berkaitan dengan penyakit ginjal kronik. Bila seseorang mengalami ginjal kronik
sampai pada stadium 5, atau telah mengalami yang disebut dengan gagal ginjal,
dimana laju filtrasi glomerulus < 15ml/menit, ginjal telah tidak mampu lagi
menjalankan seluruh fungsinya dengan baik, maka dibutuhkan terapi untuk
menggantikan fungsi ginjal.
Prevalensi GGK di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam progam Indonesia Renal
Registri (IRRI) melaporkan jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2011
tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782
dengan 68,1% kasus baru. Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal
ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter di indonesia sebesar 0,2% dan penyakit
batu ginjal 0,6%. Laporan Indonesia Renal Registry (IRR) menunjukkan 82,4%
pasien GGK diIndonesia menjalani hemodialisis pada tahun 2014 dan jumlah pasien
hemodialisis mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Laporan IRR tercatat
bahwa penyebab gagal ginjal pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah
hipertensi (37%), diabetes militus (27%) dan glomerulopati primer (10%).
Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke 5 dengan angka kejadian gagal
ginjal kronik sebesar 0,3% setelah provinsi Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2015 kematian yang disebabkan karena
gagal ginjal kronik mencapai 1.234 orang (Kementrian Kesehatan, 2017). Dari
provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang memiliki angka
prevalensi sebesar 0,1%, dengan angka tersebut maka kabupaten Boyolali menjadi
kabupaten dengan angka kejadian gagal ginjal kronik tertinggi nomor 22 (Riskesdas,
2013). Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali pada
tahun 2014 pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik sebanyak 376 orang, termasuk

4
pada ruang cempaka yang mencapai 113 pasien menderita gagal ginjal kronik di tahun
2015. (Rekam Medis RSUD Pandan Arang Boyolali, 2015).
Jumlah penderita penyakit ginjal berusia muda yang menjalani perawatan di
RSUD Leokmono Hadi Kudus, Jawa Tengah semakin bertambah. Perkembangan
yang memprihatinkan terkait kondisi pasien yang lazim disebut gagal ginjal itu diduga
akibat pola makan yang tidak sehat. Jumlah pasien yang melakukan pelayanan cuci
darah di RSUD Leokmono Hadi Kudus setiap harinya berkisar 27-28 pasien, bukan
termasuk yang pasien rawat inap.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menentukan Asuhan Keperawatan Hemodialisa
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui etiologi Hemodialisa
b. Untuk mengetahui patofisiologi Hemodialisa
c. Untuk mengetahui pathway Hemodialisa
d. Untuk mengetahui manifestasi Hemodialisa
e. Untuk mengetahui komplikasi Hemodialisa
f. Untuk mengetahui penatalaksanan Hemodialisa
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Hemodialisa

5
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali.
Pada dialisis molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel
dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih
tinggi) ke cairan yang lebih encer (kondisi solut yang lebih rendah). Cairan
mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi
(aplikasi tekanan eksternal pada membran) pada hemodialisis membran merupakan
bagian dari dialeser atau ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis, merupakan
peritoneum atau lapisan dinding abdomen berfungsi sebagai membran
semipermeabel.
Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan
larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke
dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian
besar volume cairan.
Hemodialisa adalah menggerakan cairan dari partikel-partikel lewat
membran semipermeabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu
mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan
asam basa dan membuang zat-zat toksis dari butuh. (Long, C.B. :381).
Membran selaput semipermiabel adalah lembar tipis, berpori-pori, terbuat
dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membrane memungkinkan
difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat
berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran,
tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri dan sel darah terlalu besar untuk
melewati pori-pori membrane. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen
disebut gradian konsentrasi.

6
B. Etilogi
Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan
kronik akibat dari : infeksi, vaskuler dan hipertensi.
C. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi
utama untuk menyaring/membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi
karena sebab primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal
dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam
menyaring/membersihlan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas
pada penanganan pasien dengan gagal ginjal. Namun tidak semua ginjal memerlukan
dialsis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang
tidak terkomplikasi atau juga bisa dilakukan dengan hanya indikasi tunggal seperti
hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui hemodialisa
pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan
pasien. Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.
Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt,
yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL. Namun
demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-
gejala uremia.

7
D. Pathway

Infeksi Vaskuler Hipertensi

Reaksi antigen Ateroskiorosis Tekanan darah


antibodi meningkat

Suplai darah dalam


T gangguan
Terjadi ginjal Fungsi ginjal
fungsi struktur memburuk
ginjal
Fungsi ginjal
memburuk

GFR

GGK

Gagal ginjal
terminal

Tubulus renalis mampu melakukan


sekresi dengan selektif

Toksin uremia menumpuk dalam


darah

Diperlukan terapi fungsi ginjal

Terapi pengganti
ginjal

Transplantasi ginjal Dialysis

HD

Pre-Hemodialisa Intra-Hemodialisa Post-Hemodialisa

Kurang Pemasangan set Terpasang set


pengetahuan dialysis dialysis

Ansietas Volume intersisal Aktivitas fisik


terbatas

Edema
8 Intolerensi
aktivitas
Kelebihan
volume cairan
E. Manifestasi
1. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
2. Kuku : kuku tipis dan rapuh
3. Rambut : kering dan rapuh
4. Oral : halitosis/faktor uremie, perdarahan gusi
5. Lambung : mual, muntah, anoreksia, grastitis ulceration
6. Pilmonary : uremie “lung” atau pnemonia
7. Asam basa : asidosis metabolik
8. Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot: pegal
9. Hematologi : perdarahan
F. Komplikasi
Menuurut Tisher Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakakn hemodialisa sering seklai ditemukan komplikasi yang terjadi, antar lain:
1. Kram otot
Kram otot pada umunya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
sering terjadi pada ultra filtrasi (pemeriksaan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi.
2. Hipertensi
Terjadinya hipertensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neurotapi
otonomik dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah yang mengakibatkan suatu gradian osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini
menyebabkan per pindahan air kedalam otak yang menyebabkan oedem
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
9
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan funsi kardio pulmonar
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
G. Penatalaksanaan Medis
Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal
atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat
membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat
menyembuhkan penyaki tgagal ginjal yang di derita pasien tetapi hemodialisa dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Wijayakusuma,
2008).
Diet merupakan factor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang
terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan
akan mempengaruhi setiap system tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer&
Bare, 2001).
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung
kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan
bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif,
asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa
10
penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan
(Smeltzer& Bare, 2001).
Banyak obat yang di ekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.
Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadarobat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan
akumulasi toksik (Smeltzer& Bare, 2001).
H. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan


a. Ds:

1) Pasien mengatakan kaki bengkak terutama bagian betis hingga


telapak kaki
2) Pasien mengatakan sering merasa haus dan panas

Do:
1) Edema +3
2) Hemoglobin 9.0 gr/dl
3) Hematrokit 30.0
4) Akreatinin 5,23 mg/dl
b. Kriteria hasil: hemoglobin, hematrikot, akretinin normal
c. Renpra:
1) Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
2) Monitor membran mukosa turgor kulit dan respon haus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar
a. Ds:
1) Pasien mengatakan letih dan lesu
Do:

2) TD: 135/90 mmhg


3) Eritrosit 3.72
4) Lekosit 4.82

b. Tujuan: pasien dapat beraktiviyas secara normal


c. Kriteria hasil: RR normal, mudah dalam melakukan aktivitas hidup harian

11
d. Renpra:
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diingkan
2) Intruksikan pasien dan keluarga untuk melaksanakan aktivitas yang
diingkan maupun yang telah dirasakan
3. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal
a. Ds:
1) Pasien mengatakan merasa khawatir dengan keadaan saat ini
Do:
2) Gelisah
3) Mual
b. Kriteria hasil : perasaan gelisah dan cemas berkurang
c. Renpra :
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2) Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut maupun cemas
3) Berikan obat anti kecemasan (jika diperlukan)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto folos perut
2. Ultrasonogi (USG)
3. Nefrotomogram
4. Pielografi retrograde
5. Pielografi antregade
6. Mictutaring Cysto Urography (MCU)

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Tn. J (57 Th) datang ke unit HD RS pada tanggal 23 April 2019 dengan
keluhan kaki bengkak terutama bagian betis hingga telapak kakinya bengkak. Saat
dikaji klien tampak letih dan lesu. Klien merupakan pasien unit HD dengan jadwal
rutin HD selasa & jumat. Saat dicek pitting edema pada kaki : +3. Klien telah
menjalani HD selama 23 bulan. Pasien menjalani program HD selama 4 sampai 4,5
jam. Penambahan berat badan pasien saat itu 4 Kg (IDWG/ Interdialytic Body Weight
Gains). Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus sejak lama namun
diketahui sejak 3 tahun yang lalu. Klien mengatakan merasa khawatir dengan
keadaannya saat ini karena dengan sakit dirinya tidak dapat bekerja kembali. Klien
mengakui tidak dapat mengontrol minumnya selama dirumah karena sering merasa
haus dan panas.
Riwayat hipertensi (-), keluhan batuk (-), dahak (-), sesak (-), nyeri dada (-),
demam (-), mual (+), muntah (-). Hasil pemeriksaan TD : 135/90 mmHg, N:90 x/
menit, RR: 24 x/ menit, T=37oC, TB : 160 cm, TB : 70 Kg.
Hasil pemeriksaan darah lengkap dan kimia klinik :

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Eritrosit 3.73 4.4-5.9


Lekosit 4.82 3.8-10.6
Hemoglobin 9.0 gr/dL 13.2-17.3
Hematokrit 30.3 40-52
Trombosit 149 150-440
Kreatinin 5.23 mg/dL 0.70-1.10
Ureum 87.7 mg/dL 10.0-50.0
GDS 201 mg/dL 100-180

13
B. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. J
Umur : 57 th
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Desa Bulongkulon Karangwono rt 08/06, Jekulo kudus
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 45 th
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Desa Bulongkulon Karangwono rt 08/06, Jekulo Kudus
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan kaki bengkak terutama bagian betis dan telapak kaki
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian pasien mengatakan kaki bengkak, tampak letih dan lesu,
klien mengatakan sering merasa khawatir dengan keadaan saat ini klien juga
mengatakan tidak dapat mengontrol rasa haus dan mual. TD : 135/90 mmHg,
N:90 x/ menit, RR: 24 x/ menit, T=37oC, TB : 160 cm, TB : 70 Kg. Eritrosit
3,73, lekosit 4,82, hb 90 gr/dL, hematrokit 30.3, trombosit 149, kreatinin 5,23
mg/dl, ureum 87,7 mg/dl, GDS 201 mg/dl.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes militus sejak lama
namun diketahui 3 tahun yang lalu.
4. Pemeriksaan Head toe to
a. Kulit
Inspeksi (warna kulit sawo matang)
b. Kepala
Inspeksi (kulit kepala bersih, bulat sempurna, rambut panjanag lurus, tidak ada
benjolan atau lesi)
c. Mata
Inspeksi (bola mata simetris kanan kiri, konjung tiva anemis)
14
d. Mulut
Inspeksi (mukosa bibir kering, kebersihan mulut, ada lesi atau tidak)
e. Hidung
Inspeksi (simetris, tidaka ada nyeri tekan)
f. Telinga
Inspeksi (normal tidak lesi, bersih tidak ada serumen)
Palpasi (normal tidak ada lipatan)
g. Leher
Inspeksi (bentuk leher, kesimetrisan)
Palapsi (apakah terjadi pembesaran tiroid)
h. Dada
Inspeksi (bentuk dada simetris/normal)
Palpasi (tidak ada benjolan atau lesi)
Perkusi (terdengar bunyi sonor paru, tidak ada benjolan atau lesi)
Auskultasi (terdengar bunyi sonor paru, tidak ada suara tambahan)
i. Jantung
Inspeksi (adanya benjolan atau lesi pada jantung)
Palpasi (adanya nyeri tekan pada jantung)
Perkusi (apakah terjadi pelebaran jantung atau tidak)
Auskultasi (adakah bunyi tambahan pada jantung)
j. Abdomen
Inspeksi (buncit)
Auskultasi (untuk mengetahui peristaltik usus)
Palpasi (adakah cairan abdomen serta kekakuan otot pada abdomen)
Perkusi (adakah pembesaran lien atau hepar)
k. Ekstermitas
Inspeksi (kesimetrisan ekstermitas atas maupun bawah, adanya lesi atau
benjolan)
Palpasi (terdapat edema atau tidak)
Perkusi (terjadi kelumpuhan atau tidak)
l. Genetalia
Inspeksi (adanya benjolan atau lesi pada daerah genetalia, terdapat tanda-tanda
infeksi atau tidak)

15
C. Analisis Data
NO. Hari/tgl/jam DATA Masalah Etiologi
1. Senin, 02- Ds: Kelebihan Kelebihan
03-2020,  Pasien mengatakan volume cairan asupan cairan
08.00 kaki bengkak
terutama bagian
betris hingga telapak
kaki
 Pasien mengatakan
sering merasa haus
dan panas
Do:
 Edema: +3
 Hemoglobin 9.0 gr/dl
 Hematrokit 30.0
 Kreatinin 5,23 mg/dl

2. Senin, 02- Ds: Intoleransi Fisik tidak


03-2020,  Pasien mengatakan antivitas bugar
10.00 letih dan lesu
Do:
 TD 135/90 mmHg
 Eritrosit 3.73
 Lakosit 4.82
3. Senin, 02- Ds: Ansietas Hubungan
03-2020,  Ds: pasien interpersonal
12.00 mengatakan merasa
khawatir dengan
keadaan seperti ini
Do:
 Gelisah
 Mual

16
D. Prioritas Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
b. Intoleransi antivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar
c. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal
E. Intervensi
NO. Hari/tgl/jam Dx NOC NIC
1. Senin, 02- I Setelah dilakukan tindakan Manajemen
03-2020, keperawatan selama 3x24 elektrolit/cairan (2080) :
13.00 jam diharapkan kelebihan  Monitor hasil
volume cairan dapat teratasi laboratorium yang
dengan kriteria hasil: relevan dengan
Keseimbangan cairan (0601) keseimbangan
 Hematrokit cairan (misalnya
 Edema perifer hemtokrit, BUN,
 Kehausan albumin, protein
total, osmolalityas
serum dan urin
spesifik tingkat
gravitasi)
 Pantau adanya
tanda dan gejala
retensi cairan
Monitor cairan (4130) :
 Monitor membran
mukosa turgor kulit
dan respon halus
 Batasi dan
alokasikan asupan
cairan

2. Senin, 02- II Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (4310) :


03-2020, keperawatan selama 3x24  Bantu klien untuk
15.00 jam diharapkan intoleransi mengidentifikasi

17
aktivitas dapat teratasi aktivitas yang
dengan kriteria hasil: diinginkan
Toleransi terhadap aktivitas  Intruksikan pasien
(0005) dan keluarga untuk
 Tekanan darah melaksanakan
sistolik dan diastolik aktivitas yang
dalam beraktivitas diinginkan maupun
 Kemudahan dalam yang telah
melakukan aktivitas dirasakan
hidup harian  Dorong keterlibatan
dalam aktivitas
kelompok maupun
terapi jika memang
diperlukan
3. Senin, 02- III Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
03-2020, keperawatan selama 3x24 (5820) :
17.00 jam diharapakan ansietas  Gunakan
dapat teratasi dengan kriteria pendekatan yang
hasil : tingkat kecemasan tenang dan
(1211) meyakinkan
 Perasaan gelisah  Bantu klien
 Rasa cemas yang mengidentifikasika
disampaikan secara n situasi yang
lisan memicu kecemasan
 Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
Tehnik menenangkan
(5880) :
 Kurangsi stimulais
yang menciptakan
perasaan takut
maupiun cemas

18
 Berikan obat
antikecemasan
(jika diperlukan)

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemodialisa adalah cara pengobatan/prosedur tindakan untuk memisahkan
dari zat-zat/racunyang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui membran
semipermeabel dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari darah atau kecairan
dialisat yang kemudian dibuang, sedangkan darah kembali kedalam tubuh sesuai
dengan arti dari hemo yang bearti darah dan dialisis yang bearti memindahkan.

B. Saran
Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan hemodialisa harus benar-
benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi baik efek terapi maupun dari
segi finansial. Oleh karena itu, hati-hatilah dalam mengambil keputusan mengingat
terapi hemodialisis berlangsung lama sehingga membutuhkan banyak materi dan
kesiapan fisik yang baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, Niken. 2009. Hemodialisis. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta: Salemba Medika

https://www.academia.edu/35618684/HEMODIALISA.docx

https://www.halodoc.com/hipertensi-bisa-sebabkan-gagal-ginjal-kronis

21

Anda mungkin juga menyukai