Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDYODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh:
INGGRIT WULANSARI
NIM 17.1.077

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS.dr. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA):


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif
maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan
psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan
jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain
yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi
mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri
dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
2. Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

3. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang
berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang
tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.

4. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur
tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga
diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua
dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-
cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus
dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.
5. Rentang Respon

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
6. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

7. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadi

8. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
penyalahgunaan obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari


orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,


isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

RM No. : …………………… Ruangan : …………………..

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM: Klien


konsep diri: memiliki konsep
harga diri diri yang positif
rendah.

TUK:

1. Klien dapat
membina 1. Setelah … kali interaksi, 1. Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling klien menunjukkan meng-gunakan prinsip komunikasi
percaya dengan eskpresi wajah terapeutik :
perawat. bersahabat, menun-
jukkan rasa senang, ada  Sapa klien dengan ramah baik
kontak mata, mau verbal maupun non verbal.
berjabat tangan, mau  Perkenalkan diri dengan sopan.
menyebutkan nama,  Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien.
mau menjawab salam,
 Jelaskan tujuan pertemuan.
klien mau duduk  Jujur dan menepati janji.
berdampingan dengan  Tunjukan sikap empati dan
perawat, mau menerima klien apa adanya.
mengutarakan masalah  Beri perhatian dan perhatikan
yang dihadapi. kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat 2. Setelah … kali interaksi 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifikas klien menyebutkan:
i aspek positif  Aspek positif yang dimiliki klien,
o Aspek positif dan keluarga, lingkungan.
dan kemampuan  Kemampuan yang dimiliki klien.
kemampuan yang
yang dimiliki.
dimiliki klien.
o Aspek positif
keluarga. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
o Aspek positif  Aspek positif klien, keluarga,
lingkungan.
lingkung-an klien.
 Kemampuan yang dimiliki klien.
2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.

3. Klien dapat me- 3. Setelah … kali interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan
nilai klien menyebutkan yang dapat dilaksanakan.
kemampuan kemampuan yang dapat 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat
yang dimiliki dilaksanakan. dilanjutkan pelaksanaannya.
un-tuk
dilaksanakan

4. Klien dapat 4. Setelah … kali interaksi 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas
merencanakan klien membuat rencana yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kegiatan sesuai kegiatan harian kemampuan klien:
dengan
kemampuan  kegiatan mandiri.
 kegiatan dengan bantuan.
yang dimiliki 4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi
klien.

4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan


yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat 5. Setelah … kali interaksi 5.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
melakukan klien melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
kegiatan sesuai kegiatan sesuai jadual 5.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
klien.
rencana yang yang dibuat.
5.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
dibuat. klien.
5.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah … kali interaksi 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan klien memanfaatkan keluarga tentang cara merawat klien
sistem pendu- sistem pendukung yang dengan harga diri rendah.
kung yang ada. ada di keluarga. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rawat.

6.3. Bantu keluarga menyiapkan


lingkungan di rumah.
III. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat inggrit. Saya Mahasiswa


Keperawtan Soepraoen. Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi
sampai jam 3 sore nanti ya pak”. “Bagaimana keadaan  Ibu T hari
ini?  Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan


kegiatan yang pernah   Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat   Ibu T dilakukan di rumah sakit.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Bagaimana menurut Ibu T?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu


saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20
menit? Oke cukup ya bu 20 menit”

B. Kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T
lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan
yang  Ibu T miliki “.
” Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih
dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah?
yang kedua? sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).
Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”

”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di


rumah sakit ini”. ” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?
Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat
tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu T. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya
dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita
mulai dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut,
nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan  Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan


merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu  T ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan dengan baik
sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang ya bu.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa
kali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa ? Lalu sehabis istirahat jam berapa?”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih


ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis
makan pagi  selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai
jumpa ya”

2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien


melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya
perawat inggrit yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore
nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”

”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/


Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi,
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa
kegiatan itu Ibu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini,
Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”
B. Kerja:
“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring dan air untuk membilas. Ibu T bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil satu piring kotor lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Ibu T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit
pun di piring tersebut. Setelah itu  Ibu T bisa mengeringkan piring yang
sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan
tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya bu”
C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?”

 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus
sekali Ibu T mencuci piring tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T
lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan


tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan
mengepel nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai
merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan
melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini saja
ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”

3. SP-3 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-3: Melatih pasien


melakukan kegiatan ketiganya sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya
perawat inggrit yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore
nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”

”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba mencuci piring sore kemarin/ Tadi


pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang
kita akan latihan kemampuan ketiga ya bu?. Masih ingat apa kegiatan
itu Ibu T?”

”Ya benar, kita akan latihan menyapu di ruangan ini, Waktunya sekitar
20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”

B. Kerja:
“Ibu T, sebelum kita menyapu kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sapu, cikrak, dan tempat sampah untuk membuang sampahnya”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil sapu lalu kita mulai
sapu mulai dari pinggir sampai ke tengah, kita bersihkan juga dibawah
tempat tidur, meja dan almari, setelah itu dikumpilkan jadi satu didepan
kamar, baru kemuadian kita cikrak ya bu.. dan kita buang di tempat
sampah”
“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan
tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan menyapu dengan baik.
Sekarang ibu bias cuci tangan”
C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan menyapu?”

 “Bagaimana jika kegiatan menyapu ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T menyapu? Bagus sekali Ibu T
menyapu tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa
memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan keempat, setelah


merapihkan tempat tidur, cuci piring dan menyapu. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan menyapu. Mau jam berapa bu
kita melakukan latihan menyapu nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya bu
setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana
kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita mulai dari
ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai
jumpa”

4. SP-4 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien


melakukan kegiatan keempatnya sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya
perawat inggrit yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore
nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”


”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba menyapu sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan keempat ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu
Ibu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mengepel di ruangan ini, Waktunya sekitar
20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”

B. Kerja:
“Ibu T, sebelum kita mengepel kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu alat pel, emper, air dan pewangi lantai “Sekarang saya perlihatkan
dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, pastikan lantai sudah disapu,
kemuadian  Ibu T ambil alat pel, basahi dikaleng yang berisi air dan
pewangi lantai kemudian kita peras alat pel, setelah itu mulai ibu pel
mulai dari pinggir pojok kemudian jalan ke tengah, dengan langkah
mundur ya buk, kemuadian kita bilas kita pel kembali, Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan
tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu T dapat mengepel dengan baik. Sekarang ibu bias
cuci tangan”
C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah mengepel latihan cuci piring?”

 “Bagaimana jika kegiatan mengepel ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mengepel? Bagus sekali Ibu T
mengepel tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa
memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan yang lain, setelah
merapihkan tempat tidur dan cuci piring, menyapu dan mengepel. Masih
Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat
tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bu?
Oke baik bu, kita mulai dari ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya
permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12
Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH
%20BAB%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-
2-babii.pdf pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_IS
OLASI_SOSIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SO
SIAL pada 12 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai