Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

DI SUSUN OLEH:

Nama : Handayani

Nim : (19.017)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

KABUPATEN TANGERANG

2021/2022

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA):


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif
maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial
seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar
terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain
yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

B. Tanda dan Gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.
Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang
obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang
hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut,
jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang
berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua.
Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

D. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi
tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang
tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan
eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.

E. Rentang Respon

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadi

G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari


orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:


Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

Asuhan Keperawatan Jiwa HDR (Harga Diri Rendah)

2.1  Harga Diri Rendah (HDR)


a.       Definisi
Keperawatan adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem
klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American
Nurses Association) mendefinisikan keperawatan mental dan psikiatrik sebagai : “Suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya”.
Gangguan harga diri sendiri sebagi evaluasi diri dan perasaan-prasaan tentang diri atau
kemampuan diri negatif, yang dapat di eksperikan secara langsung maupun tidak langsung.
Klien gangguan jiwa kronis mempunyai harga diri yang rendah khususnya dalam hal
identitas dan prilaku. Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangnnya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani
mencapai sukses.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung
menghasilkan perasaan berharga. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri, hilang kepercayaan diri, merasa gagl mencapai keinginan.

b.      Gangguan Harga Diri Rendah


Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah dapat terjadi secara :
1)      Situasional, yaitu terjadinya trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi(korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara dan lain-lain).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
o   Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
o   Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
o   Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya : berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2)      Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit daan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

c.       Karakteristik Prilaku


1.      Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2.      Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu
3.      Mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan
4.      Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya
5.      Menarik diri dari kehidupan sosial
6.      Kritik terhadap diri sendiri dan/atau orang lain
7.      Pembicaraan kacau
8.      Mempersepsikan adanya ketegangan peran
9.      Mudah tersinggung/mudah marah
10.  Produktifitas menurun
11.  Pandangan hidup yang ekstrim
12.  Penolakan terhadap diri sendiri
13.  Menarik diri dari relitas
14.  Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan
15.  Merasa diri tidak adekuat
16.  Keluhan fisik
17.  Penyalahgunaan zat

d.      Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul


1.      Isolasi sosial
2.      Distress spiritual
3.      Perubahan proses berfikir ; curiga
4.      Perubahan interaksi sosial : menarik diri
5.      Potensial amuk
6.      Perubahan pola seksualitas ; menurunnya gairah seksual
7.      Gangguan harga diri ; harga diri rendah situasional/atau kronik
8.      Keputusaan
9.      Isolasi sosial ; menarik diri
10.  Risiko prilaku kekerasan

e.       Tujuan Keperawatan


1.      Pasien mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya
2.      Pasien tidak mengalami ditress
3.      Pasien tidak memperlihatkan perasaan curiga terhadap lingkungannya
4.      Pasien mampu melakukan hubungan interpersonal yang baik
5.      Pasien mampu mengontrol prilaku marah
6.      Pasien mampu mengembalikan gairah seksualnya
7.      Pasien tidak lagi putus ada
8.      Pasien tidak melakukan prilakukekrasan

2.2  Sebab-Sebab Gangguan Jiwa


Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah komplek. Pada
seseorang dapat terjadi penyebab satu atau bebrapa faktor dan bisanya berdiri sendiri.
Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya,
umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
1.      Sebab-sebab jasmaniah (Biologis)
a.       Keturunan
b.      Konstitusi
-          Jasmaniah
-          Temperamen
-          Penyakit dan cedera tubuh
2.      Sebab-sebab kejiwaan/psikologis
Bermacam pengalaman, frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifat-sifatnya di kemudian hari.

3.      Sebab-sebab budaya/kultural


Kebudayaan secara tehnis adalah ide atau tingkah laku yang dapat di lihat maupun tidak
dapat terlihat. Faktor budaya menentukan “warna” gejala-gejala, disamping mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan,
kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan itu.
Bebrapa faktor-faktor lebudayaan tersebut :
a.       Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, hubungan orang tuaanak menjadi
kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam
dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
b.      Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan satu dengan yang lain : antara
masa lalu dengan sekarang sering menimbuklan masalah-masalah kejiwaan.
c.       Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan di radio, televisi, surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan nayangan-
bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup
sehari-hari.
d.      Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat
dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi.
e.       Perpindahan-perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak-anak yang sedang berkembang, kepribadiannya,perubahan-perubahan
lingkungan, (kebudayaan dan pergaulan), hal ini cukup mengganggu.
f.       Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan
rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan
tindakan-tindakan yang akan merugikan orang banyak.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A


DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH

I.       Pengkajian
A.    Identitas Klien
Nama                           : Tn. A
Jenis Kelamin              : Laki-lakii
Umur                           : 17 tahun
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMU
Pekerjaan                     : Pelajar
Status                          : Belum nikah
Alamat                                    : Desa Rancabango blok D.13
Tanggal Masuk            : 05 Mei 2009
Tanggal Pengkajian     : 10 Juni 2009
No.RM                        : 010203
Diagnosa Medis          : Skizoid

B.     Identitas Penggung Jawab


Nama                           : Tn. B
Umur                           : 52 tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                                    : Desa Rancabango blok D.13
Hubungan dgn klien   : Ayah kandung
II.    Alasan Masuk
Menurut penuturan klien. Klien mengatakan bahwa klien dibawa ke RSJ Cimahi ±
3minggu yang lalu oleh keluarganya dengan keluhan klien suka berdiam diri, sering melamun
dan klien suka berbicara sendiri. Setelah dibawa ke RSJ oleh dokter klien dinyatakan harus
dirawat. Pada saat 19 April 2005 klien tampak suka menyediri dari orang lain. Klien tampak
kurang bergairah dan tidak terlihat ekspresi, marah atau bahagia. Kontak mata kurang, klien
tampak mempertahankan jarak.
Masalah keperawatan : Skizoid.

III. Faktor Prediposisi


Sebelumnya klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

Menurut penuturan klien sejak usia 7 tahun klien sering mengalami penganiayaan fisik
dan psikologis dari orang tuanya. Persitiwa tersebut terjadi sejak klien mulai masuk SD kelas 3.
Prestasi klien di sekolah yang selalu menurun dan sering dimarahi oleh gurunya karena
nakal,hingga klien harus tinggal kelas
Masalah keperawatan : Penganiayaan fisik dan Psikologis.

IV. Pemeriksaan Fisik


Tekanan Darah            : 120/80 MmHg
Respirasi                      : 20 x/menit
Nadi                            : 90 x/menit
Suhu                            : 36c

ki.
3.      Peran.
      Klien mengatakan bahwa dirinya berperan sebagai anak dari ke-2 orang tuanya dan adik
sekaligus kakak dari saudara kandungnya.
4.      Ideal diri
Pada saat dikaji klien mengatakan sudah sembuh dan ingin pulang di jemput orang tuanya dan
keluarganya yang lain
5.      Harga diri
Pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada yang salah pada dirinya.
Masalah keperawatan : Gangguan Kepribadian Skizoid.

c.       Hubungan sosial


Pada saat dikaji klien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-teman sekamarnya karena
klien merasa tidak nyaman.Klien lebih senabg menyendiri.
Masalah keperawatan : Gangguan Kepribadian Skizoid

d.      Spiritual
1.      Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam klien mengatakan percaya adanya Allah SWT
2.      Kegiatan ibadah
Klien tahu shalat dalam sehari itu ada berapa kali dan berapa rakaat dan klien suka
melakukannya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

VI.       Status Mental

a.       Penampilan
Pada saat dikaji klien terlihat rapih, dapat menggunakan pakaian dengan baik tanpa bantuan
orang lain

b.      Pembicaraan
Dalam pembicaraan klien terputus-putus dan tampak ketakutan
Masalah  keperawatan : Gangguan komunikai verbal

c.       Akhuitas motorik


Pada saat dikaji klien kelihatan lemas, duduk diam di tempat tidur dan tampak kurang bergairah
Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas motorik

d.      Alam perasaan


Pada saat dikaji ekspresi wajah Tidak tampak sedih, padahal klien mengatakan ingin segera
pulang dan berkumpul dengan kedua orang tuanya dan kakak serta adiknya
Masalah keperawatan : Gangguan kepribadian Skizoid.

e.       Apek
Klien memiliki apek yang datar ketika ada stimulus yang menyenangkan ataupun menyedihkan.
Masalah keperawatan : Gangguan kepribadian Skizoid

f.       Interaksi selama wawancara


Pada saat dikaji, kontak mata kurang
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal

g.      Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara dan bayangan-bayangan yang tak
berwujud
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

h.      Proses fikir


Klien mengalami gangguan proses pikir Sirkumstansial, terbukti dari pembicaraan klien yang
berbelit-belit sampai pada tujuan/sasaran
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir Sirkumstansial

i.        Isi pikir


Pada saat melakukan pertemuan dengan klien ditemukan bahwa klien malu apabila ketemu
dengan orang lain

j.        Tingkat kesadaran


1.      Orientasi waktu
Klien bisa menyebutkan hari ini (Jum’at), besok dan kemarin
2.      Orientasi tempat
Klien bisa menyebutkan bahwa ia sedang berada di RSJ dan sedang dirawat
3.      Orientasi orang
Klien bisa menyebutkan nama anggota keluarganya seperti nama Ibu, kakak dan adiknya

k.      Memory
Pada saat dikaji klien bisa menceritakan kembali peristiwa yang menimpa pada dirinya, baik
yang telah terjadi 1 bulan, seminggu yang lalu, serta kejadian saat ini.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
l.        Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat dikaji klien dapat menjawab hitungan sederhana (Misalnya 4,6 dan lain-lain) dan
dapat menyebutkan kembali siapa saja yang berkenalan dengannya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
m.    Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemampuan klien baik,
terbukti klien dapat menilai dan membedakan warna baju antara klien dengan perawat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
n.      Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya berada di RSJ Cimahi dan klien mengaku dirinya sedang sakit dan
memerlukan perawatan “tapi dalam hubungan sosial klien merasa sudah sembu”
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

VII.    Kebutuhan Persiapan Pulang

a.       Nutrisi
1.      Makan
Frekuensi makan klien 3 x/hari, sebelum makan berdo’a dahulu, porsi makan habis, makan
memakai sendok dan tidak lupa cuci tangan dulu, lalu berdo’a sesudah makan
2.      Minum
Setelah makan klien mampu menyuapkan minum memakai gelas tanpa bantuan orang lain dan
dapat membersihkan alat makan yang sudah diapakai
b.      Eliminasi
BAK/BAB
Klien mampu BAK/BAB secara mandiri, di WC kemudian setelah selesai dibersihkan sendiri
dan klien mampu merapihkan pakaiannya kembali

c.       Personal hygiene


Klien dapat menjaga kebersihan dirinya seperti klien mandi 2 x/hari, memakai sabun, gosok
gigi memakai pasta gigi, klien mandi sendiri tanpa bantuan orang lain

d.      Berpakaian
Pakaian klien bersih dan rapih, klien dapat menggunakan pakaian tanpa bantuan dari orang
lain

e.       Istirahat dan tidur


Klien mengatakan tidak punya masalah dalam istirqahat tidur dan klien mengatakan tidurnya
nyenyak dan merasa segar bila bangun tidur, setelah bangun tidur bisa merapihkan tempat tidur
dan kemudian mandi

f.       Penggunaan obat


Klien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang hanya mampu minum obat sendiri
dari dokter.

g.      Pemeliharaan kesehatan


Klien mengatakan bahwa setelah pulang ia akan melakukan perawatan lanjutan. Kebagian
rawat jalan RSJ Cimahi

h.      Aktifitas didalam rumah


Klien mengatakan setelah klien pulang ke rumah klien akan melakukan kegiatan sehari-hari
dengan baik.
i.        Aktifitas diluar rumah
 Klien mengatakan akan melaksanakan apa yang di perintahkan orang tuanya dengan baik.

X. ANALISA DATA

No Data
1 DS : Gangguan konsep diri (HDR)
-      Klien mengatakan malu pada kakak,
adiknya teman-temannya karena ada di RSJ
ini
DO :
-      Klien tampak menghindar dari orang lain
-      Klien tampak kurang bergairah
-      Klien terlihat jarang berkomunikasi dengan
orang lain
2 DS : Gangguan Isolasi sosial (MD)
-       Klien menyatakan tidak mau bergaul
dengan teman-teman sekamarnya karena ia
merasa dirinya sudah sembuh
-
DO :
-      Klien tampak tampak lebih sering
menyendiri ditempat tidurnya
-      Klien lebih banyak tidur siang

3 DS : Gangguan alam perasaan sedih


-      Klien mengatakan ingin segera pulang dan
berkumpul dengan kedua orang tuanya,
kakak dan adiknya
DO :
-      Ekpresi wajah klien tampak sedih
-      Klien sering melamun

Rencana Tindakan Keperawatan

No DX Diagnosa Perencanaan
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Isolasi sosial : TUM : Setelah ... kali Beri salam atau
menarik diri
berhubungan Klien dapat pertemuan / lebih panggil nama
dengan (b.d)
harga diri rendah berhubungan hubungan saling sebutkan nama

dengan orang lain percaya dapat perawat sambil

secara optimal dibina : berjabat tangan

TUK 1 : a.       Ekspresi wajah


b.      Jelaskan maksud

Klien dapat yang bersahabat hubungan interaksi


membina hubungan
saling percaya b.      Hubungan
c.       Jelaskan kontrak

terapeutik dapat yang harus dibuat

terealisasi dengan
d.      Beri rasa aman dan

menunjukan rasa sikap empati

senang e.       Lakukan kontak

c.       Ada kontak mata singkat tapi sering

d.      klien mau berjabat

tangan

e.       Klien mau

menjawab salam

f.       Klien mau

mengungkapkan

perasaannya.

g.      Klien mau


bercerita mengenai
masalah yang
dihadapinya
TUK 2 : Setelah ... kali Diskusikan kemampuan
pertemuan, klien
Klien dapat dapat dan aspek positif
mengidentifikasi mengidentifikasika
kemampuan dan n aspek positif yang dimiliki klien
aspek positif yang klien, keluarga dan
dimiliki kemampuan yang b.      Hindari
dimiliki klien memberi penilaian
negatif, utamakan
memberi pujian
yang realistis
TUK 3 : Setelah ... kali Diskusikan dengan
pertemuan, klien
Klien dapat menilai menilai klien kemampuan
kemampuan yang kemampuan yang
digunakan digunakan minimal yang digunakan
3 kemampuan /
kegiatan. b.      Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan.

CATATAN:
Strategi pelaksanaan pada pasien selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang
dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KELUARGA
Masalah : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tidak PD sebagai seoarang Ibu karena tidak mampu menjalankan
peran sebagai Ibu rumah tangga.
b. Data Objektif
1) Klien tampak tenang dan kooperatif
2) Klien tampak kurang percaya diri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Tujuan :
a. Keluarga dapat mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Keluarga dapat menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
c. Keluarga dapat menjelaskan dan mempraktekkan cara-cara merawat pasien harga diri
rendah
d. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)

4. Tindakan Keperawatan
SP I K
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c. Jelaskan dan praktekkan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
d. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
e. Jelaskan follow up pasien sesudah pulang

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Mbak, perkenalkan nama saya Muna, saya mahasiswa dari
STIKES Muhammadiyah Kendal, saya yang akan merawat Ibu (pasien). Kalau boleh
tau nama Mbak siapa ya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan Ibu, Mbak? Apakah Ibu masih sering merasa rendah diri?”
c. Kontrak
1) Topik
“Tujuan saya kesini yaitu untuk berbincang-bincang dengan mbak mengenai
masalah yang dihadapi mbak dalam merawat Ibu. Apakah mbak bersedia?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang, Mbak? Kalau kita berbincang-bincang di
ruang perawat, bagaimana mbak?”

2. Kerja
“Apa yang Mbak ketahui tentang masalah Ibu?”
“Ya memang benar sekali Mbak, Ibu itu memang  terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibunya Mbak
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran
yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu ini terus menerus seperti
itu, Ibu bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Mbak mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Mbak sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Ibu”
”Mbak, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu)”
”Ibu itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dIbuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Mbak dapat mengingatkan Ibu untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya
Mbak , dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda centang pada jadwal yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Mbak tetap  perlu memantau
perkembangan Ibu. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
Mbak dapat membawa Ibu ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu?”
”Temui Ibu dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Ibu, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Mbak praktekkan sekarang. Bagus”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
Ibu?”
2) Evaluasi Obyektif
“Dapatkah Mbak jelaskan kembali masalah yang dihadapi dan bagaimana cara
merawatnya?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Nah setiap kali Mbak kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.
Setelah ini coba Mbak ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk Ibu ya Mbak”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Ibu?”
2) Waktu
“Jam berapa Mbak datang? Kita latihan selama berapa menit? Bagaimana kalau
15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan latihan? Bagaimana kalau di taman saja?”
“Baiklah, sampai bertemu dua hari lagi Mbak. Wassalamualaikum wr.wb.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KELUARGA
Masalah : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pertemuan ke II (dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Data Obyektif
Klien tampak tenang, sudah mau menghargai dirinya sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

3. Tujuan
a. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.
b. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien harga diri rendah

4. Tindakan Keperawatan
SP II K
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan harga diri rendah
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb. mbak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi
”Bagaimana perasaan Mbak hari ini?”
”Mbak masih ingat latihan merawat Ibu  seperti yang kita pelajari  dua  hari yang
lalu?”

c. Kontrak
1) Topik
“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan
memberikan pujian langsung kepada Ibu.”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan latihan, Mbak? Bagaimana kalau 15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan latihan? Bagaimana kalau di taman?”
“Baiklah sekarang kita temui Ibu.”

2. Kerja
”Selamat pagi Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Ibu, yaitu anak Ibu. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, keluarga Ibu juga ingin merawat Ibu agar Ibu cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Mbak, sekarang Mbak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan dua hari
lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan anak Ibu?”
”Baiklah, sekarang saya dan anak Ibu permisi dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Baiklah mbak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan mbak setelah
kita latihan memberikan pujian langsung kepada Ibu?”
2) Evaluasi Obyektif
“Coba mbak jelaskan cara memberi pujian langsung kepada Ibu!”

b. Rencana Tindak Lanjut


“Setelah ini Mbak dapat melakukan cara yang sudah kita latihan ini kepada Ibu, baik
disini maupun jika sudah di rumah ya, Mbak. Setelah ini coba Mbak ingatkan
jadwal yang telah dibuat untuk Ibu ya Mbak”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Karena Ibu sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu
bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Ibu selama di rumah nanti.”
2) Waktu
“Jam berapa Mbak datang? Berapa lama mbak ingin berbincang-bincang? Oh,
15 menit. Baiklah.”
3) Tempat
“Lalu dimana kita akan berbincang-bincang? Di ruang perawat? Baiklah,
Mbak.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KELUARGA


Masalah : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pertemuan ke III (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Data Obyektif
Klien tampak tenang, sudah mau menghargai dirinya sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

3. Tujuan
a. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat secara
mandiri.
b. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dIbuat untuk kesembuhan klien.
c. Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.

4. Tindakan Keperawatan
SP III K
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, Mbak. Masih ingatkah dengan saya kan, Mbak?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana mbak, selama mbak membesuk apakah sudah terus berlatih cara merawat
Ibu?”
c. Kontrak
1) Topik
“Karena besok Ibu sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu,
nah sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah?”
2) Waktu
“Berapa lama mbak mau kita berbicara? Bagaimana kalau 15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau birbincang-bincangnya
disini saja?”

2. Kerja
”Mbak ini jadwal kegiatan Ibu selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”
”Mbak, jadwal yang telah dIbuat selama Ibu dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan
dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Ibu selama di rumah. Misalnya kalau Ibu terus menerus menyalahkan diri sendiri
dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain, jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau
bawa Ibu langsung kerumah sakit”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana Mbak apakah sudah paham? Ada yang ingin ditanyakan?
2) Evaluasi Obyektif
“Coba Mbak sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan” (jadwal kegiatan, tanda
atau gejala, follow up ke rumah sakit).
b. Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa ya, Mbak materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik cara merawat
Ibu maupun mengatur jadwal Ibu dirumah nanti diterapkan, ya.”
“Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi ya, Mbak”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Karena Ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan mbak datang lagi untuk
memeriksakan atau mengontrolkan keadaan Ibu ya, Mbak. Bagaimana
perkembangan kondisi Ibu”
2) Waktu
“Satu bulan kemudian ya, Mbak.”
3) Tempat
“Tempatnya nanti silahkan datang ke rumah sakit lagi ya, Mbak.”

DAFTAR PUSTAKA

-          Keliat, Budi Ana. Skp. Msc. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta. EGC. 1992
-          Prof. Dr.dr. H. Hawari, Dadang, Psikiater. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta.
FKUI. 2001.
-          Townsend, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawaatn Psikitri Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta.EGC. 1998.
-          Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi Pertama. Rumah Sakit Jiwa Pusat.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai