DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
KELAS III C KEPERAWATAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan
jenis kelamin. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi
primer VVZ pada individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak
berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun.
Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular yang disebabkan oleh
varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai
oleh adanya vesikel-vesikel.
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di
kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah
infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh,
disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta)
Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui kontak
langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Aisyah, 2003).
B. ETIOLOGI
Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau
disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula
menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis
yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan
terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin
virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian
virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z
dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat
dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan
biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
5
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Siti Aisyah (2003), Virus varisela-zoster masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi
virus ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui
darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem
retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa
inkubasi.
Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian oleh mekanisme
pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan
tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi viremia
sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut menyebabkan demam
dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh tubuh, terutama ke kulit
dan mukosa.
Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan
viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya
komplikasi varisela (pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons
imun tersebut menghentikan replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya
infeksi. Keadaan ini terutama terjadi pada pasien imunokompromais.
Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varisela terlihat, antibody (IgG, IgM,
IgA) spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada
minggu kedua atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM
dan IgA menurun lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi.
Imunitas selular terhadap VVZ juga berkembang selama infeksi dan menetap
selama bertahun-tahun.
Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ berfungsi
protektif terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi
(kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas
humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh
karena imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat
menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung lebih
lama.
6
D. MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari.
Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan
percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.
( Rampengan,2008 )
1. Stadium Prodormal
2. Stadium erupsi
7
umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat
seperti tetesan air mata/embun “tear drops”.
BAB II
A. PENATALAKSANAAN
Pasien harus diisolasikan dari orang lain, begitu juga untuk kebutuhan
sehari-harinya. Biasanya yang dilakukan adalah :
a. Isolasi untuk mencegah penularan
b. Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
c. Bila demam tinggi kompres dengan air hangat
d. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit misalnya pemberian antiseptic
pada air
e. Upayakan agar vesikel tidak pecah
1) Jangan menggaruk vesikel
2) Kuku jangan dibiarkan panjang
3) Bila hendak mengeringkan badan, cukup dengan handuk pada kulit dan
jangan digosok.
8
riwayat cacar air sebelumnya.
B. PENCEGAHAN
1. Vaksinasi
a) Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan
b) Pemberian vaksin varicella telah memberikan perlindungan
terhadap varicella hingga 70 – 100% , dan vaksin lebih efektif
apabila diberikan pada anak setelah usia 1 tahun.
2. Imunoglobin Varicella Zoster (VZIG)
a) Diberikan sebagai profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama
pada orang-orang dengan resiko tinggi.
b) Dosis yang diberikan adalah125 IU / 10 kbBB. 125 IU adalah dosis
minimal, sedangkan dosis maksimal adalah 625 IU dan diberikan
secara intramuskular.
c) VZIG hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka
kematian varicella sehingga pada orang-orang yang tidak
mengalami gangguan imunologi lebih baik diberikan vaksin
vericella.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu ( pernah menderita penyakit sejenis )
3. Riwayat alergi kulit, reaksi alergi makanan, obat serta zat kimia dan riwayat
kanker kulit
4. Kaji kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membran mukosa, kulit
kepala dan kuku
5. Kaji vital sign
6. Kaji riwayat imunisasi
7. Kaji nyeri
8. Kaji nutrisi
9. Riwayat kesehatan sekarang ( pernah kontak dengan penderita sejenis, adakah
penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah dan beberapa lama
menderita, kapan gejala terasa. )
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan malaise
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
C. Intervensi
1. DX I : Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)
NOC : Control nyeri
10
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam nyeri akut dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
11
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam kerusakan integritas
kulit dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
12
NOC : Penghematan energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam Intoleransi aktifitas
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
b. TTV dalam batas normal
c. Suhu normal
13
b. Deskripsikan tanda dan gejala umum dari penyakit
c. Identifikasi penyebab yang mungkin
d. Diskusikan terapi/perawatan
e. Instruksikan kepada pasien untuk meminimalkan efek samping
D. Evaluasi
Masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :
1. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal.
2. Krusta berkurang
3. Suhu kulit, kelembaban dan warna kulit serta membran mukosa normal alami
4. Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunder
5. Tidak terdapat kelainan neurologic
6. Tidak terjadi kelainan respiratorik.
7. Suhu tubuh normal.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh Virus Varisela Zoster yang menyerang
kulit dan mukosa. Klinis terdaoat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral.Penyakit ini disebabkan oleh virus Varisela Zoster.
Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan
penyakit Varisela, sedangkan reaktivitasnya menyebabkan Herpes Zoster.
Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,
stadium erupsi. Pasien harus diisolasikan dari orang lain, begitu juga untuk kebutuhan
sehari-harinya. Biasanya yang dilakukan adalah :
a. Isolasi untuk mencegah penularan
b. Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
c. Bila demam tinggi kompres dengan air hangat
d. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit misalnya pemberian antiseptic
pada air
e. Upayakan agar vesikel tidak pecah
1) Jangan menggaruk vesikel
2) Kuku jangan dibiarkan panjang
3) Bila hendak mengeringkan badan, cukup dengan handuk pada kulit dan
jangan digosok.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3
jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Hidayat, Aziz Alimul, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta: Salemba
Medika.
Nanda, 2011, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2010, Jakarta: EGC.
Wilkonson, Judith M, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC.
16