Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Ns. Tri Wahyuni, M. Kep

Disusun Oleh :

RINTA NURYANI
NIM. RP 23320003

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI REGULER


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN JIWA DENGAN HARGA
DIRI RENDAH

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental,
dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga
berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti
akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Nurhalimah, 2016).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015), gangguan jiwa ialah
terganggunya kondisi mental atau psikologi seseorang yang dapat
dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur,
dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,
kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
Fortinash dalam Dermawan & Rusdi (2019) menyatakan bahwa
harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri
sendiri yang berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang

2
individu tentang kemampuannya dan menjadi berharga. Aspek utama
harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat
penghargaan dari orang lain (Sunaryo, 2019).
Damaiyanti & Iskandar (2012: 39) menjelaskan bahwa harga diri
rendah yaitu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal kerena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep,
2009 dalam Damaiyanti & Iskandar,2012 : 39).
Sementara menurut Stuart & Sundeen, dalam Wijayaningsih
(2015:49) harga diri rendah adalah “penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri”.
Menurut Carpenito, L.J dalam Wijayaningsih (2015:49) bahwa harga diri
rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri ataupun kemampuan diri. Menurut Keliat,
dalam Yosep (2011:255) harga diri rendah adalah ”perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri”.
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang
atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan
komponen psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali
menyertai gangguan kejiwaan (Sitanggang, et al, 2021).
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan
mengenai menilai dirinya yang tidak berarti dan tidak berharga menjadi
kearah negatif sehingga hilangnya kepercayaan diri seseorang.

3
2. Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga dan
halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri
hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah

3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


a. Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab

4
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi peran


Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuaikan dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat
menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang yang berat pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. Faktor heriditer
(keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Selain itu adanya riwayat penyakit
kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor
penyebab gangguan jiwa.

5
5) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri
rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang
tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan
jiwa. Selain itu pasien dengan harga diri rendah memiliki
penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami
krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realistis.

6) Faktor Sosial Budaya


Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri
rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap
klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta
adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh
kembang anak.

b. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.
Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang
prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh
yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi
dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat
berasal dari internal dan eksternal:

6
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran :


a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau
fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri.
c. Rentang Respon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar
belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.

7
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang
harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

4. Klasifikasi
Adapun menurut SDKI PPNI 2016 menjelaskan bahwa harga diri rendah
terbagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan
terus – menerus.
Tanda dan Gejala Mayor :
1) Subyektif
 Menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak tertolong)

 Merasa malu atau bersalah

 Merasa tidak mampu melakukan apapun

 Meremahkan kemampuan mengatasi masalah

 Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

 Melebih – lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Objektif

8
 Enggan mencoba hal baru

 Berjalan menunduk

 Postur tubuh menunduk

Tanda dan Gejala Minor :


1) Subjektif
 Merasa sulit konsentrasi
 Sulit tidur
 Mengungkapkan keputusasaan
2) Objektif
 Kontak mata kurang
 Lesu dan tidak bergairah
 Berbicara pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku tidak asertif
 Mencari penguatan secara berlebihan
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Sulit membuat keputusan
 Sering kali mencari penegasan

b. Harga Diri Rendah Situasional


Harga Diri Rendah Situasional adalah evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap
situasi saat ini.
Tanda dan Gejala Mayor :
1) Subjektif
 Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
 Merasa malu atau bersalah
 Melebih – lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2) Objektif

9
 Berbicara pelan dan lirih
 Menolak berinteraksi dengan orang lain
 Berjalan menunduk
 Postur tubuh menunduk
Tanda Dan Gejala Minor :
1) Subjektif
 Sulit berkonsentrasi
2) Objektif
 Kontak mata kurang
 Lesu dan tidak bergairah
 Pasif
 Tidak mampu membuat keputusan
5. Pohon Masalah
Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah Core Problem

Koping tidak efektif Causa

6. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan (Eko, 2014). Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Menurut Eko (2014), pertahanan jangka pendek, mencakup berikut
ini:
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv
secara obsesif) .
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng).

10
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)

b. Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup


berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu.
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik
marah terhadap diri sendiri, dan amuk).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Test psikologik: test keperibadian

b. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis

c. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi

d. Pemeriksaan laboratorim kromosom: genetik

8. Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka

b. Elektro convulsive therapy

c. Psikoterapy

d. Therapy okupasi

e. Therapy modalitas

f. Terapi keluarga

g. Terapi lingkungan

11
h. Terapi perilaku

i. Terapi kognitif

j. Terapi aktivitas kelompok

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah


(HDR)
1. Pengkajian

a) Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.
b) Faktor predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa

Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat


gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.

2) Pengobatan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki


riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien
belum berhasil.

3) Aniaya

Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah melakukan,


mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal.

12
4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama


dengan pasien.

5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai


pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak
tercapainya ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien
yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

c) Status mental
1) Penampilan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak


rapi, tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan
perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan
kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.

2) Pembicaraan

Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,


volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.

3) Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan


terjadi penurunan aktivitas interaksi.

4) Alam perasaan

Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang


pesimis.

5) Afek

13
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi.

6) Interaksi selama wawancara

Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan


mudah tersinggung.

7) Persepsi

Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang


mengancam atau memberi perintah.

8) Proses pikir

Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan


pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang
kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.

9) Isi pikir

Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau


menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.

10) Tingkat kesadaran

Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik


seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu
lama tetapi klien menyadari semua yang terjadi di
lingkungannya).

11) Memori

Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak


terdapat gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

14
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau
tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan
dalam berhitung.

13) Kemampuan menilai

Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat


mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain,
contohnya: berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi
dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi,
setelah diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu
mengambil keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah
keperawatan sesuai dengan data.

14) Daya tilik diri

Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik


dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta
pertolongan/pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien
tidak mau bercerita penyakitnya (Prabowo, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan

Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang


mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya
adalah:
a) Harga diri rendah kronik
b) Koping Individu tidak efektif
c) Isolasi sosial
d) Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI


(2012), yaitu:
a) Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan
pertama

15
1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang
telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai
harapan yang belum terpenuhi
2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara
melakukannya)
7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan
untuk dilatih dua kali per hari
b) Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua
1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.
2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama
yang telah dilatih dan berikan pujian.
3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telah dilatih
5) Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)
6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan,
masing masing dua kali per hari
c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga
1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih dan berikan pujian
3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
4) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)

16
6) Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan,
masingmasing dua kali per hari.
d) Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatan keempat
1) Mengevaluasi data harga diri rendah
2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua,
dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga.
4) Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara)
6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan
masing-masing dua kali per hari. (Kemenkes RI, 2012).

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi yang


disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapi tujuan yang telah ditetapkan mencakup
peningkatan kesehatan, mencegah penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping.

Jenis-jenis pelaksanaan diantaranya :

a) Secara mandiri (Independen)

Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk


membantu pasien dalam mengatasi masalahnya menanggapi reaksi
karena adanya stressor.

b) Saling ketergantungan/kolaborasi (Interdependen)

17
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
perawat atau dengan tim kesehatan yang lain seperti dokter, psikologi,
psikiater, alhi gizi, fisioterapi, dan sebagainya.

c) Rujukan/ketergantungan (Dependen)

Adalah keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya


dokter, psikologi, psikiater, alhi gizi, fisioterapi, dan sebagainya. .
(Setyowati, 2019).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersambung dan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien mencapai tujuan yang sesuai dengan kriteria hasil pada
perencanaan

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP


maupun SOAPIER, format tersebut meliputi :

S : Subjektif. Merupakan data perkembangan keadaan yang


didasarkaan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan
pasien.

O : Objektif. Merupakan data perkembangan yang bisa diamati atau


diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.

A : Assasement/analisis. Kedua jenis data tersebut, baik subjektif


maupun objektif dinilai dan dianalisis apakah berkembang kearah
perbaikan atau kemunduran.Hasil analisi dapat diuraikan sampai
dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan
masalah yang baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.

P : Planning/perencanaan. Rencana penanganan pasien dalam hal ini


didasarkan pada hasil analis di atas yang berisi melanjutkan rencana

18
sebelumnya apabila keadaan atau masalah pasien belum teratasi dan
membuat rencan baru bila rencana awal tidak efektif.

I : Implementasi. Pada analisa/assessment dapat kita menuliskan


pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi maslah
keluhan/mencapai tujuan pasien. Tindakan ini harus disetujui oleh
pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, implementasi
mungkin juga harus berubah/disesuaikan.

E : Evaluasi. Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan


tafsiran dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan.Analisa dari hasil yang
dicapai menjadi fokus dari penilaian ketetapan tindakan.Apabila
kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai
tujuan. (Setyowati, 2019).

Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien


dapat:

1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan

3) Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan

4) Membuat jadwal kegiatan harian

5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian

6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi


harga diri rendah

Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah


berhasil apabila keluarga dapat:

19
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika
harga diri rendah tidak diatasi)

2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah

3) Merawat harga diri rendah

4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung


pasien untuk meningkatkan harga dirinya

5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga


diri rendah

6) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan


melakukan rujukan. (Kemenkes RI, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Elvidiana, H., & Fitriani, D. R. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan


pada Ibu R dengan Harga Diri Rendah dengan Intervensi Inovasi
Logoterapi Terhadap Gangguan Harga Diri Rendah di Ruang Punai
RSJD Atma
Husada Mahakam Samarinda.
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes
RI.
Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent
Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3 (3), 291-300.
Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). Dukungan Caregiver Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea Nursing Journal,
10(2).

20
Pardede, J. A, Keliat, B. A, & Yuli, I. (2020). The Symptoms of Low Self-
Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment
Therapy. Advanced Practices in Nursing, 5 (2), 2573-0347

Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi Penyakit Skizofrenia Dalam


Rangka Mengurangi Stigma Negatif Warga di Desa Tambakmas
Kebonsari-Madiun. Journal of Community Engagement in
Health,3(2), 300-303.
Rizki, E. (2018). Pathway Proses Menua. Diakses pada tanggal 8 Desember
2020,
Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala
dan Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan
Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga. JOURNAL
EDUCATIONAL OF NURSING (JEN), 2(1), 39-51.
Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah dengan
menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1),
18.
Safitri, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Kronis (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Sitanggang, R., Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. (2021).
The Effect Of Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On
Schizophrenia Patients. European Journal of Molecular & Clinical
Medicine, 7(11), 2696-2701.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st

21
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Singkawang, 10 April 2023


Preseptor / CI Ruangan Garuda Mahasiswa

(Ns. Raden Roro Dewi K., S.Kep) (Rinta Nuryani)

Mengetahui
Pembimbing Akademik

(Ns. Tri Wahyuni, M.Kep)

22

Anda mungkin juga menyukai