Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan X

Disusun oleh :

RINI YULIANTARI

KHG D20046

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

A. Definisi

Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan


dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif
maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial
seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar
terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa (Keliat, 2011).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku
orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat
harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang
memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi


mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri
dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.

B. Tanda dan Gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
C. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,


kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi peran.


Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.

Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan


struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang
berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua.
Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,

d. Faktor biologis

Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon


secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.

e. Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor
dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak
tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan
dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung
jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.

f. Rentang Respon
Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

g. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
h. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh
i. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.

Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,


disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang
lain.

h. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
d) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
i) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial\
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
 Klien – Perawat
 Klien – Perawat – Perawat lain
 Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
 Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
2. Diagnosa II : harga diri rendah.
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


1) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
b) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

3. Diagnosa II: Gangguan Citra Tubuh.


Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:

1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
I. Strategi Pelaksanaan
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawtan


UPH. Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya
pak”

“Bagaimana keadaan  Ibu T hari ini?  Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan


yang pernah   Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat   Ibu T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut Ibu T?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu?
Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup
ya bu 20 menit”

B. Kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana
dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali.
Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang  Ibu T miliki “
”   Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua?
sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”

”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah


sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur
Ibu T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus
bu T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T
(tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi
“Bagaimana perasaan  Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan
merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu  T ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan dengan baik
sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya
bu.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat jam berapa?”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20
menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”
2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien
melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi
“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya
perawat Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya
bu”
“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”
 ”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya
sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”
B. Kerja:
“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring dan air untuk membilas. Ibu T bisa menggunakan air yang mengalir
dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil satu piring kotor lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Ibu T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut.
Setelah itu  Ibu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi
bu”
“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya bu”
C. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus sekali Ibu T
mencuci piring tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa
memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita
akan latihan mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel
nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat
tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke
baik bu, kita muali dari ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu
ya bu, Sampai jumpa”
3. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan
tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktekkan cara merawat.
A. Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang merawat ibu T
dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
“Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu T?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit saja? Baik pak/bu. Kita
berbincang-bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke,
mari kita keruangan wawancara”
B. Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu T itu memang  terlihat tidak percaya
diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu T, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, Ibu T memiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan Ibu T ini terus-menerus seperti itu, Ibu T bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya Ibu T jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu T dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu T? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
Ibu T)”
” Ibu T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu
dapat mengingatkan Ibu T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal.
Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap  perlu memantau perkembangan Ibu T. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu T ke
puskesmas”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian
kepada Ibu T”
”Temui Ibu T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu T, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
C. Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak/bu.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Ibu T. Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik
saya tunggu ya. Sampai jumpa”
4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien
A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu  seperti yang kita
pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu T,
Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu,
sekarang mari kita temui Ibu T” 
B. Kerja:
”Selamat pagi Ibu T. Bagaimana perasaan Ibu T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama anak Ibu T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Ibu T agar cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
orang tua Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Bagaimana  perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dengan anak Ibu T?”
”Baiklah,  sekarang saya dan anak Ibu T ke ruang perawat dulu  (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”
C. Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang
tadi kepada Ibu T ya”.

Anda mungkin juga menyukai