Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kelompok

Blok 12 Infeksi dan Imunitas

Varicella Zoster pada Anak Usia Kurang dari 9 Tahun


Kelompok C5

Disediakan oleh:

1. Samdaniel Sutanto 102013382


2. Paulus Anung Anindita Pandelaki 102013087
3. Jessica 102013034
4. Josephine Claudia Sirait 102013396
5. Abdul Rahman bin Mohd Yusof Zaki 102013535
6. Nur Sulaili Borhan 102013511
7. Evalone Vebriyani Pattileamonia 102010244
8. Cristofher Sitanggang 102012281
9. Pricilya Maryani Mutiara Seto 102013132

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon jeruk, Jakarta Barat

1
Pendahuluan

Cacar air adalah penyakit yang merupakan infeksi primer oleh virus Varicella
zoster yang merupakan family Herpesviridae dan merupakan pathogen langsung pada
manusia. Cacar air terutama merupakan penyakit yang menyerang anak-anak dengan
prevelensi tersebar luas di dunia, tanpa perbedaan ras, maupun jenis kelamin. Rata-rata
orang dewasa telah menderita cacar air sebelumnya. Varicella sangat menular terutama
pada anak-anak di mana lebih dari 90% kasus terjadi pada anak yg berada di bawah
usia 10 tahun. Varicella juga tidak mengenal tempat, baik daerah empat musim maupun
daerah tropis. Namun setelah sembuh, virus ini tidak benar-benar hilang dari tubuh.
Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan menyebabkan herpes
zoster atau cacar ular. Herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dan pada usia di
atas 60 tahun.1

Anamnesis

Pada saat melakukan anamnesis, umur pasien sangat penting karena


berpengaruh terhadap berat ringannnya varicella dan kemungkinan timbulnya
komplikasi. Keluhan yang ada biasanya demam, nyeri kepala, dan lesu sebelum
timbulnya ruam kulit. Gatal dapat menyertai lesi kulit dan sangat bervariasi, kadang-
kadang dapat berat.2

Selain jumlah anggota keluarga, riwayat penderita varicella dalam keluarga


penting untuk diketahui karena biasanya orang kedua dan seterusnya yang terkena
varicella dalam satu keluarga akan menderita varicella lebih berat.2

Status imun pasien perlu pula diketahui untuk menentukan apakah obat antivirus
perlu diberikan. Untuk itu perlu dinyatakan beberapa hal yang dapat membantu
menentukan status imun pasien antara lain :2

1. Penyakit yang sedang diderita, misalnya keganasan, infeksi HIV/ AIDS.


2. Pengobatan dengan imunosupresan, misalnya kotikosteroid jangka panjang, atau
sitostatik.
3. Kehamilan
4. Berat badan rendah pada bayi.

2
Perlu diketahui sudah berapa lama ruam kulit timbul sebelum datang berobat agar
dapat menentukan apakah obat antivirus masih efektif bila ada indikasi pemberiannya.
Penyebaran atau perluasan ruam kulit penting karena varicella mempunyai pola
penyebaran yang khas, dari sentral ke perifer.2 Pada masa prodormal, gejala gejala
yang muncul sangat bervariasi. Masa inkubasi adalah 10 sampai 20 hari, gejala gejala
tersebut diantaranya:2

Varicella yang terjadi pada anak anak sering tidak didahului dengan gejala
prodormal, melainkan ditandai dengan exanthema.
Pada orang dewasa dan remaja sering didahului dengan gejala prodormal yaitu,
mual, mialgia, anoreksia, sakit kepala, batuk pilek, atau nyeri tenggorok
Satu sampai dua hari setelah seseorang terinfeksi virus, timbul rash berupa vesikel
vesikel, dan setelah empat sampai lima hari kemudian, vesikel vesikel tersebut
pecah dan menjadi krusta.
Adanya trias berupa munculnya rash, malaise, dan demam subfebril menandakan
onset dari varicella.
Pada daerah wajah, badan, kepala, dan ekstremitas proksimal, sering terlihat adanya
makula eritem yang dengan cepat menjadi papul, vesikel yang jernih, dan pustula
dengan umbilikasi di daerah sentral selama 12 sampai 14 hari.
Kadang vesikel dapat muncul di telapak tangan dan kaki, membran mukosa yang
dirasakan nyeri.
Gatal seringkali dirasakan pada saat munculnya vesikel.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan memeriksa keadaan umum dan tanda-
tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu dsb) dapat memberikan petunjuk
tentang berat ringannya penyakit. Pada anak kecil imunokompeten jarang terjadi gejala
prodromal, kadang hanya terdapat demam dan malese ringan bersamaan dengan
timbulnya lesi kulit. Pada anak lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya terjadi
prodromal berupa demam, kedinginan, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri
punggung, dan atau nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum nunculnya lesi kulit . 3

Pada anak-anak, erupsi kulit terutama berbentuk vesicula. Seringkali beberapa


kelompok lesi vesicular timbul 1-2 hari sebelum erupsi meluas. Lesi biasanya mulai

3
dari kepala atau badan berupa macula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel.
Dalam beberapa jam hingga 2 hari lesi membentuk krusta dan mulai menyembuh. Lesi
menyebar secara sentrifugal ( dari sentral ke perifer) sehingga dapat ditemukan lesi baru
di ekstremitas, sedangkan di badan lesi sudah berkrusta. Jumlah lesi juga bervariasi,
mulai dari beberapa hingga ratusan, dimana pada anak-anak jumlah lesi lebih sedikit,
dan akan lebih banyak pada bayi usia di bawah 1 tahun dan pada remaja hingga dewasa.
Lesi juga dapat berbentuk bulat atau hemoragik. Selaput lender sering terkena, terutama
mulut, dan dapat juga konjungtiva palpebra dan vulva.3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada varicella tanpa komplikasi.


Namun tetap dapat dilakukan. Pada pemeriksaan darah tepi: jumlah leukosit dapat
sedikit meningkat, normal, atau sedikit menurun pada beberapa hari pertama. Enzim
hepatic kadang-kadang meningkat, Sel Tzank biasanya positif tetapi tidak spesifik
untuk Varicella. Kultur virus dari cairan vesikel seringkali positif pada 3 hari pertama,
tetapi jarang dilakukan karena sulit dan harganya mahal. Pemeriksaan serologic dapat
menegakkan diagnosis secara retrospektif dengan membandingkan titer antibody masa
akut dengan masa penyembuhan. Pemeriksaan serologic juga dapat untuk
mengidentifikasi individu yang rentan sehingga dapat diisolasi atau diadakan
profilaksis.2

Hasil laboratorium cepat VVZ sering penting untuk penderita risiko tinggi dan
dapat disempurnakan dengan pewarnaan sel imunohistokimia langsung dari lesi kulit.
Sel raksasa multinuclear dapat dideteksi dengan warna nonspesifik, tetapi sering ada
hasil negative-palsu. Hal ini mengakibatkan perlunya diadakan biakan jaringan untuk
menemukan virus infeksius. Glukosa cairan serebrospinal biasanya normal dan terjadi
kenaikan protein ringan sampai sedang. Selain itu juga dapat mendeteksi virus Varicella
secara langsung dengan mikroskop electron, isolasi virus, deteksi antigen virus. 4

Diagnosis Kerja

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul,maka diagnosis pada anak tersebut


adalah varicella zoster. Varicella biasanya mudah didiagnosis berdasarkan erupsi kulit
yang timbul terutama bila ada riwayat terpajan varicella 2-3 minggu sebelumnya. Tidak

4
memerlukan hasil laboratorium maupun pemeriksaan darah untuk menunjang
diagnosis, namun jika diperlukan maka dapat dilakukan pemeriksaan tersebut, dimana
hasilnya seperti adanya peningkatan antibody hingga empat kali lipat, adanya kultur
virus dari cairan vesikel, penemuan antigen virus pada kerokan vesikel dengan
imunofluoresensi atau PCR. Dan apusan Tzanc yang menunjukkan sel raksasa multi
nuclear, tapi terkadang tidak dapat membedakan dengan infeksi cacar smallpox. 4

Diagnosis Pembanding

Campak (Rubeola) adalah virus RNA dari famili Paramixoviridae, genus Morbilivirus.
Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Ruam biasanya mulai sebagai
makula tidak jelas pada bagian atas lateral leher, dibelakang telinga, sepanjang garis
pertumbuhan rambut dan pada bagian posterior pipi. Lesi sendiri akan menyebar
dengan cepat pada sekitar 24 jam pertama.3

Rubella (Campak Jerman) adalah penyakit menular yang ditandai dengan gejala ruam
ringan serupa campak (rubeola). Pada anak, yang lebih tua dan dewasa, terutama wanita
dewasa, infeksi kadang kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan
purpura. Fase prodormal gejala kataral ringan adalah lebih pendek daripada fase
prodormal campak. Tidak ada penyakit lain yang menyebabkan pembesaran nyeri
limfonodi ini yang sampai sebesar limfonodi rubella. 3

Infeksi herpes simpleks generalisata : vesikel biasanya berkelompok, lokasi sekitar


mukosa, bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan imunofluorosensi atau kultur.
Terutama dijumpai pada neonatus, ibu hamil, pasien imunokompromais, dan pasien
dengan eksim. Namun distribusi lesi berbeda karena pada herpes simpleks lesi lebih
banyak terdapat di sekitar mulut, bibir dan kelamin dan di sekitar lesi primer/rekuren.
Keduanya dapat dibedakan dari isolasi virus atau deteksi dan identifikasi antigen virus
pada lesi.3

Cacar smallpox dapat menyerupai cacar air (Varicella Zooster) yang berat karena erupsi
dapat lebih seragam dan mengenai ekstremitas distal, namun dengan mikroskop
electron akan dapat mengkonfirmasi smallpox dengan teliti dan akurat.4

5
Hand, foot and mouth disease (flu singapura) : pola penyebaran lebih akral, mukosa
lebih banyak terkena, sel Tzank tidak ditemukan. Penyakit ini diwaspadai terhadap
mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Biasanya virus ini menyerang anak
usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang 10 tahun).2

Reaksi vesicular terhadap gigitan serangga: Reaksi anafilaksis tipe cepat dan tipe
lambat akibat alergi serangga hampir seluruhnya disebabkan oleh ordo Hymenoptera
dari kelas Insekta, termasuk famili lebah, tawon, langau, dan famili bertubuh kuning
(yellow jacket family), dan famili semut. Reaksi kulit sesudah gigitan serangga paling
sering urtikaria, tetapi mungkin papular, vesikular, dan eritematosa, terutama dengan
berlanjutnya lesi. Lesi-lesi yang khas menyerupai reaksi hipersensitivitas tipe lambat
(delayed hypersensitivity) juga terlihat.2

Erupsi obat varicelliformis: sel Tzank tidak ditemukan.2

Etiologi

Virus Varicella Zooster(VVZ) adalah herpesvirus manusia, ia diklasifikasikan sebagai


herpervirus alfa karena kesamaannya dengan prototype kelompok ini, yang adalah virus herpes
simpleks (HSV). VVZ adalah virus DNA helai ganda, terselubung dan genom virus mengkode
lebih daripada 70 protein, termasuk protein yang merupakan sasaran imunitas dan timidin
kinase virus, yang membuat virus sensitive terhadap hambatan oleh asiklovir dan hubungkan
dengan agen antivirus. Infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan
reaktivasi menyebabkan herpes zoster. Infeksi VZV dimulai dari konjungtiva atau traktus
respiratorius dan berkembang di nasofaring dan traktus respiratorius bagian atas.5

Epidemiologi

Varicella merupakan penyakit menular akut. Penularan dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara (droplet injection). Penularan udara dapat
terjadi 2 hari sebelum sampai 5 hari setelah erupsi pada vesikel di kulit. Pada anak
imunokompeten, 6-8 hari setelah pecahnya lesi kulit sudah tidak dapat menularkan penyakit
ini. Masa inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21 hari di mana rata-rata memakan waktu
2 minggu, sedangkan pada pasien imunokompromis akan memakan waktu yang lebih singkat(
kurang dari 14 hari).3,4

6
Di Negara dengan iklim sedang, 90 % individu menderita Varicella Zoster pada masa anak-
anak. Epidemic varicella tahunan terjadi pada musim dingin dan musim semi. Strain Varicella
Zoster tipe liar yang menyebabkan epidemic varicella tahunan tidak menunjukkan perubahan
dalam virulensi sebagaimana dinilai dengan keparahan klinis infeksi varicella zoster primer
dari tahun ke tahun. Angka penularan rumah tangga dapat mencapai angkan 80-90%, di mana
sebagian besar terjadi karena adanya kontak fisik secara kebetulan. Sedangkan angka penularan
yang bukan keluarga sekitar 30% biasanya karena bertemu di ruang kelas sekolah.5

Varicella menular sekitar 24-48 jam sebelum ruam mulai muncul dan sementara vesicle
belum berkrusta, yang biasanya akan mulai terjadi sekitar 3-7 hari setelahnya.5 Anak-anak
sangat rentan terkena varicella sesudah kontak langsung, atau dekat-dekat dengan orang
dewasa yang menderita herpes zoster. Dan di daerah tropis, angka kerentanan orang dewasa
sekitar 20-30%. Herpes zoster sendiri tidak menunjukkan variasi musim dalam insiden karena
herpes ini disebabkan oleh reaktivasi virus laten secara endogen. Penelitian epidemiologis juga
memaparkan bahwa dekat-dekat dengan varicella tidak menyebabkan herpes zoster. Herpes
zoster sendiri sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 10 tahun, terkecuali
pada mereka yang diberi terapi imunosupresi untuk keganasan atau penyakit lain, mereka yang
menderita infeksi HIV, dan mereka yang telah terinfeksi di dalam rahim atau selama usia tahun
pertama. 5

Patogenesis

Varicella mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang di pindahkan dalam sekresi
saluran pernapasan atau dengan kontak langsung dengan lesi kulit varicella atau herpes zoster.
Pemasukan disertai dengan masa inkubasi selama 10-21 hari, dan pada saat itu penyebaran
virus subklinis terjadi. Akibat lesi kulit tersebar bila infeksi masuk fase viremi, sel mononuclear
darah perifer membawa virus infeksius, menghasilkan kelompok vesikel baru dalam waktu 3-
7 hari. Virus Varicella Zoster juga di angkut kembali ke tempat mukosa-mukosa saluran
pernapasan selama masa akhir inkubasi, memungkinkan penyebaran pada kontak rentan
sebelum munculnya ruam. Penularan virus infeksi oleh droplet pernafasan membedakan virus
Varicella zoster dari virus herpes manusia yang lain.3-5

Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan viremia dan
menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya komplikasi varicella
mencerminkan gagalnya respons imun tersebut menghentikan replikasi serta penyebaran virus
dan berlanjutnya infeksi. Kejadian ini terutama terjadi pada pasien imunokompromais, di mana

7
dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varicella terlihat, antibody IgG, IgM, IgA yang spesifik
terhadap Varicella dapat di deteksi dan mencapai titik tertinggi pada minggu kedua atau
minggu ketiga. Setelah itu IgG menurun secara perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun
lebih cepat dan tidak akan terdeteksi selama satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular
terhadap Virus Varicella Zoster juga berkembang selama infeksi dan menetap selama bertahun-
tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap Virus Varicella Zoster
berfungsi protektif terhadap varicella, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi(
kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas humoral untuk
penyembuhan varicella. Pada pasien imunokompromis, oleh karena imunitas humoral dan
seluler nya terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi dan varicella menjadi lebih
berat dan berlangsung lebih lama.3

Penyebaran visceral virus menyertai kegagalan respons hospes untuk menghentikan


viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak , dan organ lain. Virus Varicella Zoster
menjadi laten di sel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer.
Reaktivisasi nya menimbulkan ruam vesikuler yang terlokalisasi yang biasanya melibatkan
penyebaran dermatom dari satu saraf sensoris, perubahan nekrotik ditimbulkan pada ganglia
terkait, kadang-kadang meluas ke dalam kornu posterior. Histopatologi varicella dan lesi
herpes zoster, sebagaimana ia berada dalam lesi varicella, tetapi tidak dilepaskan ke dalam
sekresi pernapasan. Varicella mendatangkan imunitas humoral dan seluler yang sangat
protektif terhadap infeksi ulang bergejala. Supresi imunitas seluler pada Virus Varicella Zoster
berkorelasi dengan penambahan risiko reaktivasi virus Varicella Zoster sebagai Herpes
Zoster.3-5

Gejala Klinik

Walaupun masa inkubasi Varicella berkisar dari 10-21 hari, penyakit biasanya mulai
dari 14-16 hari sesudah pemajanan. Hampir semua yang terpajan, akan rentan menderita ruam,
tetapi ruam ini mungkin terbatas kurang dari 10 lesi. 3-5

Gejala-gejala prodormal lazim ada, terutama pada anak yang lebih tua seperti demam,
malaise, anoreksia, nyeri kepala, dan kadang-kadang nyeri abdomen ringan terjadi 24-28 jam
sebelum ruam muncul. Kenaikan suhu biasanya sedang, berkisar dari 37- 39 O C tetapi mungkin
O
setinggi 40 C. Demam dan gejala sistemik lain menetap selama 2-4 hari pertama sesudah
mulai ruam.3-5

8
Lesi Varicella tampak mula-mula pada kulit kepala, muka atau batang tubuh. Eksantem
awal terdiri atas macula eritematosa yang sangat gatal yang berkembang membentuk vesikel
berisi cairan jernih. Pengaburan dan pembentukan pusat lesi mulai dalam 24-48 jam.
Sementara lesi awal berkrusta, kumpulan baru terbentuk pada batang tubuh dan kemudian
tungkai dan adanya lesi simultan pada berbagai stadium evolusi khas varicella. 3-5

Lesi mula-mula berupa macula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul,
vesikel , pustule, kemudian menjadi krusta dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Vesikel
biasanya superficial dan dindingnya tipis sehingga terlihat seperti tetesan air di atas kulit,
diameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar lipatan kulit. Mula-mula
vesikel dikelilingi daerah eritematosa sehingga terlihat seperti embun diatas kelopak bunga
mawar. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang sehingga menjadi
pustule. Lesi kemudian mongering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan
umbilikasi dan menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas
cekungan kemerahan yang akan berangsur menghilang, kadang meninggalakan bercak
hipopogmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu hingga bulan.3

Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, terutama pada palatum, dan cepat pecah
sehingga seringkali hanya terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm. vesikel dapat
timbul di mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, salurang kemih, vagina dan
konjungtiva.3

Pada pasien imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula,
serta nekrotik. Lesi dapat pula hiperkeratotik, verukosa, dan hemoragik, yang menunjukkan
makin beratnya penyakit.3 Lesi ulseratif yang melibatkan orofaring dan vagina adalah biasa,
beberapa anak mempunyai lesi vesikuler pada kelopak mata dan konjungtiva, tetapi penyakit
okuler serius jarang. Jumlah lesi Varicella rata-rata adalah sekitar 300, tetapi anak dapat kurang
dari 10 sampai lebih dari 1500 lesi.3

Pada kasus rumah tangga sekunder dan kasus yang melibatkan anak yang lebih tua,
lebih banyak hari untuk pembentukan lesi baru dan kemungkinan lebih banyak lesi. Eksantem
ini lebih luas pada anak dengan gangguan kulit seperti eksem atau baru terbakar sinar matahari.
Tempat hipopigmentasi lesi menetap selama beberapa hari sampai beberapa minggu pada
beberapa anak, tetapi parut tidak lazim. 3-5

9
Penatalaksanaan

Pengobatan Medikamentosa

Pada pasien imunokompeten varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk
mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin dan antihistamin oral. Bila
lesi masih vaskuler dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat di tambahkan
antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5 %. Bila vesikel sudah pecah atau sudah
terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder bacterial.6

Pasien juga diberikan obat Antipiretik yang diberikan bila pasien demam, dan
sebaiknya menghindari salisilat karena dapat menimbulkan sindrom Reye. Selain itu diberi
pula Antipruritus yang merupakan antihistamin yang mempunyai efek sedative, atau sedative.2
Pada pasien diberi juga obat antivirus yang hanya akan efektif bila diberikan dalam jangka
waktu 24 jam setelah munculnya ruam. Antivirus yang digunakan adalah asiklovir. Terapi yang
diberikan secara dini akan menurunkan keparahan hingga 25-30%. Terapi dengan asiklovir
penting diberikan pada orang dewasa karena tingkat keparahannya yang lebih tinggi jika di
bandingkan dengan anak-anak. Asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir, jika diberikan dalam
jangka waktu 72 jam setelah munculnya ruam, akan member penyembuhan akan terjadi cepat
dalam waktu 2 hari. Valaksiklovir lebih efektif untuk meringankan nyeri akibat zoster.
Valaksiklovir dan famsiklovir lebih disukai daripada asiklovir karena keamanan dan
efikasinya.6

Pada pasien immunocompromised, asiklovir intravena mencegah penyebaran zoster


pada organ visceral, bahkan jika terapi dimulai dari hari ke -6 hingga mulai munculnya ruam
dan diberikan secara intravena sehingga kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat
replikasi virus.6 Penggunaan Asiklovir untuk pengobatan Varicella diberikan baik secara oral
maupun intravena dengan dosis yang berbeda-beda dan disusun sebagai berikut:3,6

Neonatus Imunokompeten : Asiklovir 500 mg/m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari

Neonatus Imunokompromais : Asiklovir 500 mg/m2 intravena setiap 8 jam selama 10


hari.

Anak imunokompeten : Hanya simtomatik atau dengan Asiklovir 4 x 20 mg/kg BB/


hari per oral selama 5 hari.

10
Anak imunokompromais dengan gejala ringan : Asiklovir 5x 800 mg/hari peroral
selama 7 hari atau lebih. Sedangkan Anak imunokompromais dengan gejala berat
diberikan Asiklovir 50o mg/m2 atau 10 mg/kg BB intravena setiap 8 jam selama 5-7
hari atau 48 jam setelah tidak terbentuk lesi baru.

Remaja hingga dewasa Imunokompeten : Asiklovir 5x 800 mg/ hari peroral selama 7
hari, atau Valasiklovir 3x 1 g/ hari peroral selama 7 hari, atau Famisiklovir 3 x 500 mg
/ hari peroral selama 7 hari.

Remaja hingga dewasa imunokompromais gejala ringan diberi Asiklovir 5x 800 mg/
hari peroral selama lebih 7 hari atau lebih. Sedangkan dengan gejala berat diberikan
Asiklovir 500 mg/m2 atau 10 mg/kg BB intravena setiap 8 jam selama 5-7 hari atau 48
jam setelah tidak terbentuk lesi baru. Bila resisten Asiklovir diberikan Foskarnet
sebanyak 40 mg/ kgBB intravena setiap 8 jam sampai sembuh.

Pengobatan Non Medikamentosa

Penatalaksanaan yang diberikan untuk mempercepat penyembuhan pasien. Bila demam


sudah hilang , dapat segera mandi secara hati-hati agar vesikel tidak pecah. Sebaiknya jangan
menggaruk, dan benar-benar menjaga agar vesikel tidak pecah, dan ditunggu sampai
mongering dan lepas sendiri. Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk
mencegah infeksi sekunder dan adanya parut akibat terjadi garukan. Istirahat penuh pada masa
aktif sampai semua lesi sudah mencapai stadium krustasi. Dan sebaiknya makan makanan yang
lunak karena adanya beberapa lesi di dalam mulut. 3-5

Komplikasi

Pada anak imunokompeten varicella biasanya ringan dan jarang disertai komplikasi.
Komplikasi tersering adalah infeksi sekunder bacterial pada lesi kulit. Biasanya akan terjadi
impetigo furunkel, selulitis, atau erysipelas. Infeksi ini sering menyebabkan parut, tetapi jarang
terjadi sepsis. Sepsis kulit sekunder akibat Streptococcus pyogenis, dan yang lebih jarang di
sebabkan oleh Staphylococcus aurens merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Vesikel dapat menjadi bula bila terinfeksi Staphlococcus sp. penghasil toksin eksfoliatif.3,4

Pneumonia, otitis media, dan meningitis jarang terjadi pada anak-anak, tapi lebih sering
pada orang dewasa (20%), terutama perokok dan wanita hamil. Gejalanya dimulai dengan
batuk-batuk dan napas pendek pada hari ke-3 sampai hari ke-5. Dapat timbul sianosis,

11
hemoptisis, dan pada kasus berat dapat terjadi gagal napas akibat alveolitis bilateral luas.
Secara radiologis terdapat gambaran opasitas diskret yang tersebar pada kedua paru, beberapa
diantaranya dapat mengalami kalsifikasi setelah pemulihan.3,4

Dapat pula terjadi Ensefalitis dan ataksi serebellar dan sering menyerang pasien yang
berusia di bawah 5 tahun dan lebih tua dari 20 tahun. Mengioensefalitis ditandai oleh kejang-
kejang, kesadaran yang berubah, dan kaku kuduk. Penderita dengan ataksia serebellar
mempunyai permulaan gangguan cara berjalan, nistagmus dan bicara tertelan yang lebih
perlahan-lahan. Gejala-gejala neurologis biasanya mulai dari 2-6 hari sesudah mulainya ruam
tetapi dapat terjadi selama masa inkubasi atau sesudah penyembuhan ruam.5

Pada kehamilan dan bayi yang baru lahir juga memiliki risiko yang besar. Selama 20
minggu pertama sektiar 2% neonates dapat mengalami berat badan lahir rendah, ekstremitas
pendek, mikrocephali, katarak, dan ruam seperti zoster(sindrom varicella congenital).
Selanjutnya pada trisemester kedua dan ketiga, bayi dapat mengalami herpes zoster aktif
namun tidak ada kelainan lain. Seminggu sebelum hingga seminggu setelah persalinan, bayi
dapat mengalami Varicella berat yang berpotensi fatal.3,4

Preventiv

Penularan Varicella Zoster susah untuk dicegah karena infeksi menular selama 24-48
jam sebelum ruam muncul. Ada beragam cara yang digunakan. Salah satu yang paling
sederhana adalah anak-anak tidak boleh bersekolah selama 5 hari hingga seminggu sejak onset
timbulnya ruam. Di rumah sakit, staf dan pasien yang berisio tinggi harus dilindungi dari
kontak dengan Varicella.4

Imunoglobulin Zoster sering mempengaruhi penyakit bila diberikan dalam 10 hari setelah
terpajan varicella atau zoster, dan direkomendasikan untuk:4

1. Pasien imunosupresi dan wanita hamil dengan antibody negative

2. Neonates yang ibunya mengalami cacar air pada 7 hari sebelum hingga 28 hari setelah
persalinan

3. Bayi dengan antibody negative yang terpajan varicella pada 28 hari pertama hidupnya.

Vaksin Varicella juga dapat diberikan sebagai usaha preventive. Vaksin yang diberikan
adalah vaksin hidup yang dilemahkan dan memberikan perlindungan 85% dan aman (terutama

12
menyebabkan nyeri local ringan dan kurang dari 5% ruam cacar air jarang yang berlangsung
singkat dalam 28 hari dan sangat jarang menyebabkan cacar air ringan pada orang yang
berkontak) dan dapat digunakan:3

1. secara selektif( seperti Inggris) untuk melindungi individu yang rentan terhadap
Varicella berat, seperti individu yang rentan Virus Zoster Varicela akibat terapi
imunosupresif antikanker atu transplantasi organ, dan orang yang tinggal serumah
seperti anak-aak yang mengalami imunodefisiensi. Dan anak-anak yang terinfeksi
HIV yang tidak mengalami imunosupresi.

2. Secara universal untuk mencakup semua anak sebagai bagian imunisasi nasional (
AS, Jepang, dan Negara-negara industry lainnya termasuk Indonesia)

Imunitas berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Observasi terbatas menunjukkan
bahwa insidensi Zoster menurun.4

Prognosis

Varicella pada anak bersifat ringan, dan kejadian fatal yang kadang-kadang terjadi
disebabkan oleh komplikasi septic atau ensefalitis. Sebagian besar orang dewasa yang
meninggal adalah bukan karena Varicella, namun karena terkena komplikasinya yaitu
pneumonia. Angka fatalitas kasus dapat mencapai 15% pada pasien immunocompromised dan
hingga 30% pada Varicella neonatal berat bila tidak diobati dengan tepat.4

Kesimpulan

Penyakit Varicella atau lebih dikenal dengan penyakit cacar air adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi primer virus Varicella zoster yang merupakan anggota family
Herpesviridae dan merupakan pathogen pada manusia. Varicella memiliki tingkat penularan
yang tinggi, bahkan hingga 90% pada anggota keluarga, dan penyebarannya melalui udara,
hingga bersentuhan secara langsung. Meskipun diketahui tidak terlalu berbahaya, namun ada
kasus yang menyebabkan pasien meninggal karena komplikasi yang diderita. Pengobatan yang
dilakukan menggunakan Asiklovir dan istirahat yang cukup, serta dapat dicegah dengan
imunisasi pada saat balita.

13
Daftar Pustaka

1. FKUI. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. h.17-30.
2. Daili SF, Makes WIB, editor. Penatalaksanaan kelompok penyakit herpes di Indonesia.
Penatalakasanaan Varisela di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Politeknik Kesehatan
Kemkes; 2000. h. 19-27.
3. Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, Elandari, editor. Infeksi kulit pada bayi dan
anak. Infeksi virus Varisela-Zoster pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2003. h. 17-29.
4. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit infeksi. Cacar air
( Varisela) Jakarta : Penerbit Erlangga; 2008. h. 108, 115-19.

5. Nelson WE, editor. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke - 15. Vol. 2. Virus Varisela
zoster.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. h. 1097-100.
6. Gunawan SG, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi ke - 5. Jakarta : FKUI; 2009. h.
660.

14

Anda mungkin juga menyukai