Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)”


Dosen pembimbing oleh: Binarti Dwi S Kep Ns Mpd Kep

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Alvina Nur Kholifah (201804003)


2. Aisyah Dwi Ayu W (201804012)
3. Anggi Ika Anggraini (201804015)
4. Anita Vivi Lestari (201804021)
5. Ika Septyaningrum (201804025)
6. Vinda Istianti (201804038)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN – 2A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Askep Gagal Ginjal Kronik (GGK)”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan


bantuan dari beberapa sumber dan literatur sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun menambah wawasan untuk pembaca.

Mojokerto, 29 Maret 2020

Tim Penyusun

2
3
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...............................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................5
Tujuan......................................................................................5
BAB II. TINJAUAN TEORI
1. Definisi.................................................................................6
2. Anatomi fisiologi.................................................................6
3. Etiologi.................................................................................6
4. Manifestasi klinis.................................................................7
5. Tahapan gagal ginjal kronik.................................................8
6. Patofisiologi.........................................................................8
7. Pathway................................................................................9
8. Komplikasi...........................................................................9
9. Pemeriksaan penunjang.......................................................10
10. Penatalaksanaan medis.......................................................10

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL


KRONIK
1. Pengkajian...........................................................................12
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul ..................13
3. Intervensi..............................................................................13
4. Implementasi........................................................................14
5. Evaluasi................................................................................14
Tinjauan kasus.......................................................................15
Analisa data..............................................................................18
Rencana keperawatan...............................................................19
BAB IV. PENUTUP

4
Kesimpulan..............................................................................22
Saran........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat
penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa
dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air,
elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai
kemih. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan
volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus,reabsorbsidansekresitubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200
ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen
curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke
ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Di
negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus,
dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular
(communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler
sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit
jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Pada
penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal
kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit
kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di

5
tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal
kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit
ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta
dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti
ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan
penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan
adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal
kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk
penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gagal ginjal kronik?
2. Apa anatomi fisiologgi dari gagal ginjal kronik?
3. Bagaimana etiologi dari gagal ginjal kronik?
4. Apa manifestasi dari gagal ginjal kronik?
5. Apa saja tahapan gagal ginjal kronik?
6. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
7. Bagaimana pathway dari gagal ginjal kronik?
8. Apa saja komplikasi dari gagal ginjal kronik?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gagal ginjal kronik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologgi dari gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui etiologi dari gagal ginjal kronik

6
4. Untuk mengetahui manifestasi dari gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui tahapan gagal ginjal kronik
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui pathway dari gagal ginjal kronik
8. Untuk mengetahui komplikasi dari gagal ginjal kronik
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik
11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari gagal ginjal kronik

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi

Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi


ginjal lanjut secara bertahap (Doenges 2010:626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan
dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi
dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long 2011;368)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif
Muttaqin, 2011; 166)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus
kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro, 2001;427)

2. Anatomi Fisiologi
Ginjal terletak di bagian belakang rongga perut (Retropertence)
pada kedua sisi dari colominia setinggi antara vertebrathocalis 2 sampai
3. ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena bagian kanan terdapat
hepar. Ginjal dibungkus oleh selaput pembungkus yang disebut dengan
Caput Renalis. Jaringan lemak inilah yang memperkuat ginjal tetap pada
tempatnya. Pada orang yang kurus yang jaringan lemaknya tipis ginjal
akan goyah dari tempatnya dan mudah bergerak yang disebut dengan
Renmobilis.

8
Bentuk ginjal seperti ercis bagian yang cekung tempat masuknya arteri
renalis dan tempat keluarnya venarenalis serta ureter disebut Hilus.
Pangkal dari ureter di daerah ginjal yang sedikit melebar disebut Pelvis
Renalis.

3. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi
adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan dari luar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. batu ginjal : nefrolitiasis
d. kista di ginjal : polcystis kidney
e. trauma langsung pada ginjal
f. keganasan pada ginjal
g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal
a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. dyslipidemia
c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d. preeklamsi
e. obat-obatan
f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )      

4. Manifestasi Klinis

9
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronis mencakup
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-
angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner
(akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal
tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup
anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler
mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi,
kedutan otot dan kejang.
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
o Krekel
o Nafas dangkal
o Kusmaull
o Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah

10
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan pardarahan mulut
o Nafas berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Pruritis
o Kulit kering bersisik
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
o Amenore
o Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum
dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat
dimungkinkan sebagai penyebabnya.

5. Tahapan Gagal Ginjal Kronik


a. Penurunan cadangan ginjal.
b. Impesiensi ginjal.
c. Gagal ginjal kronik.
d. Uremia.

6. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa

11
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2010, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
 Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
 Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
 Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau

12
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

7. Pathway

8. Komplikasi
Menurut Smeltzer 2009, komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :

13
a. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis : efusi perikardial , dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,
angiotensin, aldosteron.
d. Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastro intestinal.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat.

9. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah
retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang  ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia :
biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya
dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

14
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).
h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2  yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal
ginjal.

2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

10. Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua
factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif,
Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan

15
elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis,
pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan
penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal
dialysis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :
1. Dialisis
Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan
pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi
yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.

16
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

I. Pengkajian
Merupakan setiap awal dari proses keperawatan, tujuan utama dalam
pengkajian untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
kesehatan klien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan
keperawatan informasi subjektif dan objektif dari klien adapun data yang
dikumpulkan gagal ginjal kronik adalah :
a. Identitas klien perlu ditanyakan antara lain : nama klien,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, di samping itu
penanggung jawab klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keadaan umum saat klien datang ke rumah sakit dan
keluhan saat didata tentang kesehatan klien.
Oliguria, anoreksia, oedema, kelemahan, kesadaran menurun, gelisah,
mual muntah, mulut terasa kering, stomatitis, nyeri punggung, sakit
kepala, penurunan BB, peningkatan BB.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit kesehatan yang dialami oleh klien yang
berhubungan dengan penyakit hipertensi, DM dan pemberian obat-
obatan tertentu dalam waktu lama.

3) Riwayat kesehaan keluarga


Adanya faktor genetik dimana kemungkinan adanya anggapan
keluarga yang menderita penyakit seperti hipertensi dan DM.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki
biasanya akan didapatkan data antara lain:
1) Pernafasan

18
Kusmaul nafas cepat dan pendek, takipnu, peningkatan flek, batuk
produktif dengan sputum kental.

2) Intergumen dan muskulus skletal


Rasa kental mudah lecet, pergerakan terbatas, tonus otot lemah, kulit
kering, oedema.

3) Sistem Kardio Vaskuler


 TD
 Distrimia jantung
 Nadi lemah dan halus
 Hipokolemik
4) Sistem Pencernaan
BB turun atau naik, tidak ada nafu makan, mual muntah, pendarahan
perkemihan.

5) System Persyarafan
Sakit kepala, kram otot, gangguan penglihata, perubahan mental,
penurunan kesadaran, hilangnya memori.

6) Aktifitas dan istirahat


Cepat lelah dan merasa lemah, gangguan tidur, kelemahan otot,
penurunan kekuatan otot.

7) Sistem reproduksi
Pada wanita memungkinkan berhenti menstruasi sedangkan pada laki-
laki menjadi impoten dan steril.

d. Data sosial ekonomi


GGK dapat ditemukan pada seluruh tingkat sosial ekonomi.
e. Data Psikologis
Klien merasa hidupnya terancam, merasa putus asa, hilang rasa percaya
diri, gelisah, gugup, persepsi terganggu, ketergantungan, peningkatan

19
menarik diri dan cemas dengan perawatan yang terlalu lama serta biaya
yang cukup tinggi.
f. Trifologi
1) Laboratorium
 Urenum darah meningkat (20-40 mm%)
 Keratinin meningkat 0,6 – 1,2
 Hipoalbumin (3,8 – 5,0 meg/I)
2) Mitiologi
 Foto polos abdomen menunjukan adanya batu
dan obstruksi lain.
 USG, gangguan fungsi ginjal.
 ECG, menunjukan adanya hipertensi ventrikel
kiri gangguan elekrolit.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit b/d penurunan kemampuan filtrasi ginjal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
4. Gangguan konsep diri (gambaran diri)
berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis,
koping maladaptif
5. Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.   
3. Intervensi

DX 1 (Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d penurunan


kemampuan filtrasi ginjal.)

20
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang,
piting edema (-), produksi urine > 600ml/hr
Intervensi:
1. Catat perubahan denyut jantung, TD, JVP
Rasional : Tacikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal
mengeluarkan urine dan perubahan pada sistem renin angio tensin.
2. Catat intake dan output
Rasional : Memantau keseimbangan cairan.
3. Kaji kulit wajah, area oedema, evaluasi derajat oedema
4. Batasi masukan nutrium
Rasional : Natrium bersifat membatas pemasukan cairan sehingga
meningkatkan kerja jantung.
5. Kaji tingkat kesadaran, selidiki perubahan mental.
6. Berikan obat sesuai indikator.
Rasional : Dosis yang tepat akan mempercepat penyembuhan.

DX 2 (Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi


produk sampah dan prosedur dialysis).

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi


Kriteria Hasil :  Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi
dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi :

1. Bina Ham yang baik dengan klien dan keluarga

Rasionalnya : Ham yang baik merupakan dasar untuk menimbulkan


rasa saling percaya satu sama lain.

2. Monitor vital sign

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.

3. Bantu aktifitas klien

21
Rasional : dengan membantu aktifitas klien agar klien tidak merasa
letih/lesu.

4. Anjurkan keluarga untuk membantu KDM klien.

Rasional : agar KDM klien terpenuhi.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiataan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

5. Evaluasi :
Evaluasi merupakan pemikiran yang harus dilakukan perawat untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan, keberhasilan ini
melalui tingkat keperawatan yang dilakukan. Apabila tindakan belum
tercapai / pencapai kriteria maka perawat perlu melihat kembali pada
setiap langkah atau proses keperawatan pada setiap evaluasi. Strategi dapat
dilihat dari masalah yang sudah diatasi.

22
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
Nama : Ny. “A”

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Kawin

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : PNS

Alamat : Gadut

Nomor MR : 63.75.18

Tanggal Masuk : 1 – 5 – 2009

Tanggal di data : 8 – 5 – 2009

Ruangan : HCU

Penanggung jawab

Nama : Tn. A

Umur : 46 tahun

Hubungan keluarga : Suami

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Gadut

23
II. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Mual, muntah, lemas, letih sejak 1 bulan ini.
 Riwayat kesehatan sekarang
PBM melalui IGD tanggal 1 Mei 2009 jam 10.00 WIB

Dengan keluhan : lemas, letih sejak 1 bulan ini, mual, muntah

Setiap habis makan sering kali sakit kepala, pusing, kaki sembab

 Keluhan saat didata


Pada saat didata tanggal 08-05-2009 klien mengatakan letih, lemah,
nafsu makan kurang. Setiap habis makan klien selalu muntah.
Keluarga mengatakan klien untuk tidak mau makan karena setiap
habis makan selalu muntah, badan sembab.
 Riwayat kesehatan dahulu
Klien menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan tidak
terkontrol.
 Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan DM

-Bapak dari klien menderita penyakit hipertensi.


-Ibu dari klien menderita penyakit DM, pernah dirawat di RSUD

III. Pemeriksaan Fisik


 Tanda-tanda vital
Tgl 08-05-2009

TD : 170/100 mmHg

S : 36,40C

24
N : 90 x/i

Nafas : 18 x/menit

Tgl 08-05-2009
TD : 170/110 mmHg

N : 88 x/menit

Nafas : 20 x/menit

S : 36,90C

 Kepala
- Rambut : Tidak ada ketombe,konstribusi rambut baik, tidak
mudah dicabut.
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
tanda-tanda peradangan.
- Mulut : mukosa mulut kering, gigi cukup, caries +
- Muka : tidak oedema
- Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik.
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjer getah
bening.
- Thorak : I. Simetris kiri dan kanan
P. Premitus kiri dan kanan

P. Sonor

A. Vesikuler kiri dan kanan

 Abdomen : I. Letus tidak terlihat


P. Hepar teraba 2 jari

P. Timpani

A. B.U +

25
 Jantung : I. Letus tidak terlihat
P. Letus teraba 2 jari

P. Batas jantung normal

A. Bunyi jantung murni, teratur

 Genitalia : Tidak diperiksa


 Ekstrimitas : Atas tidak oedema, pergerakan
baik, terpasang infus IVFD, EAS Premir 2 : 1, D = 10%. Bawah
sedikit oedema, pergerakan baik.
 Data Biologis : nutrisi sehat = nasi + lauk pauk
+ sayur 3x sehari
sakit = porsi makan yang disediakan tidak habis

diet pasien = rendah garam-garam, rendah protein


40gr.

 Minum : sehat = + 8 gelas/hari + 1600 cc.


sakit = 1000 cc

 Eliminasi
o BAK : sehat = warna kuning jernih, bau khas 4-5 kali/hari
sakit = warna kuning jernih, bau khas 2-3 kali/hari,
600 cc

o BAB : sehat = 1-2 kali/hari


sakit = 1-2 kali/hari

o Mandi : sehat 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari


sakit hanya dilap 1 x sehari.

o Ketergantungan : Rw = rokok +
Rw = minum alkohol sekali-sekali
Obat-obatan tiak ada

26
 Data spritual : klien beragama Islam tapi
jarang melakukan shalat lima waktu, apalagi selama sakit, tapi
klien yakin bahwa klien akan sembuh dari penyakitnya.
 Data Penunjang
Laboratorium tgl 1-05-2009

- HB 6,4 g/dl
- Lekosit 11.400 mm3 5000 – 10000
- Hematokrit 19%
Laboratorium tgl 01-05-2009

- HB 9,8 g/dl Pr W
- Ureum darah 206 mg/dl 10,0 – 50,0
- Kreatinin 15,2 mg/dl
0,6 – 1,1
- Natrium 12,2 mg/dl
139 - 145
- Kalium 4,3 mg/dl
4,4 – 4,8
- Leukosit 13.400/mm3
5.000– 10.000
- Trombosit 243000/mm3
15.000-400.000

Radiologi

- Ro. Thorak
- USG Ginjal
Obat : - Cefriaxone 1 x 2 gr

- NTR 3x1

- Lasix 1x1

27
Transfusi : 5 kantong

ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DO Penurunan kemampuan Gangguan
filtrasi ginjal keseimbangan cairan
 Turgor jelek dan elektrolit
 Ekstrimitas bawah sedikit
oedema
 Intake 1000 cc output 600
cc
 HB : 9,8 g/dl
 Natrium : 122 mg/dl
 Kreatinin : 15,2 mg/dl
DS
 Klien mengatakan ada
BAK tapi sedikit 600 cc
 BB bertambah

Pemenuhan nutrisi
DO Intake yang tidak kurang dari kebutuhan
2 adekuat
 Klien tampak lemah, lesu
 Makanan yang disediakan
tidak habis ½ porsi
DS
 Klien mengatakan
badannya terasa lemah 1
bulan ini.
 Klien mengatakan habis
makan selalu muntah.
 Klien mengatakan minum
susu 2 gelas sehari.

3 DO Gangguan rasa cemas

28
 Ekspresi wajah tampak Kurang pengetahuan
tegang. tentang penyakitnya
 Nadi 88 x/i
 S 36,90C
 TD 170/110 mmHg
DS
 Klien mengatakan bahwa
belum mengetahui tentang
penyakitnya.
 Klien mengatakan
bagaimana cara perawatan
sakitnya.

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan Gangguan keseimbangan 1. ukur tanda- 1. Dengan mengukur
keseimbangan cairan dan elektrolit tanda vital tanda-tanda vital
cairan dan dapat diatasi dengan 2. periksa klien, dapat
elektrolit b/d kriteria: filting mengetahui
penurunan oedema dan keadaan umum
filtrasi ginjal 1. Oedema membran klien/perkembangan
berkurang/hilang. mukosa klien.
2. Intake dan output 3. Ukur intake 2. Dengan memriksa
berkurang output filting oedema dan
4. Kolaborasi membran
dengan tim mengetahui apakah
medis klien mengalami
lainnya gangguan
keseimbangan
cairan
3. Dengan mengukur
intake output dapat
mengetahui aakah
cairan yang masuk
dan keluar
seimbang atau tidak
4. Dengan kolaborasi
dengan tim medis
lain diharapkan
dapat mempercepat
proses

29
penyembuhan klien
2
Pemenuhan Pemenuhan kebutuhan 1. Bina ham 1. Agar tidak terjadi
kebutuhan nutrisi kurang dari yang baik kekeliruan dalam
nutrisi kurang kebutuhan tubuh teratasi dengan memberikan
dari dengan kriteria: klien dan tindakan pada klien
kebutuhan keluarga 2. Untuk mengurangi
tubuh b/d 1. Nafsu makan 2. Memberikan rasa mual pada
intake yang meningkat makanan klien
tidak adekuat 2. Klien tidak dalam 3. Agar klien betah
lemah lagi dan keadaan dan merasakan
tidak muntah hangat kenyamanan
3. Porsi yang 3. Berikan rasa
disediakan habis nyaman
pada klien

3
Gangguan Klien dapat mengetahui
rasa cemas dan memahami
b/d kurang 1. Kaji ulang 1. Memberikan
penyakitnya dalam 2 x proses
pengetahuan 24 jam dengan kriteria: pengetahuan dasar
tentang penyakit dimana klien dapat
penyakitnya 1. Raja cemas dan harapan membuat pilihan
hilang masa datang berdasarkan
2. Klien paham 2. Dorong dan informasi.
tentang penyakit berikan 2. Faktor ini secara
3. Wajah relaks kesempatan langsung
untuk mempengaruhi
bertanya kemampuan untuk
3. Anjurkan berpartisipasi
pada klien 3. Meningkatkan
untuk proses belajar
kontrol mengajar
ulang menigkatkan
pengambilan
keputusan
intervensi cepat
dapat mencegah
komplikasi lebih
serius.

30
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik,
akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor,
biaya mahal, efek samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik
yang belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah
menghasilkan rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.

2. Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan-
rekan mahasiswa calon  perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami
mengenai penyakit gagal ginjal kronis menjadi bekalkan dalam
pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (2011). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai


Penerbit FKUI
Brunner and Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 3 Volume 8. Jakarta : EGC

32

Anda mungkin juga menyukai