Anda di halaman 1dari 20

1

I. MASALAH KEPERAWATAN: KETIDAKBERDAYAAN


A. Pengertian
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa
segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang barudirasakan. Ketidakberdayaan
adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil
yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil
seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan
situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan
terjadi (Pardede, 2020).
Ketidakberdayaan merupakan sebuah persepsi bahwa
suatu tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil yang
secara signifikan, persepsi merupakan kurangnya kontrol pada
situasi saat ini atau yang akan datang (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
B. Etiologi Ketidakberdayaan
Etiologi ketidakberdayaan menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017) antara lain :
1. Program pengobatan/perawatan yang mempunyai jangka panjang
2. Lingkungan yang tidak mendukung dalam pengobatan/perawatan.
3. Interaksi interpersoanal yang tidak memuaskan 2
Ketidakberdayaan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan, ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti
: Depresi), serta kurangnya kesempatan dalam membuat
keputusan (Novi, 2017). Faktor yang berhubungan dengan
ketidakberdayaan menurut (Novi, 2017) yaitu:
a. Kesehatan lingkungan : hilangnya privasidan
kontrol terhadap terapi.

3
b. Hubungan interpersonal : penyalahgunaan
kekuasaan dan hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen :
penyakit kronis atau yang melemahkan kondisi.
Hal tersebut menyebabkan seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan aktivitas fisik dan juga
tidak mampu melaksanakan tanggung jawab
serta menjalankan perannya.
C. Tanda dan gejala
1. Batasan kararakteristik SDKI :
a. Mayor
Subjektif : Menyatakan frustasi atau tidak mampu
melaksanakan aktivitas sebelumnya.
Objektif : Bergantung pada orang lain.
b. Minor
Subjektif : Merasa diasingkan, Menyatakan keraguan
tentang kinerja peran, Menyatakan kurang kontrol,
Menyatakan rasa malu dan Merasa tertekan (depresi).
Objektif : Tidak berpartisipasi dalam perawatan dan
Pengasingan.
c. Batasan karakteristik klien dengan ketidakberdayaan.
ketidakberdayaan yang dialami klien terdiri dari
energi dan tingkatan yaitu :
a. Rendah: Klien akan mengungkapkan
ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap positif.
b. Sedang: Klien akan mengalami ketergantungan
kepada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan dan rasa bersalah.
c. Berat: Klien akan menunjukan sikap apatis,
depresi terhadap perubahan dalam dirinya yang
telah terjadi.
4
D. Klasifikasi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ketidakberdayaan situasional : Yaitu ketidakberdayaan
yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
2) Ketidakberdayaan dasar atau (trait powerlessness) :
Merupakan ketidakberdayaan yang bersifat menyebar,
mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan
hubungan.
E. Rentan Respon Ketidakberdayaan

Respon adaftif Respon Maladaftif

a. Harapan

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Putus Asa


Berdaya
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap
penyakit fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan
stres dan berakhir dengan penggunaan mekanisme koping
yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang
tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak
mampu memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan
mempengaruhi kemmapuan individu mengkaji situasi dan
memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian
menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa

5
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan
harapan hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam
upaya bunuh diri.

F. Faktor predisposisi
Faktor predisposes merupakan suatu faktor resiko yang
menjadi sumber utama stress dan memiliki pengaruh dalam
tipe dan sumber individu untuk menghadapi stress secara
biologois, psikologis dan social budaya. Faktor predisposisi
tersebut antara lain :
a. Biologis
A. Riwayat keturunan.
B. Gaya hidup ( merokok, alkohol dan zat adiktif).
C. Penderita penyakit kronis ( stroke, diabetes militus).
D. Memiliki riwayat penyakit jantung, paru-paru yang
menggangguaktivitas sehari-hari klien.
E. Memiliki riwayat menderita penyakit secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan (stroke, kanker terminal
dan AIDS).
b. Psikologis
A. Memiliki pengalaman perubahan didalam gaya hidup
akibat lingkungan tempat tinggal.
B. Ketidakmampuan dalam mengambil suatu keputusan
serta mempunyai kempuan untuk melakukan komunikasi
verbal yang kurang atau tidak mampu untuk
mengekspresikan perasaan yang dirasakan terkait dengan
penyakit atau kondisi yang sedang terjadi.
C. Tidak mampu menjalankan peran akibat suatu penyakit
secara progresif menimpulkan ketidakmampuan ( stroke,
kanker terminal dan AIDS).
D. Merasa kurang puas dengan kehidupan yang telah
dijalani (merasa tujuan hidupnya tidak tercapai).
6
E. Merasa frustasi dengan keadaan kesehatannya dengan
kondisi yang bergantung dengan orang lain.

7
F. Self control : sulit untuk mengontrol rasa emosi, merasa
cemas, merasa takut, gaya hidup yang tidak berdaya.
c. Social budaya
A. Pendidikan rendah.
B. Kurang aktif didalam kegiatan masyarakat.
C. Hilangnya kemampuan dalam melakukan aktivitas akibat
proses penuaan (pension, defitit memori, defisit motoric
dan status finansial).
D. Cenderung bergantung dengan orang lain, tidak dapat
berpartisipasi dalam social kemasyarakatan.
G. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan suatu kondisi internal
seorang pasien dimana pasien tersebut kkurang dapat
menerima perubahan fisiknya dan psikologis yang telah
terjadi. Kondisi eksternal biasanya dari pihak keluarga dan
masyarakat kurang mendukung (Sarani, 2021). Faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan faktor presipitasi yang akan
timbul ketidakbaerdayaan antara lain :
A. Biologis
1. Seseorang menderita suatu penyakit dan harus
melakukan tindakan terapi tertentu, pengobatan terkait
dengan penyakit (jangka panjang, sulit dan kompleks).
2. Penyakit kronis yang kambuh dalam 6 bulan terakhir.
3. Kurang mampu menyusaikian diri dengan budaya, ras
etnik dan gender.
4. Adanya perubahan didalam diri (fisik).
B. Psikologis
1. Perubahan gaya hidup akaibat memiliki penyakit kronis.
2. Tidak dapat melakukan aktivitas sendiri kemudian
timbullah keputusasaan.

8
3. Perasaan malu serta rendah diri karena aktivitas
bergantung dengan orang lain.
4. Kehilangan rasa mandiri atau ketergantungan dengan orang lain.
C. Social budaya
1. Kehilangan pekerjaan karena kondisi kesehatan sekarang.
2. Kehilangan kemampuan dalam melakukan aktivitas
dari proses penuaan (pensiun, defisit memori, defisit
motoric dan status finansial).
3. Terdapat perubahan status kuratif menjadi status paliatif.
4. Tidak dapat melakukan kegiatan agama dan tidak
mampu melakukan partisipasi dengan masyarakat.
H. Mekanisme Koping Ketidakberdayaan
1) Konstruktif
- Menilai pencapaian hidup yang realistis.
- Kreatif dalam mencari informasi
terkait perubahan status kesehatannya sehingga
dapat beradaptasi secara normal.
- Mampu mengembangkan minat dan hobi
baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
- Peduli terhadap orang lain disekitarnya
walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan.
2) Destruktif
- Mengungkapkan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah atau meminta bantuan.
- Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
- Ketidakmampuan memenuhi peran yang
diharapkan (mengalami ketegangan peran, konflik
peran).
- Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
- Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti
9
makan minum, kebersihan diri, istirahat dan tidur
dan berdandan

1
0
- Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri,
bergantung pada orang lain).
- Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
II. PSIKODINAMIKA DAN PROSES
TERJADINYA KETIDAKBERDAYAAN
Pada patafisiologi dengan masalah ketidakberdayaan
saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun jika
dilakukan analisis dari proses terjadinya ketidakberdayaan
berasal dari seseorang individu yang tidak mampu mengatasi
suatu masalah sehingga menyebabkan stress yang hal tersebut
diawali dalam perubahan dalam respon otak yang menafsirkan
perubahan didalam otak. Stress tersebut akan menyebabkan
korteks serebri yang akan mengirimkan sinyal menuju
hipotalamus, yang kemudian seharusnya ditangkap system
limbic yang dimana salah satu bagian pentingnya merupakan
amigdala itu akan bertanggung jawab didalam status emosional
individu akibat dari keaktifan system hipotalamus pituitary
adrenal (HPA) dan kemudian menyebabkan rusaknya pada
hipotalamus menjadikan seseorang kehilangan mood dan juga
motivasi dan akhirnya menyebabkan seseorang untuk malas
melakukan sesuatu, hambatan emosional dengan klien yang
mengalami ketidakberdayaan, terkadang dapat berubah
menjadi murung dan sedih sehingga menyebabkan seseorang
itu merasa tidak berguna lagi, danmerasa hidupnya telah gagal
(Sarani, 2021).
III. Kemungkinan Data Fokus Pengkajian
Data fokus pengkajian pada ketidakberdayaan yaitu
Faktor Psikologis yang ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda
sebagai berikut: Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah,
identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan
koping destruktif.
1
IV. MASALAH KEPERAWATAN 1
Ketidakberdayaan

1
2
V. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: - Program pengobatan Ketidakberdayaan
1. menyatakan frustasi (perawatan) yang D.0092
atau tidak mampu kompleks atau jangka
melaksanakan aktivitas panjang
sebelumnya - lingkungan tidak
2. merasa diasingkan mendukung
3.menyatakan pengobatan/perawatan
keraguan tentang - interaksi interpersonal
kinerja peran tidak memuaskan
4.menyatakan kurang
kontrol
5.menyatakan rasa
malu
Merasa tertekan
(depresi
Do:
1. bergantung pada
orang lain
2. tidak berpartisipasi
dalam perawatan
3. pengasingan

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakberdayaan b.d Program pengobatan (perawatan) yang
kompleks atau jangka panjang
2. Ketidakberdayaan b.d lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan

1
3
3. Ketidakberdayaan b.d interaksi interpersonal tidak memuaskan

1
4
VII. INTERVENSI

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ketidakberdayaan Pasien dapat Setelah … pertemuan 1. Beri salam Hubungan saling
membina diharapkan pasien: 2. Perkenalkan diri, tanyakan nama percaya merupakan
hubungan saling 1. Mau menerima serta nama panggilan yang disukai dasar untuk kelancaran
percaya dengan kehadiran perawat 3. Jelaskan tujuan interaksi hubungan interaksi
perawat disampingnya 4. Yakinkan pasien dalam keadaan selanjutnya.
2. Menyatakan mau aman dan perawat siap menolong
menerima bantuan perawat dan mendampingi
3. Tidak menunjukan 5. Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien
tanda- tanda curiga akan tetap terjaga
6. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur
7. Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untuk memenuhinya
Pasien dapat Setelah pertemuan … 1. Membantu pasien mengidentifikasi 1. Mengetahui faktor
berlatih untuk diharapkan pasien dapat: faktor-faktor yang dapat penyebab

15
berpikir positif. 1. Pasien mampu menimbulkan ketidakberdayaan. ketidakberdayaan
mengenali dan 2. Mengidentifikasi kemampuan dan 2. Mengetahui
mengekspresikan aspek positif yang dimiliki pasien, kemampuan dan aspek
emosinya serta memperluas kesadaran diri. positif yang dimiliki
2. Pasien mampu 3. Membantu pasien menilai pasien
memodifikasi pola kognitiif kemampuan pasien yang dapat
3. Menilai kemampuan
yang negative dilakukan saat ini.
yang dimiliki pasien
3. Pasien mampu 4. Membantu pasien memilih kegiatan
4. Memberikan kegiatan
berpartisipasi dalam saat ini yang akan dilatih sesuai
sesuai dengan
pengambilan keputusan dengan kemampuan pasien.
kemampuan yang
yang berkenaan dengan 5. Melatih kegiatan yang dipilih.
dimiliki pasien
perawatan pasien. 6. Menganjurkan pasien memasukkan
5. Melatih pasien
4. Pasien mampu termotivasi dalam jadwal kegiatan harian.
untuk aktif mencapai
6. Mengurangi rasa
tujuan realistis.
ketidakberdayaan
dengan aktivitas yang
terjadwal

16
Pasien dapat Setelah pertemuan … 1. Membantu pasien mengevaluasi 1. Mengevaluasi

17
mengetahui diharapkan pasien : ketidakberdayaan. ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan, 1. Pasien mampu membina 2. Membantu pasien mengembangkan pasien
Manfaat hubungan saling percaya manfaat harapan positif 2. Mengembangkan
Mengembangkan 2. Pasien mampu 3. Membantu pasien mengontrol manfaat harapan
Harapan Positif mengembangkan harapan perasaan keridakberdayaan positif pasien
dan Latihan positif 4. Menganjurkan pasien
3. Mengontrol
Mengontrol 3. Pasien mampu mengontrol memasukkan dalam jadwal
ketidakberdayaan
Perasaan perasaan ketidakberdayaan. kegiatan harian.
pasien
Ketidakberdayaan
4. Mengurangi rasa
ketidakberdayaan
dengan aktivitas yang
terjadwal

11
VIII. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Hidayat, 2021).

IX. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan
dibagi menjadi (Hidayat, 2021) :
c. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
d. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis
pada catatan perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, S., & Siringo-Ringo, E. R. I. K. A. (2020). Aktivitas Sehari-hari


Pasien Stroke Non Hemoragik Di RSUD Dr. PIRNGADI Medan Tahun
2016.
Hidayat, Aziz Alimul (2021) Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC,
NOC dan SDKI - Google Books. Surabaya: Health Books Publishing.

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.
Jurnal Keperawatan, 2(1).
Junitasari, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. T Dengan
Gangguan Sistem Persyarafan: Stroke Hemoragik Di Paviliun Asisi
Kamar 4-4 Rumah Sakit Myria Palembang (Doctoral dissertation,
Universitas Katolik Musi Charitas).
Lubis, S. H. (2016). Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Stroke Hemoragik RSUD 12
Dr. Pirngadi Kota Medan.
Pardede, J. A. (2020). Konsep Ketidakberdayaan.
Pardede, J. A., Hutajulu, J., & Pasaribu, P. E. (2020). Harga Diri dengan
Depresi Pasien Hiv/aids. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar, 11(01). : https://doi.org/10.32382/jmk.v11i1.1538
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI.

13

Anda mungkin juga menyukai