KEPUTUSASAAN
OLEH
KELOMPOK III :
2. Etiologi ketidakberdayaan
Menurut buku asuhan keperawatan jiwa (Keliat,Budi Anna. 2019)
Nyeri
Ansietas
Hargadiri rendah
Strategi koping tidak efektif
Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah
Kurang dukungan sosial
3. Faktor Presdiposisi dan Faktor Prespitasi
A. Faktor predisposisi
a) Biologis :
1. Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita
gangguan jiwa)
2. Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal
terakhir periksa)
4. Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu
pelaksana aktivitas harian pasien
5. Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
6. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS
b) Psikologis :
1. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
2. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan
komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan
perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya
3. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,
kanker terminal atau AIDS
4. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
5. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang
sekarang
6. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7. Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8. Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi
9. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
10. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c) Sosial budaya :
1. Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan
yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran
yang dijalankan dalam kehidupannya
3. Pendidikan rendah
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
5. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya kontrol lokus internal)
6. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain,
tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif,
enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
7. Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara
pasif.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang
mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih
6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau
hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai
kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan
memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi
timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :
a) Biologis :
1. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang,
sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic
4. Terdapat gangguan sistem endokrin
5. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
8. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
4. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
5. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain.
c) Sosial budaya :
1. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
2. Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5. Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat
a. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan
hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
5. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
6. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga
dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri,
istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
7. Tanda dan gejala
Ketidakberdayaan Mayor
a. Subjektif
1) Mengatakan ketidakmampuan
2) Frustasi karena tidak mampu mengatasi situasi
b. Objektif
1) Tidak mampu merawat diri
2) Tidak mampu mencari informasi perawatan
3) Tidak mampu memutuskan
4) Bergantung pada orang lain
Minor
a. Subjektif
1) Menyatakan keraguan tentang kemempuannya
2) Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3) malu
b. Objektif
1) Kurang partispasi dalam perawatan
2) Depresi
8. Diagnosa Keperawatan
ketidakberdayaan
Kurang
pengetahuan
9. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif ,klien mampu
1) Menegtahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
ketidakberdayaan
2) Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
b. Psikomotor ,klien mampu
1) Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan dapat
dikendalikan
2) Melatih situasi hidup yang dapat dikendalikan
3) Mengidentifikasi pikiran negative yang tidak sesuai
4) Melatih pikiran positif, pikiran rasional, dan harapan positif
c. Afektif ,klien mampu
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan
- Keluarga
Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasaka keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ketidakberdayaan
b. Jelaskan pengertia, penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya
krtidakberdayaan serta mengambil keputusan merawat klien
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi
ketidakberdayaan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung mengatasi
ketidakberdayaan
e. Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang memerlukan rujukan
segera serta menganjurkan memfollow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
Keputusasaan berbeda dengan ketidak berdayaan. Hal ini dikarenakan orang tanpa
harapan (putus asa) tidak melihat adanya solusi atau jalan ntuk mencapai apa yang diinginkan,
meskipun dia merasa dalam kendali. Sebaliknya, orang yang tidak berdaya bisa melihat alternatif
atau jawaban, namun tidak dapat melakukan apapun karena kurangnya kontrol atau sumber daya
(Carpenito-Moyet, 2009). Perasaan ketidakberdayaan bisa menyebabkan keputusasaan.
1. Etiologi
1. Keragu-raguan
Kegagalan yang melahirkan rasa putus asa pada manusia bisa berawal dari
keragu-raguan.
2. Pesimis
artinya hilang kepercayaan kepada alam dan hidup. Sebab pesimis sama
maksudnya dengan putus harapan atau putus asa. Karena dalam pesimis tidak ada
harapan kebaikan daripadanya. Terutama dari kehidupan itu sendiri.
3. Kecemasan
Perasaan cemas yang diderita manusia modern adalah bersumber dari hilangnya
makna hidup, the meaning of life. Secara fitri manusia memiliki kebutuhan akan makna
hidup. Makna hidup yang dimiliki seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa
hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan merasa mampu dan telah mengerjakan sesuatu
yang bermakna untuk orang lain. Makna hidup biasa dihayati oleh para pejuang dalam
bidang apapun karena pusat perhatian pejuang adalah pada bagaimana bias
menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan orang lain.
4. Faktor Keluarga
Banyak faktor yang menjadikan seseorang terbenam dalam rasa keputusasaan.
Faktor dukungan merupakan salah satunya, yaitu tidak adanya dukungan dari keluarga
dan sahabat. sehingga seberapa besar kemampuannya adalah sebatas yang ia yakini
sendiri, tanpa adanya masukan dan saran dari keluarga dan sahabatnya. Namun,
sebenarnya faktor utama pemicu putus asa adalah kejahilan atau kebodohan. Dan dalam
keluarga sendiri ada faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut, faktor dalam
keluarga seperti:
a. Kesepian
Gangguan kejiwaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar
manusia (interpersonal) dikalangan masyarakat modern tidak lagi tulus dan
hangat. khususnya diawali dalam keluarga sebagai interpersonal terdekat.
Ketergesangan hubungan bisa karena banyak hal diantaranya kasih sayang atau
topeng sosial. Akibanya manusia modern sering mengidap perasaan sepi.
b. Kebosanan
Karena hidup tak bermakna hubungan dengan manusia lain terasa hambar
karena tiada ketulusan hati, kecemasan yang menggangu jiwa dan kesepian yang
berkepanjangan, meyebabkan manusia modern menderita gangguan kebosanan.
Ketika diatas pentas kepalsuan, manusia bertopeng memang memperoleh
kenikmatan sekejap, tetapi setelah ia kembali ke rumahnya, kembali menjadi
seorang diri dalam keasliannya. Maka ia dirasukikembali perasaan cemas dan sepi
Akibat Keputusasaan
a. Stres
b. Depresi
c. Galau
d. Sakit
e. Pola hidup yang tidak teratur
f. Letih, Lesu, Lemah; disebabkan karena faktor psikis
g. Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang ia sibuk
dengan rasa putus asa yang ada.
h. Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk melakukan hal
yang sama karena takut akan mengalami rasa putus asa untuk yang kedua
kalinya.
i. Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang
j. Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban
pikiran yang berlebihan.
k. Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan tidak hanya
karena sakit yang berkepanjangan namun juga karena faktor psikis yang
berlebihan.
Pencegahan
Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusasaanyaitu :
1) Berbaik sangkalah kepada Yang Maha Kuasa ,Ingat bahwa setiap yang kita
alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan bukti kecintaaan
tuhan kepada kita.
2) Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa
mengubahnya dengan ber buat hal-hal baru.
3) Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih
tindakan atau mengubah kebiasan lama dan mencari jalan untuk mengatasi
masalah yg tengah kita hadapi
4) Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang di harapkan.
Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru maka ketegangan kita
kan berkurang.
5) Kembangkan tindakan yang kreatif Tanyakan pada diri sendiri "kesempatan
apa bagi saya di sini ? Jalan mana yang terbuka bagi saya ?"
6) Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum bertindak agar bisa
di dapatkan pemecah masalah yang baik.
7) Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang merupakan pengalaman yang
menyakitkan. Tapi daripada memikirkan kerugian yang kita alami, lebih baik
fokuskan pada apa yang telah kita pelajari.
8) Bertanggung jawab. Jangan salah kan orang lain jika gagal,tapi perhatikan
baik-baik masalah nya dan cobalah memahaminya. Tanyakan pada diri sendiri
bagaimana mengatasinya?
Adatif Maladatif
Respons Reaksi SupresiReaksi Depresi
emosional berduka emosi berduka
rumit tertunda
b. Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dam kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Demikian
pula jika individu kehilangan sesuatu yang sidah dimiliki misalnya kehilangan
pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal ,
kecewa rendah diri dan berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai sengan
kesedihan dan rendah diri. Individu berpikir tentang bunuh diri pada waktu depresi
berat, namun tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri
terjadi pada saat individu keluar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
4. Karakteristik Keputusasaan (Tanda dan Gejala)
1. Karakteristik keputusasaan menurut Carpenito-Moyet (2009)
terdiri dari karakteristik utama (mayor) dan karak teristik tambahan (minor).
a) Karakteristik utama (Mayor)
Karakter-karakter di bawah ini harus hadir, satu atau lebih dari satu, yaitu:
mengungkapkan sikap apatis yang mendalam, luar biasa, dan bertahan dalam
menanggapi situasi yang dianggap tidak mungkin, seperti pernyataan "Masa
depanku tampak gelap bagiku" (Yip & Chang dalam Carpenito-Moyet, 2009).
a. Fisiologis
a. Menurunnya respons terhadap rangsangan
b. kekurangan energy
c. Peningkatan jumlah tidur
b. Emosional
1. Mereka tidak memiliki kesempatan dan tidak ada alasan bagi
mereka untuk percaya hari depan
2. Ketidak mampuan mencari kemakmuran, keberuntungan atau nikmat
tuhan
3. Kurangnya makna atau tujuan dalam hidup
4. Perasaan kehilangan dan kekurangan
5. Kosong atau kehilangan vitalitas
6. Demoralisasi
7. Tidak berdaya
8. Tidak kompeten atau terjebak
c. Kognitif
a. Fokus pada masa lalu dan mas a depan, bukan fokus pada saat
ini dan sekarang
b. Berkurangnya fleksibilitas dalam proses berpikir
c. Kekakuan ( misalnya, pemikiran semua atau tidak sama sekali.
d. Kurangnya imajinasi dan kemampuan berharap
e. Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi atau mencapai tujuan dan
sasaran yang diingkan.
f. Ketidakmampuan untuk merencanakan, mengatur, membuat keputusan,
atau memecahkan masalah.
g. Putus asa
h. Ketidak mampuan mengenali sumber harapan
i. Pikiran bunuh diri.
b) Karakteristik Tamabahan (minor)
Karakter yang meliputi aspek fisiologis dan emosional ini dimungkinkan hadir
pada klien dengan keputusasaan
a. Fisiologis
1. Anoreksia
2. Penurunan berat badan
b. Emosional
Klien merasa :
a. Merasa ada benjolan di tenggorokan, tegang
b. Merasa kecewa
c. Dibanjiri oleh rasa ketidak mampuan (saya hanya “tidak bisa..”)
d. Merasa bahwa mereka berada di ujung talinya.
e. Kehilangan kepuasan dari peran dan hubungan
f. Rentan atau mudah di serang:
Objektif :
1. Berperilaku pasif
2. Kontak mata kurang
3. Perubahan pola tidur
4. Porsi makan tidak habis
5. Kurang bicara
d. Minor
Subjektif :
1. Sulit tidur
2. Selera makan menurun
3. Mengungkapkan keraguan
4. Mengunkapkan frustasi
Objektif :
1. Afek datar
2. Kurang inisiatif
3. Meninggalkan lawan bicara
4. Mengangkat bahu sebagai respons lawan bicara
5. Perawatan diri kurang
6. Sulit membuat keputusan
5. Kondisi Klinis Terkait
a. Penyakit kronis (diabetes mellitus, hipertensi, stroke, TBC)
b. Penyakit terminal (kanker)
c. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
d. Kondisi fisik terus menurun
6. Diagnosa Keperawatan
keputusasaan
a
7. Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, klien mampu :
a. Mengetahui perubahan/ penurunan kondisi fisik
b. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari keputusasaan
c. Mengetahui cara mengatasi keputusasaan.
2. Psikomotor, klien mampu:
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Mengidentifikasi system
c. Melatih hubungan sosial dengan system pendukung
d. Melatih kegiatan hidup sehari-hari
3. Afektif, klien mampu :
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b. Merasa optimis dan bahagia
8. Tindakan keperawatan
Tindakan Pada Klien
1. Tindakan keperawatan Ners
a. Kaji tanda dan gejala keputusasaan
b. Jelaskan proses terjadinya keputusasaan
c. Diskusikan dengan klien :
1) Kemampuan yang dimiliki
2) System pendukung yang dimiliki
3) Harapan kehidupan
d. Latih hubungan sosial dengan lingkungan :
1) Bercakap-cakap dengan system pendukung
2) Bercakap-cakap dengan lingkungan
e. Latih lakukan kegiatan sehari-hari:
1) Memenuhu kebutuhan makan
2) Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
3) Merawat diri : kebersihan diri
4) Melakukan kegiatan spiritual
f. Latih membangun harapan yang realistis.
1) Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
2) Bantu klien membuat rencana mencapai harapan secara bertahap
g. Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien.
2. Tindakan Keperawatan Spesialis
a. Terapi kognitif :
1) Sesi 1: mengidentifikasikan pengalaman yang tidak menyenangkan
dan menimbulkan pikiran otomatis negative
2) Sesi 2: melawan pikiran otomatis negative
3) Sesi 3: memanfaatkan system pendukung
4) Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative
b. Terapi kognitif perilaku:
1) Sesi 1 : mengidentfikasikan pengalaman yang tidak menyenangkan
dan menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative
2) Sesi 2: melawan pikiran otomatif negative
3) Sesi 3: mengubah perilaku negative
4) Sesi 4: memanfaatkan system pendukung
5) Sesi 5: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative dan
mengubah periaman yang tidak menyenanglaku negative
c. Terapi penerimaan komitmen (acceptance commitment therapy)
1) Sesi 1: mengidentifikasikan pengalaman/ kejadian yang tidak
menyenangkan
2) Sesi 2: mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai
terkait pengalaman yang tidak menyenangkan
3) Sesi 3: berlatih menerima pengalaman/kejadian tidak
menyenangkan menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
4) Sesi 4: berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
untuk mencegah kekambuhan.
1. Sesi 1: identifikasi masalah dan sumber pendukung di daslam dan di luar keluarga.
2. Sesi 2: latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga.
3. Sesi 3: latihan menggunakan system pendukung luar keluarga.
4. Sesi 4: evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terapi kelompok reminisense (syarniah, Keliat &
Hastono, 2010) dan kombinasi terapi reminisense dengan terapi life review (misesa,
Keliat & Wardani. 2013) bermanfaat bagi lansia yang depresi.
Tindakan Kolaborasi
Discharge Planning
1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan
jiwa.
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah sakit.
3. Tujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung. Kader kesehatan jiwa, kelompok
Uswabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. Tafsir Al Azhar juz xii. (Jakarta: Pustaka Panjimas. 1982). hlm.20
Imam Fuadi, Menuju Kehidupan Sufi (Jakarta : Bina Ilmu 2004) hlm.103
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9.
Jakarta: EGC.
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC