Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 LATAR BELAKANG
Varisela sering juga dikenal sebagai chickenpox, merupakan infeksi primer yang sangat
menular disebabkan oleh virus Varicella-Zoster (VVZ) yang termasuk dalam keluarga virus
herpes.6,7 VVZ dapat menetap di dalam tubuh selama beberapa dekade dan menjadi aktif kembali
menyebabkan herpes zoster (shingles).8,9 Pada masa anak-anak varisela merupakan penyakit
yang sangat menular dan sangat umum ditemukan kasusnya. 8 Sebagian besar kasus varisela
terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. 9 Penyakit ini biasanya ringan, meskipun kadangkadang terjadi komplikasi serius.9
Di Indonesia morbiditas varisela sampai saat ini masih tinggi. Umumnya varisela bersifat
swasirna, namun dalam keadaan tertentu penyakit ini memerlukan penanganan khusus. Pada
golongan tertentu varisela dapat bermanifestasi berat dan sering disertai komplikasi terutama
pada usia pubertas dan dewasa, pasien kedua dan berikutnya dalam satu rumah, ibu hamil,
neonatus, bayi dengan berat badan rendah, serta pasien imunokompromais. Varisela dapat
berakhir fatal pada individu dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Berbagai obat antivirus
dapat digunakan untuk menghambat replikasi VVZ yaitu asiklovir, valasiklovir, famsiklovir,
foskarnet yang sangat efektif dalam memperpendek masa sakit dan mengurangi jumlah
lesi.Penyembuhan umumnya sangat baik dalam kasus-kasus tanpa komplikasi.7
Di Indonesia vaksinasi varisela belum diwajibkan. Advisory Committee on Immunization
Practices (ACIP) 2007 dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2008 telah menganjurkan
vaksinasi varisela. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan menghindari kontak pasien varisela.
Pencegahan varisela mengacu pada ACIP dan Buku Pedoman Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia).3
Apabila ditinjau dari perjalanan penyakit varisela yang relatif lama, sangatlah kontras
dengan tuntutan tanggung jawab di lingkungan pekerjaan atau pendidikan pasien. Hal ini
1

mengharuskan seorang dokter berfikir dan bertindak cepat menentukan penatalaksanaan yang
tepat untuk mencapai hasil penyembuhan yang terbaik bagi pasien. Diharapkan dengan
penanganan sesuai yang cepat dan tepat dapat mempercepat pulih keadaan pasien serta dapat
meminimalisasi komplikasi dan transmisi penyakit, sehingga penderita dapat beraktivitas normal
kembali sesegera mungkin.
1.2 PATOFISIOLOGI
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi
virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang
biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua)
maka timbullah demam dan malaise. 4
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan
papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi
pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi
papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan
papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada
stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. 4
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. 4
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu
dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. 1
1.3 EPIDEMIOLOGI
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi
paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan
persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya.
Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada

balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi
penularan dari virus ini berkisar 65%-86%.3
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua
bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder
sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari
oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui
transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi
85%.2
Pada iklim temperatur, angka infeksi enunjukkan variasi musiman yang ditandai, dengan
epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi. Sebaliknya, tidak ada variasi musiman
yang terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun
telah didukung dengan pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan
musim hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat dengan
perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah telah
didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua epidemis besar yang
terpisah selama 23 tahun. 3
Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa
reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami
episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada usia
sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada
kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada
iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer
di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut adalah
seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan lebih tinggi angka
seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. 4
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak
badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
3

permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri
sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti
timbul di anggota gerak dan wajah. 1
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi. 3

Gambar 1. Gejala klinis varicella zoster3


Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada
bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang
dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang. 3
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran
pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4
4

Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada
pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air
jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di
sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh
staphylococcus. 4
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa
maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. 4
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak,
dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut
merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia
cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri
kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5
hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan
ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan
yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. 4
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir
intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan dengan
penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty
(ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau
Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene,
atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi dapat
berkomplikasi menjadi diare berat. 3
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan anakanak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa lebih sering
berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis pneumonitis lebih dari
15 % kasus. 4
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk varisela
onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada gestasi awal
menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai dengan defek kulit,
atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat

menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi
yang tidak diterapi. 4
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah penyakit
yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data menunukkan
perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih lebih sering berada
dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang
pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. 4
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien imunocompromised
dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya, ada bukti bahwa
paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari perkembangan zoster,
tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul
pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress,
imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan keterlibatan distribusi
saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day
gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang
nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu
dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel
sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat
pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten
lebih dari durasi satu bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes
zoster ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal,
hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis dapat
menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial. 5
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial dan
pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang dikarenakan
vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 5
1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi,
biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk
dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan
6

penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk
HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. 2
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana
hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat
membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi
lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa
multinukleasi,

dimana

tidak

dapat

jelas

dibedakan

dari

HSV.

Bagaimanapun,

immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik dapat
membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya titer atau
empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus. 2
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi
titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun,
peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus pada
orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola dermatom. 2
1.6 DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat
menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth
infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan
differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes
simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau
kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral
penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi
Herpes zoster. 3
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan an dicat
dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell) yang
7

mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat juga
dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.

Gambar Tzank smear


Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia. Bahan
diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation Test,
Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 3

1.7 PENATALAKSANAAN
Meskipun vidarabine dan interferon- telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang
berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang
berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari
anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak
dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain
resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi
berat dalam keadaan ini. 3
Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari
zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan
durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis
herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan
analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma8

aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna
untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. 1
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung
mentol atau fenol. 2
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering
mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap
kering dan bersih. 2 Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi
infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir.2
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena
aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh
diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada
remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit
jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. 3
1.8 PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya
penderita

gangguan

sistem

kekebalan),

bisa

diberikan

immunoglobulin

zoster

atau

immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia
12-18 bulan. 3
1.9 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5
Pneumonia karena virus
Peradangan jantung
Peradangan sendi
Peradangan hati
9

Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)


Ensefalitis (infeksi otak).
1.10 PROGNOSIS
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 5
Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5
Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan
komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5
Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa
mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 27% dan sebagian besar penyebab
kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan
Agama

: anak . N
: 10 bulan
: Perempuan
: 8 kg
: Islam
10

Pekerjaan orang tua


Alamat
Tanggal Masuk

: Swasta
: K. Raye
: 24 Maret 2016

II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)


A. Keluhan Utama
Terdapat bintik-bintik berair di lengan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari yang lalu pasien datang dengan keluhan timbul bintik berair dan
kemerahan di lengan yang terasa gatal. Bintik - bintik tersebut awal nya hanya sedikit
kemudian lama kelamaan menjadi banyak

dan terlihat seperti ada cairan di

dalamnya. Selain keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan rasa nyeri gatal dan
panas pada bagian tersebut.
4 hari yang lalu pasien pasien demam dan susah untuk tidur. Awalnya tampak
merah saja tetapi sekarang menjadi menonjol dan berisi air, sebagian pecah.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang serupa
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak Sakit Ringan

Kesadaran

: Compos Mentis
11

Tanda-tanda vital

:-

Kepala

Nadi

: 80x/m

Respirasi
Suhu
Tekanan Darah

: 20x/m
: 37C
:-

: - Mata

: DBN

: - THT

: DBN

Leher

: DBN

Thorax

: Paru
Jantung

Abdomen

: DBN

Extemitas

: DB

: DBN
: DBN

B. Status Dermatologis
Regio cubiti sinistra : Tampak vesikel-vesikel, terdapat krusta dan tersebar diskret.

12

IV. RESUME

Pasien anak- anak usia 10 bulan datang ke poli MTBS Pusekesmas Pangkalan Balai
dengan keluhan bintik berair di lengan sejak 2 hari yang lalu, awal nya hanya sedikit namun
semakin hari semakin bertambah . Selain itu terdapat keluhan gatal dan panas pada bagian
gelembung tersebut .Pasien sewaktu dulu tidak pernah mengalami keluhan seperti ini .
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan gambaran vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritematosa, terdapat krusta dan tersebar diskret pada region cubiti sinistra,
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Varisela
2. Herpes Zooster
3. Impetigo Vesicobulosa
VI. DIAGNOSIS KERJA
Varisela
VII. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Tzanc
VIII. PENGOBATAN
A. Umum
Istirahat
Tidak menggaruk-garuk bila gatal
B. Medikamentosa
Topikal
Acyclovir zalf kulit 5% 3x1/hari
13

Oral
Antiviral

: Acyclovir 4x160 mg / hari selama 5 hari

Analgetik

: Paracetamol 3 x 100mg

Anti histamin: Clorferniramin Maleat ( CTM ) 2x 1mg (sediaan 4mg)


IX. PROGNOSIS
-

Qua ad Vitam
Qua ad Fungtionam
Qua ad Sanationam
Qua ad Cosmetikan

: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam

XII. FOLLOW UP
NO

HARI / TANGGAL

KELUHAN

1.

26 Maret 2016

Vesikel menyebar hingga ke badan dan punggung, demam


(+), gatal pada bagian vesikel (+),

2.

29 Maret2016

Demam (-) , vesikel tidak terasa gatal, vesikel mulai


mengering dan membentuk krusta

3.

31Maret 2016

Keluhan (-) , hanya sisa / bekas dari vesikel yang belum


menghilang

14

BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, dapat di tegakan diagnosis penyakit herpes simpleks. Diagnosis tersebut
didapatkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan pasien
mengeluh terdapat bintik - bintik yang terasa gatal di daerah lengan yang awalnya hanya sedikit
dan semakin lama semakin bertambah. Pasien juga mengatakan sebelumnya merasakan demam,
mual dan muntah, Keluhan ini memberi gambaran kemungkinan pasien menderita suatu infeksi.
Pada kasus ini, tempat predileksi varicella di daerah cubiti (lengan. Usia pasien ini adalah 10
bulan dimana terjadinya varicella dapat terjadi pada anak-anak yang dibawah 5 tahun yang
cenderung terjadi pada anak dengan keluarga yang ekonomi nya menengah kebawah.
Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah sebagai berikut
1. Herpes Zooster
Gejala awal yaitu gejala prodormal seperti demam, malaise, mual, muntah dan nyeri
pada tulang selanjutnya berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar
secara sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas (1,7).
15

Pada pasien mengalami gejala prodormal serupa seperti Herpes Zooster tetapi
pasien belum memiliki riwayat barisela sebelumnya sehingga diagnosis Herpes
Zooster bias disingkirkan
2. Impetigo vesikobulosa
Kelainan kulit pada impetigo vesikobulosa biasanya sering terjadi pada anak-anak dan
gambaran klinis berupa eritem, bula, dan bula hipopion. Keadaan umum tidak
dipengaruhi, kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah
memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.
Pada pasien terdapat gejala prodormal sedangkan pada impetigo tidak didahului
dengan gejala prodormal, gambaran lesi antara herpes simplek dan impetigo
vesikobulosa juga hampir sama
KESIMPULAN: Dari pembahasan dua diagnosis banding diatas maka dapat ditegakan
bahwa pasien menderita varisela.

Awalnya terjadi panas badan ,mual dan muntah( gejala prodomal)

Timbul suatu gelembung gelembung disertai rasa nyeri , gatal dan panas

Lokasi lesi pada lengan yang kemudian menyebar ke badan

Pada pemeriksaan kulit ditemukan vesikel yang berkelompok dan eritematous

Varicella yang terjadi pada anak- anak cenderung pada keluarga dengan sosial
ekonomi kebawah

PENATALAKSANAAN
1. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan
famsiklovir. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena bagi varicella dengan
komplikasi . Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir

16

peroral yang dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari pada dewasa , sedangkan
pada anak 4x 20mg/kgbb selama 5 hari,
Maka pada kasus ini diberikan obat antivirus berupa Asiklovir dengan dosis 4 x 160
mg selama 5 hari, hal ini sesuai dengan teori pemberian terapi pada pasien Varicella

2. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia ataupun gejala prodormal berupa
demam yang ditimbulkan oleh virus varicella. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat atau golongan acetaminofen. Analgetik Dapat juga dipakai seperlunya ketika
nyeri muncul (7, 12, 13).
Sesuai dengan teori maka pada pasien ini diberikan analgetik untuk mengurangi
gejala tersebut berupa golongan acetaminophen : paracetamol dengan dosis 3 x 100
mg,
3. Topikal
Perawatan topikal dalam sebuah studi double-blind, kombinasi kepemilikan asiklovir 5%
dioleskan 5 kali per hari pada kemunculan tanda-tanda awal untuk mencegah rekurensi
42%.
Sesuai dengan teori, maka pada kasus ini juga diberikan obat topical berupa salep
kulit acyclovir 5%
4. Anti Histamin
Pada pasien ini diberikan anti histamin yang bertujuan untuk mengurangi gejala
simptomatik yang dialami nya berupa gatal pada daerah lesi, selain itu efek yang di

17

dapat adalah sedatif yang bertujuan agar pasien tidak terlalu merasakan keluhan yang
dialaminya, oleh sebab itu pasien diberikan CTM 2x1mg
Prognosis
Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko
terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula
hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan
memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Pada pasien
ini setelah diberikan terapi dan terjadi perbaikan , maka prognosa nya baik

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari
http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 15 Juli 2013.
3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. Dewi

M.

Cacar

Air

(Varicella).

Diambil

dari

Medicastore.com

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58.

Diakses

pada

tanggal 15 Juli 2013


6. Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Wolff K, et al. Varicella and Herpes Zoster. In:
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed; vol.2. New York: Mc Graw Hill
Co. 2008. p. 1885-1898.
7. Wolf K, Johnson RA. Varicella Zoster Virus Infection. In: Fitzpatricks Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 6th Ed. New York: McGrawill Co. p.831-834.
8. JamesWD, Berger TG, Elston DM. Varicella. In: Andrews Disease of The Skin; Clinical
Dermatology. 10th Ed. Canada: Saunders Elsevier Inc. 2006. p. 376-379
18

9. Lumintang H, Nilasari H, Indriatmi W, Zubier F, Daili SF. Penatalaksanaan Varisela di


Indonesia. Dalam: Penatalaksanaan Infeksi Herpes Virus Humanus di Indonesia 2011.
Surabaya: Arilangga University Press. 2011. h.47-62
10. Parmet S. Chicken Pox. In: JAMA (The Journal of the American Medical Association).
vol. 294; 7. 2005.

19

Anda mungkin juga menyukai