Definisi
Infeksi akut oleh virus Varisela zoster yang bersifat sembuh sendiri, mengenai kulit dan
mukosa, yang ditandai dengan gejala konstitusi (demam, malaise) dan kelainan kulit polimorfik
(vesikel yang tersebar generalisata terutama berlokasi di bagian sentral tubuh)
Anamnesis
Muncul bercak merah yang cepat berubah menjadi bintil berisi cairan disertai demam, nyeri
kepala dan malaise
Pemeriksaan Fisik
Kriteria Diagnosis
Ruam kulit muncul mulai dari wajah, kulit kepala dan menyebar ke tubuh. Lesi menyebar
sentrifugal (dari sentral ke perifer) sehingga dapat ditemukan lesi baru di ekstremitas,
sedangkan di badan lesi sudah berkrusta.
Lesi berupa makula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel ”dewdrop on rose
petal appearance”. Dalam beberapa jam sampai 1-2 hari vesikel dengan cepat menjadi
keruh, menjadi pustula dan krusta kemudian mulai menyembuh. Ciri khas varisela adalah
ditemukannya lesi kulit berbagai stadium di berbagai area tubuh.
Erupsi kulit terutama berbentuk vesikular: beberapa kelompok vesikel timbul 1-2 hari
sebelum erupsi meluas. Jumlah lesi bervariasi, mulai dari beberapa sampai ratusan.
Umumnya pada anak-anak lesi lebih sedikit, biasanya lebih banyak pada bayi (usia < 1
tahun), pubertas dan dewasa
Selaput lendir sering terkena, terutama mulut, dapat juga konjungtiva palpebra, dan vulva.
Diagnosis
Varicella
Diagnosis Banding
1. Hand, foot and mouth disease: pola penyebaran lebih akral, mukosa lebih banyak terkena,
sel datia berinti banyak tidak ditemukan pada pemeriksaan dengan Tzank test.
2. Reaksi vesikular terhadap gigitan serangga: seringkali berkelompok, pola penyebaran akral,
berupa urtikaria papular dengan titik di tengahnya.
3. Erupsi obat variseliformis: biasanya tanpa demam, timbul serentak dan tidak disertai
pembesaran kelenjar getah bening.
4. Dermatitis kontak, skabies impetigenisata, dermatitis herpetiformis, impetigo.
Tatalaksana
1. Topikal
Lesi vesikular: diberi bedak agar vesikel tidak pecah, dapat ditambahkan mentol 2%, bedak
kocok kalamin, zinc acetate 0,1%+pramoxine 1%, atau antipruritus lain
Vesikel yang sudah pecah/krusta: salep antibiotik
2. Sistemik:
Antivirus
Dapat diberikan pada: anak, dewasa, pasien yang tertular orang serumah, neonatus dari ibu
yang menderita varisela 2 hari sebelum sampai 4 hari sesudah melahirkan. Berdasarkan
CDC, neonatus dari ibu yang menderita varisela 2-4 hari sebelum melahirkan, sebaiknya
diberikan imunoglobulin. Bermanfaat terutama bila diberikan Asiklovir: 4x10-20 mg/kg
(maksimal 800 mg/hari) selama 7 hari, dewasa: 5x800 mg/hari selama 7 hari
Simtomatik
Antipiretik : diberikan bila demam, hindari salisilat karena dapat menimbulkan sindrom Reye
Antipruritus : antihistamin yang mempunyai efek sedatif
Antivirus diberikan sedini mungkin untuk meringankan gejala dan mencegah komplikasi
Asiklovir 10 mg/kg intravena atau IV drip 3 kali sehari minimal 10 hari atau
Asiklovir 5x800 mg/hari per oral minimal 10 hari , atau
Valasiklovir 3x1 gram/hari per oral minimal 10 hari , atau
Apabila pasien diduga resisten terhadap asiklovir, dapat diberikan foscarnet 40 mg/kg IV
per 8 jam hingga lesi sembuh
Vaksinasi
Diindikasikan kepada semua pasien sehat yang tidak menunjukkan adanya imunitas terhadap
varisela, kecuali mereka memiliki kontraindikasi (alergi, imunodefisiensi parah, kehamilan).
Vaksin diberikan dua dosis 0.5 ml dengan jarak 4 minggu, pada anak usia 12 bulan, anak
remaja dan dewasa.Vaksinasi rutin kombinasi untuk campak, gondok, rubella dan varisela
diberikan pada usia 12 bulan sampai 12 tahun
Edukasi
Bila mandi, harus hati-hati agar vesikel tidak pecah.
Jangan menggaruk dan dijaga agar vesikel tidak pecah, biarkan mengering dan lepas
sendiri.
Istirahat pada masa aktif sampai semua lesi sudah mencapai stadium krustasi.
Rawat bila berat, bayi, usia lanjut dan dengan komplikasi (lama rawat inap kisaran 10 hari).
Makanan lunak, terutama bila terdapat banyak lesi di mulut.
Komplikasi
1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar antara 5 -
10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk organisme yang virulen dan apabila
infeksi meluas dapat menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysepelas.
Organisme infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah streptococcus grup A
dan staphylococcus aureus.
2. Scar
Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau streptococcus
yang berasal dari garukan
3. Pneumonia
Dapat timbul pada anak - anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang dapat
menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella pneumonia sekitar 1 :
400 kasus
4. Neurologis
Acute postinfeksius cerebellar ataxia
Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2 - 3 minggu setelah timbulnya varicella.
Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan. Manisfestasinya berupa tidak dapat
mempertahankan posisi berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya
koordinasi dan dysarthria. Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella
Encephalitis
Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu beberapa hari setelah
timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan confusion adalah gejala yang sering
dijumpai. Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan encephalitis yang
cepat dapat menimbulkan koma. Merupakan komplikasi yang serius dimana angka
kematian berkisar 5 - 20 %. Insiden berkisar 1,7 / 100.000 penderita
Herpes zoster
Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster, timbul beberapa
bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer. Varicella zoster virus menetap
pada ganglion sensoris
Reye syndrome
Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty. Keadaan ini berhubungan
dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah digunakan acetaminophen (antipiretik)
secara luas, kasus reye sindrom mulai jarang ditemukan
Prognosis
Varisela merupakan penyakit yang self limiting
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Kepustakaan
1. Siswati AS, Rosita C, Triwahyudi D, Budianti WK, Mawardi P, Widati S, Dkk. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. PERDOSKI 2021
2. Levin MJ, Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zooster. Dalam : Kang S,
Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology. Edisi ke-9. New York : McGraw-Hill, 2019. h. 3033-58.
3. KSHI. Penatalaksanaan kelompok penyakit herpes di Indonesia. Edisi revisi. Jakarta: 2002.
4. CDC. Varicella. In Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. 13th ed.
April 2015.h.353-76.
5. Aisah S, Handoko RP. Varisela. Dalam : Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.h.128-131.
6. Klassen TP, Belseck EM, Wiebe N, Hartling L. Acyclovir for treating varicella in otherwise
healthy children and adolescent: a systematic review of randomized controlled trial. BMC
Pediatrics. 2002;2:1-9.
7. Balfour HH, Edelman CK, Anderson BS, Reed NV, Slivken RM, Marmor LH, et al. Controlled
trial of acyclovir for chickenpox evaluating time of initiation and duration of therapy and viral
resistance. RCOG. Chickenpox in Pregnancy. Green-top Guideline No. 13; 2015.
8. Tebruegge M, Kuruvilla M, Margarson I. Does the use of calamine or antihistamine provide
symptomatic relief from pruritus in children with varicella zoster infection?. Archimedes.
2006:1035-6.
9. 9. Advisory Committee on Immunization Practices. Routine Varicella Vaccination. 28 April
2021. [Disitasi 13 Mei 2021].
10. https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/varicella/hcp/recommendations.html