Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

OLEH :

INDAH FAUZIAH

201804005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

A. Definisi
Koping individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan
adaptif seorang individu dalam memenuhi tuntunan dan peran hidupnya (Kim, 2006).
Koping individu tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber (fisik, psikologi,
perilaku dan kognitif) (Carpenito-Moyet, 2007).
Koping individu inefektif adalah kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan
untuk memecahkan masalah pada seseorang dalam memenuhi tuntutan-tuntutan dan
peran-peran kehidupan.(Townsend, Mary C.hal;374)
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membentuk
penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang
dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia
(NANDA, 2011).

B. Etiologi
Menurut NANDA (2011) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena
adanya :
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat
9. Dukungan sosial yang tidaka adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu / tidak percaya
13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah

C. Karakteristik Individu Tidak Efektif


Menurut Carpenito (2008) sering ditunjukkan dengan :
a. Mayor :
 Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan
 Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
 Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
b. Minor :
 Rasa khawatir kronis dan ansietas
 Melaporkan tentang kesulitan dengan stres kehidupan
 Ketidakefektifan partisipasi sosial
 Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
 Sering sakit
 Pola respon non asertif

D. Tanda dan Gejala


1. Mengingkari masalah
2. Harga diri rendah
3. Penolakan
4. Perasaan malu dan bersalah
5. Klien mengatakan bila ada masalah sering dipendam dalam hati
6. Klien jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan

E. Proses terjadinya
1. Faktor predisposisi
1.1 Biologis
 Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang
sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
 Paparan terhadap racun, sindrom alkohol saat janin masih dalam
kandungan
 Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis
yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
 Adanya efek samping pengobatan seperti kemoterapi yang
menyebabkan perubahan penampilan
 Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik,
nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkohol, narkotik dan
sedatif-hipnotik)
1.2 Psikologis
 Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
 Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
 Self kontrol :
- Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
- Tingkat kemampuan mempersiapkan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
- Kesempatan yang tidak adekuat unutk menyiagakan diri terhadap
stressor
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
 Harga diri renah, gangguan citra tubuh, gangguna peran dan idela diri
yang tidak realistis serta kerancuan identititas
 Sumber psikologis yang tidak adekuat menyebabkan : tingkat percaya
diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah, harga
diri rendah, ketidakberdayaan, keyakinan negatif tentang diri yang
berlebihan
 Moral : tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya, lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi
udara, aktifitas berlebihan)
 Motivasi : kurangnya penghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial
dan dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi dalam menerima respons dari luar
 Kepribadian : mudah cemas, ketidakmampuan mengatasi kecemasan
dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga
memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak adaptif,
individu mempunyai kerentanan yang tinggi, obsesif kompulsif,
menghindar, dependen.
1.3 Sosial budaya
 Usia : tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal
 Gender : perbedaan gender dalam strategi koping (wanita lebih banyak
daripada pria 2:1 )
 Pekerjaan : bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja terlalu tinggi
 Pendapatan : kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari,
kemiskinan dan ketidakcukupan keuangan
 Pengalaman sosial : krisis situasi terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencaan alam, perang, pekerjaan
musiman, relokasi, kehilangan atau berduka
 Status sosial : penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik
hubungan
 Peran sosial : kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi terhadap lingkungan tempat tinggal dan kesulitan
membina hubungan interpersonal dengan orang lain

2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1.1 Biologis
 Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga
mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab
peran, kehilangan salah satu anggota tubuh
 Adanya efek samping pengobatan seperti kemoterapi yang
menyebabkan perubahan penampilan
 Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin,
kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkohol, narkotik dan sedatif-
hipnotik)
1.2 Psikologis
 Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman
yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan
memahami (intelegensi rendah)
 Perubahan pola komunikasi yang biasa sehingga tidak mampu
melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat stressor
yang datang
 Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan
 Pengalaman kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
 Sumber psikologis tidaka adekuat dapat mengancam konsep diri :
tingkat petcaya diri kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, model peran negatif
 Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep
diri :
1. Masa remaja
o Perubahan fisik dan emosional
o Kemandirian dari keluarga
o Hubungan persahabatn
o Kesadaran seksual
o Kebutuhan pendidikan
2. Dewasa awal
o Pilihan karir
o Kebutuhan pendidikan
o Menjadi orang tua
o Meninggalkan rumah
o Menikah
3. Usia paruh baya
o Tanda-tanda fisik penuaan
o Tekanan karir
o Masalah membesarkan anak
o Masalah dengan kerabat
o Kebutuhan status sosial
o Orang tua menjadi lansia
4. Lansia
o Perubahan fisik
o Perubahan status finansial
o Perubahan tempat tinggal
o Pensiun
o Respon orang lain terhadap individu lansia
1.3 Sosial budaya
 Usia : krisis maturasional
 Gender : perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
 Pendidikan : kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
 Pendapatan : kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
 Pekerjaan : pilihan karir, tidak tetap, penganggurana atau baru di
PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
 Pengalaman sosial : krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya
 Peran sosial : keterlibatan individu dalam kegiatan sosial i
masyarakat yang kurang
b. Origin
1. Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
2. Eksternal : kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar
c. Timing : stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stres dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau
terus-menerus
d. Number : sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah
yang sangat berat.
F. Pohon Masalah

G. Penilaian Terhadap Stressor


1. Kognitif
a. Ketidakmampuan memperhatikan informasi
b. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
c. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
d. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
e. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi peran
f. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
g. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
2. Afektif
a. Merasa depresi
b. Merasa takut
c. Merasa mudah marah
d. Merasa frustasi
e. Merasa cemas yang berlebihan
f. Merasa tidak bersemangat
3. Fisiologis
a. Perasaan letih
b. Gangguan tidur
c. Sakit kepala
d. Kurang nafsu makan
e. Penurunan berat badan
f. Mual / muntah
g. Peningkatan tekanan darah
h. Bukti adanya kekerasan fisik / psikologis
4. Perilaku
a. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
b. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
d. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
e. Pengambilan keputusan / tindakan yang merusakan keharmonisan keluarga
f. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
5. Sosial
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Manipulasi verbal
d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengeksresikan perasaan
kepada orang lain
f. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau menurun
g. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain

H. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
b. Kemampuan dalam memecahkan masalah
c. Hubungan interpersonal dengan orang lain disekitarnya
d. Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan untuk
menghadapi stressor.
2. Sosial support
a. Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga dan masyarakat
b. Keterlibatan dalam organisasi sosial / kelompok sebaya atau adanya komitmen
organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya.
c. Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau
membantu maslaah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya.
d. Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal.
3. Material asset
a. Penghasilan secara individu : cukup atau tidak.
b. Keberadaan aset atau harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, bangunan).
c. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat digunakan untuk
mendukung pengobatan anggota keluarganya.
d. Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak.
4. Positive believe
a. Keyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu menghadapi
stressor dengan cara yang lebih baik.
b. Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor menggunakan cara
yang telah dimiliki.
c. Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
penyakit yang yang lebih parah pada keluarganya daripada mengobati.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

1. Pengkajian
1.1 Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, status pernikahan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit

1) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?

2) Apa yang suah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ketika di


rumah?

3) Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?

1.2 Faktor Predisposisi


Menurut Ade Herman, 2011 meliputi :
a. Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak. Contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami koping inefektif meliputi :
mengingkari masalah, harga diri rendah, penolakan, perasaan malu dan bersalah,
perasaan tidak berdaya, klien mengatakan bila ada masalah sering di pendam di
dalam hati, klien jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan.
c. Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi koping individu inefektif,
antara lain kemiskinan, tempat tinggal di daerah kumuh dan rawan, kultur sosial
berubah misal keberhasilan individu.
d. Faktor Kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri
rendah antara lain wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluh
tahunan, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme.
(Ade Herman, 2011)
1.3 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu meliputi :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi a) transisi peran
perkembangan: perubahan normatif yang berhubungan dengan pertumbuhan. b)
transisi peran situasi: terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
melalui kelahiran atau kematian. c) transisi peran sehat-sakit sebagai akibat dari
pergeseran keadaan sehat menjadi sakit (kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran tubuh, penampilan dan fungsi tubuh) (Renny Aryani, 2012).
1.4 Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital
b. Ukur tinggi badan dan berat badan
c. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun
d. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan
e. Kaji lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang
ada
(Renny Aryani, 2012)
1.5 Pengkajian Psikososial
a. Genogram
1) Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dengan keluarga
2) Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh

1.6 Hubungan Sosial


Orang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat berbicara, minta
bantuan atau dukungan, apakah klien pernah mengikuti kegiatan di msyarakat, dan
sejauh mana klien terlibat dalam kelompok itu. (Renny Aryani, 2012)
1.7 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut, pandangan massyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok, pendapat klien dan
keluarga tentang kegiatan ibadah.
1.8 Status Mental
a. Penampilan : biasanya tidak rapi, penggunaan penampilan tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Pembicaraan : biasanya pembicaraan klien lambat, sedikit dan volume suara
rendah.
c. Aktivitas motorik : paa klien dengan gangguan konsep diri ; harga diri rendah,
terlihat letih lesu, dan penurunan produktivitas.
d. Alam perasaan : klien dengan gangguan konsep ; harga diri rendah, sering
merasa sedih, dan putus asa serta merasa khawatir
e. Afek : klien dengan gangguan konsep diri ; harga diri rendah sering terlihat
datar.
f. Interaksi selama wawancara : klien biasanya tampak tidak kooperatif, mudah
tersinggung, dan mungkin menunjukkan ansietas selama interaksi.
g. Persepsi : klien mengalami persepsi halusinasi (kaji isi halusinasi, frekuensi,
gejala yang tampak, perasaan terhadap halusinasi).
h. Proses fikir : klien mengalami blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba
kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-
kali).
i. Isi fikir : klien sering mengalami obsesi
j. Tingkat kesadaran : klien bingung, kacau, gangguan orientasi dan waktu.
k. Memori : kaji memori jangka panjang maupun jangka penek, dan sekarang.
l. Tingkat konsentrasi dan terhitung : mudah teralihkan, tidak mampu konsentrasi,
tidak mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian : tidak mampu mengambil keputusan yang sederhana
n. Daya tilik dari : mengingkari penyakit yng dideritanya dan merasa tidak perlu
pengobatan. Pada klien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan
ungkapan yang menyalahkan hal-hal di luar dirinya (menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan kondisinya saat ini. (Renny Aryani, 2012)
1.9 Mekanisme Koping
a. Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek sering dilakukan antara lain :
 Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus-menerus.
 Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok
sosial, keagamaan, dan politik.
 Kegiatan yang memberi dukungan sementara seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas.
(Ade Herman, 2011).
b. Koping jangka panjang
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka
mekanisme jangka panjang dapat dilakukan antara lain :
 Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi ari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
 Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, hal ini
disebabkan karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif.
(Ade Herman, 2011)
c. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain fantasi,
regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain. Dalam keadaan berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian seperti ; bunuh diri, penggunaan zat berbahaya, dan
penganiayaan.
(Ade Herman, 2011).

2.1 Diagnosa Keperawatan


Koping Individu Tidak Efektif
I. Tindakan keperawatan (Wilkinson, 2007)
Ditujukan pada individu :

1. Tujuan :
a. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator :
1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
2) Mencari informasi yang terkait dengan penyakit dan pengobatan
3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
4) Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
5) Melaporkan penurunan perasaan negatif
b. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan pengendalian
diri tanpa pengawasan secara konsisten
c. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan menunjukkan
proses berpikir logis secara konsisten

2. Tindakan keperawatan
a. Pantau perilaku agresif
b. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan
pandangan pemberi pelayanan kesehatan
c. Peningkatan koping :
1) Nilai kesesuaian klien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai dengan indikasi
2) Nilai dampak dari situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungannya
dengan orang lain
3) Evaluasi kemampuan klien dalam mengambil keputusan
4) Eksplorasi metode yang digunakan klien pada masa sebelumnya dalam
mengatasi masalah kehidupannya
5) Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri
d. Berikan pendidikan kesehatan pada individu untuk meningkatkan koping
1) Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis, pengobatan dan
prognosis
2) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan kebutuhan
3) Berikan latihan keterampilan sosial yang sesuai
e. Berikan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan koping individu dalam
menghadapi stressor
1) Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau mengubah
situasi
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan personal
3) Bantu klien meningkatkan kemampuan koping dengan cara
a) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis
b) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Anda mungkin juga menyukai