Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

OLEH :

INDAH FAUZIAH

201804005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

A. Definisi
Koping individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan
adaptif seorang individu dalam memenuhi tuntunan dan peran hidupnya (Kim, 2006).
Koping individu tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber (fisik, psikologi,
perilaku dan kognitif) (Carpenito-Moyet, 2007).
Koping individu inefektif adalah kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan
untuk memecahkan masalah pada seseorang dalam memenuhi tuntutan-tuntutan dan
peran-peran kehidupan.(Townsend, Mary C.hal;374)
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membentuk
penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang
dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia
(NANDA, 2011).

B. Etiologi
Menurut NANDA (2011) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena
adanya :
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat
9. Dukungan sosial yang tidaka adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu / tidak percaya
13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah

C. Karakteristik Individu Tidak Efektif


Menurut Carpenito (2008) sering ditunjukkan dengan :
a. Mayor :
 Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan
 Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
 Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
b. Minor :
 Rasa khawatir kronis dan ansietas
 Melaporkan tentang kesulitan dengan stres kehidupan
 Ketidakefektifan partisipasi sosial
 Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
 Sering sakit
 Pola respon non asertif

D. Tanda dan Gejala


1. Mengingkari masalah
2. Harga diri rendah
3. Penolakan
4. Perasaan malu dan bersalah
5. Klien mengatakan bila ada masalah sering dipendam dalam hati
6. Klien jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan

E. Proses terjadinya
1. Faktor predisposisi
1.1 Biologis
 Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang
sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
 Paparan terhadap racun, sindrom alkohol saat janin masih dalam
kandungan
 Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis
yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
 Adanya efek samping pengobatan seperti kemoterapi yang
menyebabkan perubahan penampilan
 Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik,
nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkohol, narkotik dan
sedatif-hipnotik)
1.2 Psikologis
 Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
 Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
 Self kontrol :
- Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
- Tingkat kemampuan mempersiapkan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
- Kesempatan yang tidak adekuat unutk menyiagakan diri terhadap
stressor
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
 Harga diri renah, gangguan citra tubuh, gangguna peran dan idela diri
yang tidak realistis serta kerancuan identititas
 Sumber psikologis yang tidak adekuat menyebabkan : tingkat percaya
diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah, harga
diri rendah, ketidakberdayaan, keyakinan negatif tentang diri yang
berlebihan
 Moral : tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya, lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi
udara, aktifitas berlebihan)
 Motivasi : kurangnya penghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial
dan dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi dalam menerima respons dari luar
 Kepribadian : mudah cemas, ketidakmampuan mengatasi kecemasan
dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga
memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak adaptif,
individu mempunyai kerentanan yang tinggi, obsesif kompulsif,
menghindar, dependen.
1.3 Sosial budaya
 Usia : tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal
 Gender : perbedaan gender dalam strategi koping (wanita lebih banyak
daripada pria 2:1 )
 Pekerjaan : bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja terlalu tinggi
 Pendapatan : kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari,
kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan
 Pengalaman sosial : krisis situasi terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencaan alam, perang, pekerjaan
musiman, relokasi, kehilangan atau berduka
 Status sosial : penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik
hubungan
 Peran sosial : kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi terhadap lingkungan tempat tinggal dan kesulitan
membina hubungan interpersonal dengan orang lain

2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1.1 Biologis
 Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga
mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab
peran, kehilangan salah satu anggota tubuh
 Adanya efek samping pengobatan seperti kemoterapi yang
menyebabkan perubahan penampilan
 Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin,
kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkohol, narkotik dan sedatif-
hipnotik)
1.2 Psikologis
 Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman
yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan
memahami (intelegensi rendah)
 Perubahan pola komunikasi yang biasa sehingga tidak mampu
melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat stressor
yang datang
 Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan
 Pengalaman kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
 Sumber psikologis tidaka adekuat dapat mengancam konsep diri :
tingkat petcaya diri kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, model peran negatif
 Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep
diri :
1. Masa remaja
o Perubahan fisik dan emosional
o Kemandirian dari keluarga
o Hubungan persahabatn
o Kesadaran seksual
o Kebutuhan pendidikan
2. Dewasa awal
o Pilihan karir
o Kebutuhan pendidikan
o Menjadi orang tua
o Meninggalkan rumah
o Menikah
3. Usia paruh baya
o Tanda-tanda fisik penuaan
o Tekanan karir
o Masalah membesarkan anak
o Masalah dengan kerabat
o Kebutuhan status sosial
o Orang tua menjadi lansia
4. Lansia
o Perubahan fisik
o Perubahan status finansial
o Perubahan tempat tinggal
o Pensiun
o Respon orang lain terhadap individu lansia
1.3 Sosial budaya
 Usia : krisis maturasional
 Gender : perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
 Pendidikan : kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
 Pendapatan : kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
 Pekerjaan : pilihan karir, tidak tetap, penganggurana atau baru di
PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
 Pengalaman sosial : krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya
 Peran sosial : keterlibatan individu dalam kegiatan sosial i
masyarakat yang kurang
b. Origin
1. Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
2. Eksternal : kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar
c. Timing : stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stres dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau
terus-menerus
d. Number : sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah
yang sangat berat.

F. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas

Koping Individu Tidak Efektif

Perubahan fisik / operasi/ stressor fisik

G. Penilaian Terhadap Stressor


1. Kognitif
a. Ketidakmampuan memperhatikan informasi
b. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
c. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
d. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
e. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi peran
f. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
g. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
2. Afektif
a. Merasa depresi
b. Merasa takut
c. Merasa mudah marah
d. Merasa frustasi
e. Merasa cemas yang berlebihan
f. Merasa tidak bersemangat
3. Fisiologis
a. Perasaan letih
b. Gangguan tidur
c. Sakit kepala
d. Kurang nafsu makan
e. Penurunan berat badan
f. Mual / muntah
g. Peningkatan tekanan darah
h. Bukti adanya kekerasan fisik / psikologis
4. Perilaku
a. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
b. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
d. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
e. Pengambilan keputusan / tindakan yang merusakan keharmonisan keluarga
f. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
5. Sosial
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Manipulasi verbal
d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengeksresikan perasaan
kepada orang lain
f. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau menurun
g. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain

H. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
b. Kemampuan dalam memecahkan masalah
c. Hubungan interpersonal dengan orang lain disekitarnya
d. Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan untuk
menghadapi stressor.
2. Sosial support
a. Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga dan masyarakat
b. Keterlibatan dalam organisasi sosial / kelompok sebaya atau adanya komitmen
organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya.
c. Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau
membantu maslaah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya.
d. Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal.
3. Material asset
a. Penghasilan secara individu : cukup atau tidak.
b. Keberadaan aset atau harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, bangunan).
c. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat digunakan untuk
mendukung pengobatan anggota keluarganya.
d. Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak.
4. Positive believe
a. Keyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu menghadapi
stressor dengan cara yang lebih baik.
b. Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor menggunakan cara
yang telah dimiliki.
c. Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
penyakit yang yang lebih parah pada keluarganya daripada mengobati.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

1. Pengkajian
1.1 Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, status pernikahan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit

1) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?

2) Apa yang suah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ketika di


rumah?

3) Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?

1.2 Faktor Predisposisi


Menurut Ade Herman, 2011 meliputi :
a. Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak. Contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami koping inefektif meliputi :
mengingkari masalah, harga diri rendah, penolakan, perasaan malu dan bersalah,
perasaan tidak berdaya, klien mengatakan bila ada masalah sering di pendam di
dalam hati, klien jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan.
c. Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi koping individu inefektif,
antara lain kemiskinan, tempat tinggal di daerah kumuh dan rawan, kultur sosial
berubah misal keberhasilan individu.
d. Faktor Kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri
rendah antara lain wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluh
tahunan, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme.
(Ade Herman, 2011)
1.3 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu meliputi :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi a) transisi peran
perkembangan: perubahan normatif yang berhubungan dengan pertumbuhan. b)
transisi peran situasi: terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
melalui kelahiran atau kematian. c) transisi peran sehat-sakit sebagai akibat dari
pergeseran keadaan sehat menjadi sakit (kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran tubuh, penampilan dan fungsi tubuh) (Renny Aryani, 2012).
1.4 Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital
b. Ukur tinggi badan dan berat badan
c. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun
d. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan
e. Kaji lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang
ada
(Renny Aryani, 2012)
1.5 Pengkajian Psikososial
a. Genogram
1) Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dengan keluarga
2) Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh
1.6 Hubungan Sosial
Orang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat berbicara, minta
bantuan atau dukungan, apakah klien pernah mengikuti kegiatan di msyarakat, dan
sejauh mana klien terlibat dalam kelompok itu. (Renny Aryani, 2012)
1.7 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut, pandangan massyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok, pendapat klien dan
keluarga tentang kegiatan ibadah.
1.8 Status Mental
a. Penampilan : biasanya tidak rapi, penggunaan penampilan tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Pembicaraan : biasanya pembicaraan klien lambat, sedikit dan volume suara
rendah.
c. Aktivitas motorik : paa klien dengan gangguan konsep diri ; harga diri rendah,
terlihat letih lesu, dan penurunan produktivitas.
d. Alam perasaan : klien dengan gangguan konsep ; harga diri rendah, sering
merasa sedih, dan putus asa serta merasa khawatir
e. Afek : klien dengan gangguan konsep diri ; harga diri rendah sering terlihat
datar.
f. Interaksi selama wawancara : klien biasanya tampak tidak kooperatif, mudah
tersinggung, dan mungkin menunjukkan ansietas selama interaksi.
g. Persepsi : klien mengalami persepsi halusinasi (kaji isi halusinasi, frekuensi,
gejala yang tampak, perasaan terhadap halusinasi).
h. Proses fikir : klien mengalami blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba
kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-
kali).
i. Isi fikir : klien sering mengalami obsesi
j. Tingkat kesadaran : klien bingung, kacau, gangguan orientasi dan waktu.
k. Memori : kaji memori jangka panjang maupun jangka penek, dan sekarang.
l. Tingkat konsentrasi dan terhitung : mudah teralihkan, tidak mampu konsentrasi,
tidak mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian : tidak mampu mengambil keputusan yang sederhana
n. Daya tilik dari : mengingkari penyakit yng dideritanya dan merasa tidak perlu
pengobatan. Pada klien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan
ungkapan yang menyalahkan hal-hal di luar dirinya (menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan kondisinya saat ini. (Renny Aryani, 2012)
1.9 Mekanisme Koping
a. Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek sering dilakukan antara lain :
 Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus-menerus.
 Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok
sosial, keagamaan, dan politik.
 Kegiatan yang memberi dukungan sementara seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas.
(Ade Herman, 2011).
b. Koping jangka panjang
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka
mekanisme jangka panjang dapat dilakukan antara lain :
 Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi ari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
 Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, hal ini
disebabkan karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif.
(Ade Herman, 2011)
c. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain fantasi,
regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain. Dalam keadaan berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian seperti ; bunuh diri, penggunaan zat berbahaya, dan
penganiayaan.
(Ade Herman, 2011).

2. Diagnosa Prioritas
1. Ansietas
2. Tidak Efektifnya Koping Individu
3. Gangguan konsep diri : HDR

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5-8 x pertemuan


diharapkan klien tidak mengalami kecemasan
 Kriteria Hasil :
1. Partisipasi keluarga dalam perawatan profesional
2. Dapat membina hubungan saling percaya dengan orang lain
3. Dapat menjelaskan tentang ansietas
4. Dapat melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
5. Dapat melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan harian

Klien Keluarga
 Sp 1  Sp 1
1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
percaya percaya
2. Membantu klien mengenal 2. Menjelaskan pengertian
ansietas ansietas
3. Mengajarkan klien 3. Menjelaskan penyebab
relaksasi untuk mengurangi ansietas
kecemasan 4. Menjelaskan tanda dan
gejala ansietas

 Sp 2  Sp 2
1. Mengevaluasi pelaksanaan 1. Mengajarkan cara
jadwal kegiatan harian merawat klien ansietas :
2. Melatih teknik relaksasi pengalihan situasi
dengan tarik nafas dalam 2. Mengajarkan cara
3. Memasukkan ke jadwal merawat klien ansietas : tarik
kegiatan harian nafas dalam
3. Mengajarkan cara
merawat klien ansietas :
mengerutkan dan
mengendurkan otot
 Sp 3  Sp 3
1. Mengevaluasi pelaksanaan 1. Mengajarkan keluarga
jadwal kegiatan harian melatih klien mengatasi
2. Mengajarkan teknik ansietas : pengalihan situasi
relaksasi dengan 2. Mengajarkan keluarga
mengendurkan otot melatih klien mengatasi
3. Mmasukkan ke jadwal ansietas : tarik nafas dalam
kegiatan harian 3. Mengajarkan keluarga
melatih klien mengatasi
ansietas : mengendurkan otot

Diagnosa 2

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5-8 x


pertemuan diharapkan klien dapat melakukan koping individu menjadi efektif
 Kriteria Hasil :
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu mengenal koping secara konstruktif yaitu berbicara
terbuka dengan orang lain
3. Klien mampu melakukan jadwal kegiatan harian yang telah dibuat

Klien Keluarga
 Sp 1  Sp 1
1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
percaya percaya
2. Membantu klien mengenal 2. Menjelaskan pengertian
koping yang tidak efektif koping tidak efektif
3. Mengajurkan koping 3. Menjelaskan penyebab
konstruktif : bicara terbuka koping tidak efektif
dengan orang lain 4. Menjelaskan tanda dan
4. Memasukkan ke dalam gejala koping tidak efektif
jadwal kegiatan harian
 Sp 2  Sp 2
1. Mengevaluasi pelaksanaan 1. Mengajarkan cara
jadwal kegiatan harian merawat klien : bicara
2. Mengajarkan koping terbuka dengan orang lain
konstruktif : melakukan 2. Mengajarkan cara
kegiatan merawat klien : melakukan
3. Memasukkan ke jadwal aktivitas yang konstruktif
kegiatan harian 3. Mengajarkan cara
merawat klien dengan
latihan fisik / olahraga
 Sp 3  Sp 3
1. Mengevaluasi pelaksanaan 1. Mengajarkan keluarga
jadwal kegiatan harian melatih klien mengatasi
2. Mengajarkan koping koping tidak efektif : bicara
konstruktif : latihan fisik / terbuka dengan orang lain
olahraga 2. Mengajarkan keluarga
3. Masukkan ke jadwal melatih klien mengatasi
kegiatan harian koping tiak efektif :
melakukan aktivitas
konstruktif
3. Mengajarkan keluarga
melatih klien mengatasi
koping tidak efektif : latihan
fisik / olahraga
Diagnosa 3

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5-8x


pertemuan diharapkan klien memiliki konsep diri yang positif
 Kriteria Hasil
1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan kejadian
yang dihadapi
3. Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan dirinya

Klien Keluarga
 Sp 1  Sp 1
1. Identifikasi kemampuan 1. Diskusikan maslaah dalam
melakukan kegiatan dan merawat klien
aspek positif klien (buat 2. Jelaskan pengertian, tanda
daftar kegiatan) dan gejala, dan penyebabnya
2. Bantu klien menilai 3. Diskusikan aspek positif
kegiatan yang dapat klen yang pernah dimiliki
dilakukan saat ini sebelum dan sesudah sakit
3. Bantu klien memilih salah 4. Jelaskan cara merawat
satu kegiatan yang dapat klien dengan harga diri
dilakukan saat ini terutama memberikan pujian
4. Latih kegiatan yang semau hal yang positif pada
dipilih klien
5. Masukkan ke jadwal
harian
 Sp 2  Sp 2
1. Evaluasi kegiatan pertaa 1. Evaluasi kegiatan keluarga
dan beri pujian dalam membimbing klien
2. Bantu klien memilih melakukan kegiatan , beri
kegiatan kedua yang akan pujian
dipilih 2. Bersama keluarga melatih
3. Latih kegiatan yang klien dlam melakukan
dipilih kegiatan selanjutnya yang
4. Masukkan ke jadwal sudah dipilih klien
harian 3. Anjurkan memantau klien
sesuai jadwal kegiatan dan
beri pujian
 Sp 3  Sp 3
1. Mengevaluasi pelaksanaan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
jadwal kegiatan harian dalam membimbing klien
2. Bantu klien memilih melakukan kegiatan yang
kegiatan selanjutnya yang dipilih klien, beri pujian
akan diplih 2. Nilai kemampuan
3. Masukkan ke jadwal keluarga membimbing klien
kegiatan harian 3. Nilai kemampuan
 Sp 4 keluarga melakukan kontrol
1. Evaluasi kegiatan harian ke RSJ/PKM
2. Latih kegiatan dan
dilanjutkan sampai tak
terhingga
3. Nilai kemampuan yang
telah mandiri
4. Nilai apakah harga diri
klien meningkat

Daftar Pustaka
NANDA International.(2011).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito,Lynda Juall dan Moyet.(2007).Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi
10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito,Lyna Juall.(2000).Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Nasir, Abul dan Muhith, Abdul, (2011).Dasar-Dasar Keperawatan
Jiwa:Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, J.M.(2007).Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai