Anda di halaman 1dari 21

I.

KETIDAKBERDAYAAN

A. DEFINISI

Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa

perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa

hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti

yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi

atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2015).

Menurut Wilkinson (2012) ketidakberdayaan merupakan persepsi

seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara

bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir

atau yang baru saja terjadi.

Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak

akan mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada

situasi saat ini atau yang akan datang (SDKI, 2017).

B. TANDA dan GEJALA

Adapun tanda dan gejaala ketidakberdayaan menurut SDKI, 2017

adalah sebagai berikut:

1) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

 Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan

aktivitas sebelumnya

b) Objektif

 Bergantung pada orang lain


2) Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif

 Merasa diasingkan

 Menyatakan keraguan tentang kinerja peran

 Menyatakan kurang adanya kontrol

 Menyatakan rasa malu

 Merasa Tertekan

1) Data Obyektif

 Tidak berpartisipasi dalam perawatan.

 Pengasingan

C. TINGKATAN

Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan

yang dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:

1) Rendah

Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat

energi dan bersikap pasif.

2) Sedang

Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat

mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.

Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien

tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan

ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan


aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi

keraguan tentang performa peran.

3) Berat

Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik

yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap

program pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali

(terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA

biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan berat

karena tidak memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya

untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan

mempertahankan situasi bebas NAPZA.

D. KLASIFIKASI

Carpenito (2013) menggambarkan dua jenis klasifikasi

ketidakberdayaan, yaitu:

1) Ketidakberdayaan Situasional

Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan

mungkin berlangsung singkat

2) Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)

Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi

pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan


E. RENTANG RESPON

1) Harapan

Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit

fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir

dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada

beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan

masalah kesehatan jiwa.

2) Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu

memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi

kemmapuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya

yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai

rasa pesimis dan putus asa.

3) Putus Asa

Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan

hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

F. FAKTOR PREDISPOSISI

Ada beberapa faktor predisposisi menurut Pardede (2020) antara lain:

1) Biologis
a. Ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua

menderita gangguan jiwa).

b. Gaya hidup (merokok, alkohol, obat dan zat adiktif) dan

Pengalaman penggunaan zat terlarang

c. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,

tanggal terakhir periksa)

d. Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang

mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien.

e. Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita

sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma

kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan

limbic.

f. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan

ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal

atau stroke.

2) Psikologis

a. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat

tinggal.

b. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai

kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat

mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau

kondisi dirinya.
c. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang

secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:

sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS.

d. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah

dicapai).

e. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya

yang sekarang

f. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang

terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi

g. Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten

selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat

dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari

h. Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun

sebagai saksi

i. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,

mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak

berdaya

j. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

3) Sosial Budaya

a. Usia 30 – meninggal berpotensi mengalami ketidaberdayaan

b. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai

kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan

tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya


c. Pendidikan rendah

d. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses

penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,

status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari

6 bulan)

e. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai

kontrol (misalnya kontrol lokus internal).

f. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan

orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial

kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang

menghindar dari orang lain

g. Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat

h. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun

secara pasif.

G. FAKTOR PREPITASI

Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi

timbulnya ketidakberdayaan menurut Pardede (2020) adalah sebagai

berikut:

1) Nature

Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan

nafsu makannya.

2) Origin
Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di

sekitarnya

Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan

lingkungan dan teman-temannya

3) Timing

Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien

mengalami stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.

4) Number

Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien.

Pasien merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya

tidak akan lama lagi.

H. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

1) Kognitif

a. Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi.

b. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap

kemampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.

c. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.

d. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai

kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.

e. Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan

orang lain.

f. Kurang dapat berkonsentrasi.

2) Afektif
a. Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang

terjadi dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program

pengobatan

b. Marah

c. Iritabilitas, ketidaksukaan

d. Perasaan bersalah

e. Takut terhadap persaingan oleh pemberian perawatan

f. Perasaan cemas atau ansietas

3) Fisiologis

a. Perubahan tekanan darah

b. Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan

c. Muka tegang

d. Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin

e. Gangguan tidur, terutama disertai ansietas

4) Respon sosial

a. Enggan untuk mengungkapkan persaannya yang sebenarnya

b. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

c. Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain

I. SUMBER dan MEKANISME KOPING

Menurut Pardede (2020) terdapat empat (4) faktor sumber koping

sebagai berikut :

1) Personal Ability
a. Keterampilan pemecahan masalah : kemampuan mencari

sumber informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah

yang berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan faktor

pendukung serta keberhasilan yang pernah dicapai.

Kemampuan mempertimbangkan alternative aktivitas yang

realistik.

b. Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas

yang dapat dikendalikan oleh pasien.

c. Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi

secara efektif terutama dalam pencarian sumber informasi

untuk mengatasi ketidakberdayaannya

d. Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan

peran atau kondisi kesehatan dan kehidupannya

e. Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang

realistis, mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan

secara matang.

2) Social Support

a. Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan

anggota masyarakat di sekitarnya

b. Kualitas dukungan sosial yang diberikan keluarga, anggota

masyarakt tentang keberadaan pasien saat ini

c. Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan

kegiatan atau perkumpulan di masyarakat


d. Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang

mempunyai norma tidak bertentangan dengan nilai budaya

yang ada

3) Material Assset

a. Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan

stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

b. Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas,

SKTM atau askes

c. Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk

mengantisipasi kebutuhan hidup

d. Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses

pelayanan

kesehatan yang ada.

4) Positive Belief

a. Keyakinan dan nilai : pasien mempunyai keyakinan bahwa

penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya

perubahan fisik akibat penyakitnya akan berdampak pada

kehidupannya

b. Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat

menjalani hidup dengan semangat

c. Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik

mencegah daripada mengobati.


Menurut Pardede (2020) terdapat beberapa faktor mekanisme

koping ketidakberdayaan yaitu:

1) Konstruktif

a. Menilai pencapaian hidup yang realitis

b. Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik

dan peran yang dialami akibat penyakitnya

c. Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan

keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya

d. Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait

perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara

normal

e. Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan

peran dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif

menghasilkan sesuatu

f. Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan

perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami

g. Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami

perubahan kondisi kesehatan

2) Destruktif

a. Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan

aktivitas harian (pasif)

b. Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan

yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut


c. Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan

perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan

atau depresi.

d. Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang

lain, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami

menarik diri dan isolasi sosial

e. Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat

berakhir pada penyerangan terhadap orang lain

f. Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)

g. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya

(represi/supresi).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

Faktor Predisposisi
Biologis psikologis sosio kultural

Faktor presipitasi
Nature Origin Timing Number

Penilaian terhadap stressor


Kogniti afektif fisiologis respon sosial

Sumber Koping
Personal Ability sosial support material asset positive belief

Mekanisme koping
respon adaptif maladaptif

konstruktif destruktif

III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

A. Data yang harus dikaji


1) Factor Predisposisi
a. Biologis:
 Status Nutrisi : Anoreksia, tidak ada perbaikan nutrisi, BB kurang
(kurus/terlalu kurus), BB lebih (gemuk/terlalu gemuk) atau BB tidak
ideal.
 Status Kesehatan secara umum: Riwayat penyakit kanker, riwayat
penyakit neurologis (epilepsi, trauma kepala), riwayat gangguan
pada jantung, (PJB, PJK, Hipertensi, aterosklerosis), riwayat
gangguan paru-paru (TBC, PPOM, udem paru, asma, embolisme
paru, dll), riwayat penyakit endokrin, riwayat penggunaan zat.
b. Psikologis
 Intelegensi : RM ringan – RM sedang : IQ
 Kemampuan verbal : gagap, tidak mampu mengungkapkan apa yang
dipikirkannya.
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : perpisahan
traumatik dengan orang yang berarti, penolakan dari keluarga,
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, diturunkan dari
jabatannya, konflik dengan rekan kerja, penganiayaan seksual,
seringkali mengalami kegagalan.
 Konsep diri : konsep diri negative, kurang penghargaan
 Motivasi : kurang dukungan social, kurang dukungan dari diri
sendiri Pertahanan psikologis : Self control yang kurang
c. Social cultural
 Usia : < 40 tahun
 Gender : wanita > laki-laki
 Pendidikan : tidak sekolah, pendidikan rendah (hanya tamat SD,
SMP), putus sekolah, tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas,
tinggal kelas
 Pendapatan : kurang/rendah : dibawah UMR, tidak mandiri dalam
ekonomi.
 Pekerjaan : pengangguran, PHK, pekerjaan tidak tetap
 Status dan peran social : kegagalan berperan sosial.
 Latar belakang agama dan keyakinan : kurang /tidak menjalankan
ajaran agama dan keyakinan, kehilangan rutinitas ibadah.
 Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power
syndrom.
 Pengalaman social : sering mengalami penolakan kelompok sebaya.

2) Factor presipitasi
a. Nature
1. Faktor – faktor biologis :
 Status nutrisi : BB tidak ideal (kurus, sangat kurus, gemuk,
sangat gemuk)
 Status Kesehatan secara umum: Menderita penyakit kronik
atau terminal, kehilangan salah satu anggota badan, kehilangan
fungsi tubuh.
 Sensitifitas biologi : ketidakseiibungan elektrolit, gangguan pada
sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norepinefrin,
serotonin.
2. Faktor – faktor psikologis
 Intelegensi : RM ringan (IQ 50 – 70), RM sedang (IQ 35 – 50).
 Kemampuan verbal : buta, tuli, gagap, pelo, adanya peibutasan
kontak sosial, lokasi tempat tinggal yang terisolasi.
 Moral : melanggar norma dan nilai di masyarakat
 Kepribadian : menghindar, aibung.
 Pengalaman yang tidak menyenangkan : korban perkosaan,
perceraian, perpisahan dengan orang yang berarti, KDRT,
diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja.
3. Faktor – faktor social budaya (Putus sekolah, PHK, turun jabatan,
penolakan dari orang yang berarti, pendapatan yang rendah).

b. Origin
1. Internal:
Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
2. Eksternal:
 Kurangnya dukungan keluarga
 Kurang dukungan masyarakat
 Kurang dukungan kelompok/teman sebaya
3. Timing
 Stres terjadi dalam waktu dekat
 Stress terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus
4. Number
 Sumber stres lebih dari satu
 Stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat
3) Penilaian terhadap Stressor
 Kognitif
Kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, fokus
menyempit/preokupasi, misinterpretasi, bloking, berkurangnya
kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan,
mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.
 Afektif
Sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
 Fisiologis
Kelemahan, pusing, kelelahan, keletihan, sakit kepala, impotensi,
lemas, lesu, pergerakan laibut, anoreksia, penurunan berat badan,
konstipasi/diare, retensi urin mungkin terjadi, insomnia/hipersomnia,
mual, muntah, perubahan siklus haid.

 Perilaku
Agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, mudah
menangis.
 Respon social
Kecenderungan untuk isolasi, patisipasi sosial berkurang

B. Sumber Koping
1. Personal Ability
Kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik, kurang
memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif.
2. Social support
Hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, kurang terkibat dalam organisasi sosial/kelompok sebaya, ada
konflik nilai budaya.
3. Material asset
Penghasilan kurang, sulit memperoleh layanan kesehatan, tidak memiliki
pekerjaan/posisi.
4. Positive belief
Tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki motivasi,
kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan
pengobatan)
C. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1. Menilai pencapaian hidup.
2. Menilai nyaman dengan pasangan hidup
3. Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
4. Membimbing dan menyiapkan generasi dibawah usianya secara arif dan
bijaksana.
5. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah lansia.
6. Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatus yang
bermanfaat.
7. Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan
orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan
bermanfaat.
8. Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan
orang lain.
9. Mengembangkan minat dan hobi.
b. Destruktif
1. Tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat.
2. Tidak mempunyai shubungan akrabs, kurang berminat bekerja
dan berkeluarga.
3. Tidak memiliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak dapat
mandiri secara finansial dan sosial.
4. Tidak bertanggungjawab terhadap keluarga.
5. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatans.
6. Tidak berpartisipasi dalam pemngambilan keputusans saat diberikan
kesempatan.
7. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
8. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
9. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain
ketika mendapat perlawanan.
IV. ANALISA DATA

Diagnosa Data mayor Data minor


Ketidakberdayaan Subjektif: Subjektif
 Menyatakan  Merasa diasingkan
frustasi atau tidak  Menyatakan
mampu keraguan tentang
melaksanakan kinerja peran
aktivitas  Menyatakan kurang
sebelumnya adanya kontrol
 Menyatakan rasa
Objektif malu
 Bergantung pada  Merasa Tertekan
orang lain
Objektif
 Tidak
berpartisipasi
dalam perawatan.
 Pengasingan

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakberdayaan

VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Ketidakberdayaan Klien mampu Sp1 pasien
mengontrol 1. Kaji ketidakberdayaan
ketidakmampuannya klien
dengan kriteria hasil : 2. Bantu klien
 Klien mampu menguraikan
berpartisipasi dalam perasaannya
pengambilan yang negative
keputusan 3. Latih klien untuk
 Klien mampu berpikir positif
termotivasi untuk 4. Latih klien untuk
aktif mencapai tujuan mengembangkan
yang realistis harapan positif
(afirmasi positif)
Sp 2 pasien
1. Evaluasi kondisi
ketidakberdayaan
2. Latih klien untuk
mengontrol
ketidakberdayaan

Sp 1 keluarga
1. Jelaskan kondisi klien
dan cara merawat
Sp 2 keluarga
1. Evaluasi Peran
Keluarga merawat
klien
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek

Klinik (Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.

NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions &

Classification 2015-2017. Philadhelpia.

Pardede, J. A., Ariyo, A., & Purba, J. M. (2020). Self Efficacy Related to

Family Stress in Schizophrenia Patients. Jurnal Keperawatan, 12(4), 831-

838.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):

Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP

PPNI.

William & Wilkinson. (2012). Nursing: Memahami Berbagai Macam

Penyakit. Jakarta: Permata puri media.

Anda mungkin juga menyukai