JOHNSON
Penyusun:
Rontika Khoir Oktavani (201920401011119)
Pembimbing:
dr. Ratna Ika Susanti, Sp. KK.
2
LATAR BELAKANG
4
TUJUAN
5
2
TINJAUAN PUSTAKA
6
DEFINISI
7
EPIDEMIOLOGI
8
ETIOLOGI
Faktor Penyebab
▰ Infeksi (virus, jamur, bakteri, dan parasit).
▰ Makanan (coklat)
▰ Obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis,
kontraseptif, klorpromazin, karbamazepin, kinin, oxicam-NSAID, dan
asetaminofen)
▰ penyakit kolagen, keganasan
▰ Kehamilan
▰ Vaksinasi
▰ Pencetus: Faktor fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X)
9
ETIOLOGI
10
Antigen
PATOGENESIS penyebab
(hapten) + karier
11
MANIFESTASI KLINIS
▰ Awal: Gejala prodromal 1-3 hari (sakit tenggorokan, pilek, batuk, sakit
kepala, demam, malaise, artralgia, mata perih, dan infeksi saluran
pernapasan) 2,4,5
13
MANIFESTASI KLINIS
atipikal dengan pusat yang gelap sering ditemukan Makula eritematosa merah kehitaman (lesi target atipikal datar)
yang semakin menyatu dan menunjukkan detasemen
▰ Pasien diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga kelompok menurut luas
total di mana epidermis terlepas atau dapat dilepas (Nikolsky positif):
1. SSJ, kurang dari 10% luas permukaan tubuh,
2. SSJ – NET overlap, antara 10% dan 30%
3. NET, lebih dari 30% BSA.
▰ Evaluasi yang tepat dari tingkat pelepasan sulit dilakukan, terutama di zona
dengan lesi bintik-bintik.
▰ Permukaan satu tangan (telapak tangan dan jari) mewakili kurang dari 1% luas
permukaan tubuh.4
▰ NET keadaan umum sakit berat dgn demam tinggi, gangguan
kardiovaskular, ketidakseimbangan metabolisme, dan nyeri hebat dan
keterlibatan organ dapat terjadi dengan cepat 16
DIAGNOSIS
17
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium
untuk evaluasi derajat keparahan dan
tatalaksana keadaan yang mengancam ▰ Diagnosis kausatif (setelah 6
jiwa minggu lesi kulit hilang , uji
▰ hematologi rutin, urea serum, tempel tertutup, uji in vitro dengan
analisis gas darah, dan gula darah drug-specific lymphocyte
sewaktu proliferation assays (LPA)
▰ Uji kultur bakteri dan kandida dari ▰ Histopatologis diagnosis
tiga area lesi kulit pada fase akut. meragukan
Biopsi kulit keratinosit apoptosis
yang jarang di lapisan suprabasal
18
DIAGNOSIS BANDING
19
PENATALAKSANAAN
20
PENATALAKSANAAN
21
KOMPLIKASI
22
PROGNOSIS
23
PROGNOSIS
24
KESIMPULAN
▰ SSJ dan NET merupakan penyakit kulit yang disebabkan karena reaksi berlebihan
tubuh terhadap alergen. Alergen dapat berupa obat, infeksi, dan bahan poten lain.
▰ Obat-obat yang sering menjadi pencetus SSJ dan NET adalah golongan antibiotik,
antikonvulsan, NSAID, dan alopurinol.
▰ SSJ dan NET dibedakan berdasarkan luas permukaan tubuh yang terkena.
▰ Gejala awal yang dapat ditemukan merupakan gejala prodromal yang tidak khas,
diikuti dengan manifestasi klinis pada kulit.
▰ Manifestasi klinis pada kulit yaitu didapatkan macula eritematous, lesi target, bula
yang kendur dengan tanda Nikolsky positif.
▰ Selain pada kulit, manifestasi juga didapatkan pada mukosa bibir.
25
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Witari, K.A. Diagnosis dan tatalaksana Sindroma Stevens-Johnson (SJS) pada anak: tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis. 2019. 10(3): 592-596. DOI:
10.15562/ism.v10i3.588
2. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. pp. 199-200
3. Anwar AN, Carolia N, Hamzah MS. 2017. Stevens Johnson Syndrome-Toxic Epidermal Necrolisis Overlap disebabkan oleh Drug Eruption Obat Anti
Tuberkulosis. Jurnal Medula. 2016. Vol. 7 No. 4. pp. 8-14
4. Mockenhaupt M, Roujeau JC. Chapter 44: Epidermal Necrolysis (Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis). In Kang S. Fitzpatrick's
Dermatology, Ninth Edition, 2-Volume Set. McGraw-Hill Education. 2019. pp. 733-745
5. Bobonich MA, Nolen ME. Dermatology for Advanced Practice Clinicians. Wolters Kluwer. 2015. pp. 279-285
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI. 2017.
7. Schwartz RA, McDonough PH, Lee BW. Toxic Epidermal Necrolysis: Part II. Prognosis, Sequelae, Diagnosis, Differential Diagnosis, Prevention, and
Treatment. J Am Acad Dermatol. 2013. Vol. 69(2):187.e1-16; quiz 203-4.
8. Suwarsa O, Yuwita W, Dharmadji HP, Sutedja E. Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis in Dr. Hasan Sadikin General Hospital
Bandung, Indonesia from 2009-2013. Asian. Pac. J. Allergy Immunol. 2016
9. Creamer D, Walsh SA, Dziewulski P, et al. UK Guidelines for The Management of Stevensjohnson Syndrome/Toxic Epidermal Necrolysis in Adults 2016. Br
J Dermatol. 2016. 174:pp1194- 1227.
10. Lee HY, Lim YL, Thirumoorthy T et al. The Role of Intravenous Immunoglobulin in Toxic Epidermal Necrolysis: A Retrospective Analysis Of 64 Patients
Managed in A Specialized Centre. Br J Dermatol. 2013; 169:1304–9.
11. Ye L, Zhang C, Zhu Q. The Effect of Intravenous Immunoglobulin Combined with Corticosteroid on the Progression of Stevens-Johnson Syndrome and
27
Toxic Epidermal Necrolysis: A Meta-analysis. PLos One. 2016;1-17.
THANKS!
Any questions?
28