Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA (PPKJ)


RSJ SAMBANG LIHUM

Disusun oleh :

Nama : Wan Azlina Noor Ravija Oe’un


NPM : 2214901110088
Kelompok : 1C / Rg. Transit Wanita

Preseptor Akademik : Ica Lisnawati,Ns., M.Kep

Preseptor Klinik : Nellyanti, S.Kep.,Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. DEFINISI
Koping individu tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu mempunyai
pengalaman atau mengalami keadaan yang berisiko tinggi, suatu ketidakmampuan
untuk mengatasi stressor internal dan ekternal secara adekuat yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku dan kognitif.
Sedangkan koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk
membentuk penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons
yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia (NANDA, 2015). Menurut Kim (2006) koping individu tidak efektif
merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan adaptif seporang individu dalam
memenuhi tuntutan dan peran hidupnya. Koping individu tidak efektif merupakan
keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat
karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku dan kognitif).

B. PENYEBAB
Menurut NANDA (2015) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena
adanya:
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat
9. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik
hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu/tidak percaya

C. PROSES TERJADINYA
1. Faktor Predisposisi
1) Biologis
1) Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang
sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia
dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam
kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis
yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
5) Ada riwayat sering menderita sakit
6) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
7) Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin,
kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik dan sedatif-
hipnotik)
8) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor
(otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
a) Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks
frontal
b) Sistem neurokimia: GABA mengalami defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan. Norephinefrin terlalu aktif atau kurang aktif di
bagian otak yang berkaitan dengan ansietas. Serotonin kekurangan
ayau ketidakseimbangan
2) Psikologis
1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
3) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap
stressor
4) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
5) Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang menyulitkan
untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain atau
membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan melakukan komunikasi
verbal akibat pemasangan NGT, ETT, trakeostomi dalam jangka panjang
6) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat penggunaan zat,
retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau
mood
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian
atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah,
kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa ,
kehilangan orang yang dicintai, penculikan, perampokan, kehamilan di
luar nikah, perselingkuhan.
8) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan
kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan
perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra
tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan
identitas
9) Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep diri :
tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang
diri yang berlebihan, model peran yang negatif
10) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase
perkembangan awal, misalnya:
a) Metode disiplin yang tidak konsisten
b) Takut kegagalan
c) Trauma masa kanak-kanak
d) Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang
e) Penolakan orang tua
f) Keterampilan sosial yang buruk
g) Penolakan sebaya
11) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya
lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara,
aktivitas yang berlebihan)
12) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial
dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi dalam menerima respons dari luar .
13) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan
dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga
sehingga memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak
adaptif, individu mempunyai kerentanan yang tinggi, kepribadian
narsistik, menghindar, obsesif kompulsif, dependen
14) Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen kepribadian, id
dan superego
3) Sosial budaya
1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal.
2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping (wanita
lebih banyak daripada pria (2:1)
3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak mandiri
dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari- hari
(sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan
keuangan
5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat karena
kematian
6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik
hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua angkat, relokasi.
Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional, penjara.
Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
8) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
9) Agama dan keyakinan: kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
10) Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power sindrome
11) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan
interpersonal dengan orang lain:
2. Faktor Presipitasi
1) Biologis
a) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga
mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab
peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya
b) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita penyakit
kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks, tindakan
operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
d) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai akibat
dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari stress
e) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
f) Adanya perubahan fisik akibat penuaan
g) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor
(otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
b. Psikologis
a) Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman yang
terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan memahami
(intelegensi yang rendah)
b) Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga tidak
mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat
stressor yang datang
c) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat, retardasi
mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood
d) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
e) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam konsep
diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan
mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan
negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif
f) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan
kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan
perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra
tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan
identitas
g) Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh yang
berdampak pada perubahan citra tubuh
h) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan gangguan citra
tubuh karena terjadi perubahan penampilan
i) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian
atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah,
kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus asa
j) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya
lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara,
aktivitas yang berlebihan)
k) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan
dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan sehingga
keluarga melakukan penolakan pada klien dan terhadap pengobatan
l) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial
dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi dalam menerima respons dari luar .
m) Self kontrol:
1. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
2. Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang
rendah
a) Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap
stressor Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam
konsep diri
(1) Masa remaja
 Perubahan fisik dan emosional
 Kemandirian dari keluarga
 Hubungan persahabatan
 Kesadaran seksual
 Kebutuhan pendidikan
 Pilihan karier
(2) Dewasa muda
 Pilihan karier
 Kebutuhan pendidikan
 Menjadi orang tua
 Meninggalkan rumah
 Menikah
(3) Usia paruh baya
 Tanda-tanda fisik penuaan
 Tekanan karier
 Masalah membesarkan anak
 Masalah dengan kerabat
 Kebutuhan status sosial
 Orang tua yang menjadi lansia
(4) Lansia
 Perubahan fisik
 Perubahan status finansial
 Perubahan tempat tinggal
 Pensiun
 Respons orang lain terhadap individu lansia
b) Sosial budaya
a) Usia: Krisis maturasional
b) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
c) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
d) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-
hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status finansial
e) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru
terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
f) Status sosial :
1) Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber
pendukung yang tersedia tidak adekuat
2) Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di rumah
sakit atau perawatan di panti
3) Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan,
institusional, penjara
4) Adanya perubahan tempat tinggal
5) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
6) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti kegiatan
politik dan organisasi atau post power sindrom
7) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat
karena kematian
8) Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di
masyarakat yang kurang.
2) Origin
a) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
b) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang
sekitar/masyarakat serta peer group

3) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau
terus menerus
4) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai
masalah yang sangat berat

D. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR


1. Kognitif
a. Kesulitan mengorganisasi informasi
b. Ketidakmampuan memperhatikan informasi
c. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
d. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
e. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
f. Mengungkapkan sering menderita sakit
g. Mengungkapkan sering mengalami kecelakaan
h. Mengungkapkan tidak bisa memenuhi peran yang diharapkan
i. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
j. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk memecah masalah
k. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
2. Afektif
a. Merasa depresi
b. Merasa takut
c. Merasa mudah marah
d. Merasa frustasi
e. Merasa cemas yang berlebihan
f. Merasa tidak sabar
g. Merasa tidak bersemangat
3. Fisiologis
a. Perasaan letih
b. Gangguan tidur
c. Bukti adanya kekerasan fisik/psikologis
d. Peningkatan tekanan darah, pusing
e. Sakit kepala
f. Kurang napsu makan
g. Penurunan berat badan
h. Konstipasi/diare
i. Mual/muntah
4. Perilaku
a. Penyalahgunaan agens kimia / obat-obat terlarang
b. Perilaku destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri
c. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
d. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
e. Tidak dapat melakukan pemecahan masalah secara adekuat
f. Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan, penyelesaian
masalah, termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti dan mengalami
kesulitan dalam mengorganisasikan informasi
g. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
h. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
i. Ekspresi wajah tentang harapan yang tidak realistis
j. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
k. Pengambilan keputusan /tindakan yang merusak keharmonisan keluarga
l. Penyalahgunaan obat, alkhohol, rokok, menyalahkan diri sendiri
5. Sosial
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Manipulasi verbal
d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan
kepada orang lain
f. Anggota keluarga berpisah atau membentuk koalisi yang tidak
mendukung
g. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau menurun
h. Orang yang berarti menarik diri atau memasuki komunikasi personal
dengan klien secara temporer atau terbatas pada saat dibutuhkan
i. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain

E. SUMBER KOPING
1. Personal ability
a. Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
b. Kemampuan dalam memecahkan masalah: mengidentifikasi masalah yang
dihadapi, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, menguraikan
alternatif pemecahan yang dapat digunakan dan kemampuan mencari
sumber pendukung yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya
c. Hubungan interpersonal dengan orang lain di sekitarnya
d. Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan untuk
menghadapi stressor
e. Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya
membantu anggota keluarganya yang sakit.
2. Social support
a. Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok
dan masyarakat.
b. keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya atau adanya
komitmen organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya
c. Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau
membantu masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya
d. Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal
3. Material asset
a. Penghasilan secara individu : cukup atau tidak
b. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) untuk melakukan perawatan anggota keluarganya yang
sakit
c. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat digunakan
untuk mendukung pengobatan anggota keluarganya.
d. Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
e. Akses pelayanan kesehatan terdekat yang dapat didatangi oleh anggota
keluarganya
4. Positive belief
a. Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu
menghadapi stressor dengan cara yang lebih baik
b. Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor menggunakan cara
yang telah dimiliki
c. Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
penyakit yang lebih parah pada keluarganya dari pada mengobati

F. MEKANISME KOPING
1. Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu
menerimanya sebagai suatu pilihan untuk memecahkan masalah seperti dengan
cara
a. Negosiasi/kompromi
b. Meminta saran
c. Perbandingan positif, penggantian rewards
2. Destruktif
Menghindari kecemasan dengan cara tanpa menyelesaikan masalah atau
konflik tersebut tetapi dengan cara :
a. Denial
b. Supresi
c. Proyeksi
d. Menyerang
e. Menarik diri

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping Individu Tidak Efektif

H. TINDAKAN KEPERAWATAN
Ditujukan pada individu:
1. Tujuan:
a. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator:
1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
2) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
4) Mengindentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
5) Melaporkan penurunan perasaan negatif
b. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten
c. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan
menunjukkan proses berpikir logis secara konsisten
2. Tindakan keperawatan:
a. Pantau prilaku agresif
b. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya
dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan
c. Peningkatan koping:
1) Nilai kesesuaian klien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai
dengan indikasi
2) Nilai dampak dari situasi kehidupan klien terhadap peran dan
hubungannya dengan orang lain
3) Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan
4) Eksplorasi metode yang digunakan klien oada masa sebelumnya
dalam mengatasi masalah kehidupannya
5) Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri
d. Berikan pendidikan kesehatan pada individu untuk meningkatkan koping
1) Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis, pengobatan
dan prognosis
2) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan
3) Berikan latihan keterampilan sosial yang sesuai.
e. Berikan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan koping
individu dalam menghadapi stressor
1) Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau
mengubah situasi.
2) Bantu klien dalam ,mengidentifikasi kekuatan personal
3) Dukungan klien untuk terlibat dalam perencanaan aktivitas
perawatan, mengawali percakapan dengan orang lain dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
4) Minta keluarga untuk mengunjungi bila memungkinkan.
5) Bantu klien meningkatkan kemampuan koping dengan cara
a) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan
peran yang realistis

f. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan


a) Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalahartikan
sebagai suatu ancaman
b) Ciptakan suasana penerimaan
c) Hindari pembuatan keputusan pada saat klien berada dalam stres
berat
d) Bantu penyaluran kemarahan dan rasa bermusuhan secara
konstruktif
e) Eksplorasi alasan klien terhadap kritik diri
f) Atur situasi yang mendukung autonomi klien
g) Bantu klien dalamm mengidentifikadsi respons positif dari orang
lain
h) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
i) Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi
dan ketakutan
j) Bantu klien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
k) Bantu klien untuk mengidentifikasi sistem pendukung yang
tersedia
l) Nilai dan didiskusikan respons alternatif terhadap situasi
g. Lakukan aktivitas kolaburatif melalui:
1) Awali diskusi tentang perawatan pasien untuk melihat kembali
mekanisme koping yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan
2) Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk klien dan keluarga
h. Fasilitasi klien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya, pemberi
pelayanan kesehatan lainnya, dan sumber-sumber di komunitas (misalnya:
kelompok pendukung)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2015. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis
Company: Philadelphia.
Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8.
Philadelphia: Elsevier Mosby
Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F.
A. Davis Company: Philadelphia
Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of
psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders
Banjarmasin, 6 Januari 2023

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Ica Lisnawati,Ns., M.Kep) (Nellyanti, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai