Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI :HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA):


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana
dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat,
2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah.Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat,
2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan.
Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan
konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-
istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,
kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan, hubungan antara
manusia.

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


B. Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri,

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang
hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika
wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik
diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah
ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor
lainyang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan
diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak,
contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami
depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak berdaya.

D. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen.Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan
eksternal:

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.

E. Rentang Respon

Keterangan:

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
F. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Risiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan; menarik diri

Harga diri rendah

Marah pada diri sendiri, berpikiran negatif pada diri sendiri

Ketegangan peran
Trauma
Penolakan orang tua, harapan orang tua yg tdk
realistis, kegagalan berulang, kurangnya tg jwb
diri, tgt pada org lain, ideal diri tdk realistis,
stereotipe sex, keb. peran kerja, harapan peran
dlm budaya, ketidak percayaan org tua, tekanan
teman sebaya, perubahan struktur sosial.

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadi

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


STRATEGI PELAKSANAAN
Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk
Pasien keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan 1. Menjelaskan masalah yang
dan aspek positif yang dirasakan keluarga dalam
dimiliki pasien merawat pasien
2. Membantu pasien menilai 2. Menjelaskan pengertian, tanda
kemampuan pasien yang dan gejala harga diri rendah,
dapat digunakan serta proses terjadinya
3. Membantu pasien memilih 3. Menjelaskan cara merawat
kegiatan yang akan dilatih pasien dengan harga diri rendah
sesuai dengan kemampuan
pasien
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan
pasien
6. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan

SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara merawat
2. Melatih kemampuan kedua pasien dengan harga diri rendah
3. Menganjurkan pasien 2. Melatih keluarga melakukan
memasukkan dalam jadwal cara merawat langsung pasien
kegiatan harian harga diri rendah
SP 3
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
(dischange planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari


orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,


isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain

III. STRATEGI PELAKSANAAN


1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikankemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian
A. Orientasi

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Alfin. Saya Mahasiswa
Keperawatan UMM. Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai
jam 3 sore nanti ya ibu/bapak”

“Bagaimana keadaan  ibu/bapakhari ini?  ibu/bapakterlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan


yang pernah   ibu/bapaklakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana
yang masih dapat   ibu/bapakdilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita
akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut ibu/bapak?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja


bu?Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke
cukup ya bu 20 menit”

B. Kerja

“ibu/bapak, apa saja kemampuan ibu/bapakdimiliki? Bagus, apa lagi? Saya


buat daftarnya ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang
ibu/bapaklakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?Menyapu ?
Mencuci piring?Wah, bagus sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan
yang  ibu/bapakmiliki “.

”   ibu/bapak, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah?yang kedua?
sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”

”Sekarang, coba ibu/bapakpilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di


rumah sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana


kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur ibu/bapak?Mari kita lihat
tempat tidur ibu/bapak.Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya.Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari
arah atas, ya bagus ibu/bapak.Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan.Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di
sebelah atas/kepala.Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus, ibu bisa melakukannya”

” ibu/bapaksudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.Coba


perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan?Bagus ”

“ Cobaibu/bapaklakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau


ibu/bapaklakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan  ibu/bapaksetelah berbincang-bincang dan latihan


merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. ibu/bapakternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.Salah satunya,
merapihkan tempat tidur yang sudah ibu/bapakpraktekkan dengan baik
sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya
bu.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. ibu/bapakmau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat jam berapa?”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. ibu/bapakmasih ingat


kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20
menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, ibu/bapakmasih ingat dengan saya?Iya benar sekali bu, saya
perawat Anisa yang akan merawat Ibu.”

“Bagaimana perasaan ibu/bapakpagi ini? Wah, tampak cerah”

 ”Bagaimana ibu/bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/


Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang
kita akan latihan kemampuan kedua ya bu?.Masih ingat apa kegiatan itu
ibu/bapak?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya
sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu/bapak?”

B. Kerja:

“ibu/bapak, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu


perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus
untuk mencuci piring dan air untuk membilas. ibu/bapak bisa menggunakan
air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah
untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, ibu/bapak ambil satu piring kotor lalu


buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah.Kemudianibu/bapakbersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu  ibu/bapak bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


“Sekarang coba ibu/bapak praktekkan kembali seperti yang saya contohkan
tadi bu”

“Bagus sekali, ibu/bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.


Sekarang dilap tangannya bu”

C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah latihan cuci piring?”

 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hariibu/bapak?Mau berapa kali ibu/bapak mencuci piring? Bagus
sekali ibu/bapak mencuci piring tiga kali setelah makan.“ Cobaibu/bapak
lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau ibu/bapak lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak)
tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan


tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita
akan latihan mengepel. Mau jam berapa ibu/bapak kita melakukan latihan
mengepel nya?Oke baik besok jam 9 pagi ya ibu/bapak setelah ibu selesai
merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan
latihannya bu?Oke baik ibu/bapak, kita muali dari ruangan ini saja ya
ibu/bapak. Kalau begitu saya permisi dulu ya ibu/bapak, Sampai jumpa”

3. SP-3Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan masalah


yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang
pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.

A. Orientasi

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang merawat
ibu/bapak.”

“Bagaimana keadaan  ibu/bapakpagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat


ibu/bapak? Berapa lama waktu ibu/bapakbutuhkan?30 menit saja?Baik
pak/bu. Kita berbincang-bincangnya diruang wawancara saja bagaimana
pak/bu? Oke, mari kita keruangan wawancara”

B. Kerja

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah klien”

“Ya memang benar sekali pak/bu, klien itu memang  terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada ibu/bapak, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, ibu/bapakmemiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan ibu/bapak ini terus-menerus seperti itu, ibu/bapakbisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya ibu/bapak jadi malu
bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah klien dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untukklien”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki klien? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
klien)”

” Klien itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring.Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.Untuk itu, bapak/ibu

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


dapat mengingatkan klien untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal.
Tolongbantu menyiapkan alat-alatnya ya pak/bu dan jangan lupa memberikan
pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada
jadwal kegiatannya”.

”Selain itu, bilaklien sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap  perlu memantau perkembangan klien. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa klien ke
puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian


kepada klien”

”Temui klien dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekaliibu/bapak, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring”

”Coba bapak/ibu praktekkan sekarang. Bagus”

C. Terminasi:

”Bagaimana perasaan bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah bapak/ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi klien dan


bagaimana cara merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik.Nah setiap kali


Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak/bu.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada klien. Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik
saya tunggu ya. Sampai jumpa”

4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga


mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung
kepada pasien

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu  seperti yang kita


pelajari  dua  hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada klien,


Waktunya 20 menit.Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu,
sekarang mari kita temui klien” 

B. Kerja:

”Selamat pagi ibu/bapak.Bagaimana perasaan ibu/bapakhari ini?”

”Hari ini saya datang bersama anak ibu/bapak.Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, anak ibu/bapakjuga ingin merawat Ibu T agar cepat
pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
orang tua Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”

”Bagaimana  perasaanibu/bapaksetelah berbincang-bincang dengan anak


ibu/bapak?”

”Baiklah,  sekarang saya dan anak ibu/bapakke ruang perawat dulu  (Perawat


dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)”

C. Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

ALFIN NUGROHO | 201820461011125


“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang
tadi kepada klien ya”.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

ALFIN NUGROHO | 201820461011125

Anda mungkin juga menyukai