Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. PENGERTIAN
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina
lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh.
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai
dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue
Haemoragic Fever ( DHF ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty.
II. TANDA DAN GEJALA
 Meningkatnya suhu tubuh
 Nyeri pada otot seluruh tubuh
 Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
 Suara serak
 Batuk
 Epistaksis
 Disuria
 Nafsu makan menurun
 Muntah
 Petekie
 Ekimosis
 Melena
III. PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,


terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya


cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.
Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80  120/100 
120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
IV. PENYIMPANGAN KDM
Virus Dangue

Meningkatnya sel point Depresi sumsum tulang Reaksi


antigen dan antibodi
Stimulasi di hipotalamus Manifestasi perdarahan
Peningkatan permeabelitas
Suhu tubuh meningkat Kehilangan cairan pembuluh darah

Risiko syok
Hipertermi hipovolemik
Risiko Perubahan Perfusi
Perdarahan jaringan perifer
Syok

Kematian Aliran darah melambat

Organ tubuh tidak mendapat cukup darah

Suplai O2 ke lambung menurun

Merangsang nervus vagus

Sekresi HCL meningkat

Mual dan muntah

Anoreksia
Ketidak seimbangan
cairan dari kebutuhan
Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium :

1. Trombosit menurun

2. Hematokrit meningkat 20% atau lebih

3. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga

4. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara

5. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )

6. Hiponatremia( NA rendah )

b. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi

pleura

VI. TERAPI DAN PENGOBATAN

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB <

10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan

minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-

banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang

diestimasikan sebagai berikut :

 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas,

darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;

2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba

dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer

Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan

jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam

dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi

waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam

24 jm diperhitungkan sebagai berikut :

 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.


b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi

masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka

penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang

lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB

dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL

sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi

sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam

keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat

lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma

ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang

maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

VII. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC : Fluid management
Definisi : Penurunan cairan  Fluid balance  Timbang popok/pembalut jika
intravaskuler, interstisial,
 Hydration diperlukan
dan/atau intrasellular. Ini  Nutritional Status : Food
 Pertahankan catatan intake dan
mengarah ke dehidrasi, and Fluid Intake output yang akurat
kehilangan cairan dengan Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi (
pengeluaran sodium  Mempertahankan urine kelembaban membran mukosa,
output sesuai dengan usia nadi adekuat, tekanan darah
Batasan Karakteristik : dan BB, BJ urine normal, ortostatik ), jika diperlukan
- Kelemahan HT normal  Monitor hasil lAb yang sesuai
- Haus  Tekanan darah, nadi, suhu dengan retensi cairan (BUN ,
- Penurunan turgor tubuh dalam batas normal Hmt , osmolalitas urin )
kulit/lidah  Tidak ada tanda tanda  Monitor vital sign
- Membran mukosa/kulit dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, 
membran Monitor masukan makanan /
kering
cairan dan hitung intake kalori
- Peningkatan denyut nadi, mukosa lembab, tidak ada harian
penurunan tekanan darah, rasa haus yang berlebihan
 Kolaborasi pemberian cairan IV
penurunan volume/tekanan
 Monitor status nutrisi
nadi  Berikan cairan
- Pengisian vena menurun  Berikan diuretik sesuai interuksi
- Perubahan status mental  Berikan cairan IV pada suhu
- Konsentrasi urine ruangan
meningkat  Dorong masukan oral
- Temperatur tubuh  Berikan penggantian nesogatrik
meningkat sesuai output
- Hematokrit meninggi
 Dorong keluarga untuk
- Kehilangan berat badan membantu pasien makan
seketika (kecuali pada third
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
spacing)
segar )
Faktor-faktor yang
berhubungan:  Kolaborasi dokter jika tanda
- Kehilangan volume cairan cairan berlebih muncul meburuk
secara aktif  Atur kemungkinan tranfusi
- Kegagalan mekanisme  Persiapan untuk tranfusi
pengaturan
2 Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC : Fluid management
Definisi : Retensi cairan  Electrolit and acid base  Timbang popok/pembalut jika
isotomik meningkat balance diperlukan
Batasan karakteristik :  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
- Berat badan meningkat  Hydration output yang akurat
pada waktu yang singkat Kriteria Hasil:  Pasang urin kateter jika
- Asupan berlebihan Terbebas dari edema, efusi, diperlukan
dibanding output anaskara  Monitor hasil lAb yang sesuai
- Tekanan darah berubah,  Bunyi nafas bersih, tidak dengan retensi cairan (BUN ,
tekanan arteri pulmonalis ada dyspneu/ortopneu Hmt , osmolalitas urin )
berubah, peningkatan CVP  Terbebas dari distensi vena  Monitor status hemodinamik
- Distensi vena jugularis jugularis, reflek termasuk CVP, MAP, PAP, dan
- Perubahan pada pola nafas, hepatojugular (+) PCWP
dyspnoe/sesak  Memelihara tekanan vena
nafas,  Monitor vital sign
orthopnoe, suara nafas sentral, tekanan kapiler
abnormal (Rales atau paru, output jantung dan  Monitor indikasi retensi /
crakles), kongestikemacetan vital sign dalam batas kelebihan cairan (cracles, CVP ,
paru, pleural effusion normal edema, distensi vena leher, asites)
- 
Hb dan hematokrit Terbebas dari kelelahan,  Kaji lokasi dan luas edema
menurun, perubahan kecemasan 
atau Monitor masukan makanan /
elektrolit, khususnya kebingungan cairan dan hitung intake kalori
perubahan berat jenis  Menjelaskanindikator harian
- Suara jantung SIII kelebihan cairan  Monitor status nutrisi
- Reflek hepatojugular positif  Berikan diuretik sesuai interuksi
- Oliguria, azotemia  Batasi masukan cairan pada
- Perubahan status mental, keadaan hiponatrermi dilusi
kegelisahan, kecemasan dengan serum Na < 130 mEq/l
 Kolaborasi dokter jika tanda
Faktor-faktor yang cairan berlebih muncul
berhubungan : memburuk
- Mekanisme pengaturan
melemah Fluid Monitoring
- Asupan cairan berlebihan  Tentukan riwayat jumlah dan tipe
- Asupan natrium berlebihan intake cairan dan eliminaSi
 Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati,
dll )
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan elektrolit
urine
 Monitor serum dan osmilalitas
urine
 Monitor BP, HR, dan RR
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama
jantung
 Monitor parameter hemodinamik
infasif
 Catat secara akutar intake dan
output
 Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari
odema
 Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
3 Nyeri NOC : NIC : Pain Management
Definisi :  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak
 Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan dan
 Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
pengalaman emosional yang Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
muncul secara aktual atau  Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
atau menggambarkan mampu 
menggunakan Gunakan teknik komunikasi
adanya kerusakan (Asosiasi tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
Studi Nyeri Internasional): untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
serangan mendadak atau mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi
pelan intensitasnya dari  Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
ringan sampai berat yang berkurang 
dengan Evaluasi pengalaman nyeri masa
dapat diantisipasi dengan menggunakan manajemen lampau
akhir yang dapat diprediksi nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim
dan dengan durasi kurang  Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
dari 6 bulan. (skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol nyeri
dan tanda nyeri) masa lampau
Batasan karakteristik :  Menyatakan rasa nyaman  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Laporan secara verbal atau setelah nyeri berkurang mencari dan menemukan
non verbal  Tanda vital dalam rentang dukungan
- Fakta dari observasi normal  Kontrol lingkungan yang dapat
- Posisi antalgic untuk mempengaruhi nyeri seperti suhu
menghindari nyeri ruangan, pencahayaan dan
- Gerakan melindungi kebisingan
- Tingkah laku berhati-hati  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Muka topeng  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, (farmakologi, non farmakologi
tampak capek, sulit atau dan inter personal)
gerakan kacau, menyeringai)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri menentukan intervensi
- Fokus menyempit  Ajarkan tentang teknik non
(penurunan persepsi waktu, farmakologi
kerusakan proses berpikir,  Berikan analgetik untuk mengurangi
penurunan interaksi dengan nyeri
orang dan lingkungan)  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkah laku distraksi,  Tingkatkan istirahat
contoh : jalan-jalan,  Kolaborasikan dengan dokter jika
menemui orang lain ada keluhan dan tindakan nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas tidak berhasil
berulang-ulang)  Monitor penerimaan tentang
- Respon autonom (seperti manajemen nyeri
diaphoresis, perubahan Analgesic Administration
tekanan darah, perubahan  Tentukan lokasi, karakteristik,
nafas, nadi dan dilatasi kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pupil) pemberian obat
- Perubahan autonomic  Cek instruksi dokter tentang jenis
dalam tonus otot (mungkin obat, dosis, dan frekuensi
dalam rentang dari lemah ke  Cek riwayat alergi
kaku)  Pilih analgesik yang diperlukan atau
- Tingkah laku ekspresif kombinasi dari analgesik ketika
(contoh : gelisah, merintih, pemberian lebih dari satu
menangis, waspada, iritabel,  Tentukan pilihan analgesik
nafas panjang/berkeluh tergantung tipe dan beratnya nyeri
kesah)  Tentukan analgesik pilihan, rute
- Perubahan dalam nafsu pemberian, dan dosis optimal
makan dan minum  Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
Faktor yang berhubungan : teratur
Agen injuri (biologi, kimia,  Monitor vital sign sebelum dan
fisik, psikologis) sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
4 Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
diatas rentang normal  Suhu tubuh dalam rentang Monitor IWL
normal  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan Karakteristik:  Nadi dan RR dalam rentang Monitor tekanan darah, nadi dan
 kenaikan suhu tubuh diatas normal RR
rentang normal  Tidak ada perubahan warna Monitor penurunan tingkat
 serangan atau konvulsi kulit dan tidak ada pusing kesadaran
(kejang)  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 kulit kemerahan  Monitor intake dan output
 pertambahan RR  Berikan anti piretik
 takikardi  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 saat disentuh tangan terasa
 Selimuti pasien
hangat
 Lakukan tapid sponge
Faktor faktor yang  Kolaborasipemberian cairan
berhubungan : intravena
 Kompres pasien pada lipat paha
- penyakit/ trauma
dan aksila
- peningkatan metabolisme
 Tingkatkan sirkulasi udara
- aktivitas yang berlebih
 Berikan pengobatan untuk
- pengaruh medikasi/anastesi mencegah terjadinya menggigil
-
ketidakmampuan/penuruna Temperature regulation
n kemampuan untuk
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
berkeringat
 Rencanakan monitoring suhu
- terpapar dilingkungan secara kontinyu
panas
 Monitor TD, nadi, dan RR
- dehidrasi  Monitor warna dan suhu kulit
- pakaian yang tidak tepat  Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
5 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
 Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak
 Nutritional Status : nutrient
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
cukup untuk keperluan Intake menentukan jumlah kalori dan
metabolisme tubuh.  Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik :  Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
- Berat badan 20 % atau lebih badan sesuai 
dengan Anjurkan pasien untuk
di bawah ideal tujuan meningkatkan protein dan
- Dilaporkan adanya intake  Berat badan ideal sesuai vitamin C
makanan yang kurang dari dengan tinggi badan  Berikan substansi gula
RDA (Recomended Daily  Mampumengidentifikasi  Yakinkan diet yang dimakan
Allowance) kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
- Membran mukosa dan  Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
konjungtiva pucat malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih (
- Kelemahan otot yang  Menunjukkan peningkatan sudah dikonsultasikan dengan ahli
digunakan untuk fungsi pengecapan dari gizi)
menelan/mengunyah menelan  Ajarkan pasien bagaimana membuat
- 
Luka, inflamasi pada rongga Tidak terjadi penurunan catatan makanan harian.
mulut berat badan yang berarti  Monitor jumlah nutrisi dan
- Mudah merasa kenyang, kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah  Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta  Kaji kemampuan pasien untuk
adanya kekurangan makanan mendapatkan nutrisi yang
- Dilaporkan adanya dibutuhkan
perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan Nutrition Monitoring
untuk mengunyah makanan  BB pasien dalam batas normal
- Miskonsepsi  Monitor adanya penurunan berat
- Kehilangan BB dengan badan
makanan cukup  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Keengganan untuk makan yang biasa dilakukan
- Kram pada abdomen  Monitor interaksi anak atau
- Tonus otot jelek orangtua selama makan
- Nyeri abdominal dengan  Monitor lingkungan selama makan
atau tanpa patologi  Jadwalkan pengobatan dan
- Kurang berminat terhadap tindakan tidak selama jam makan
makanan  Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh  Monitor turgor kulit
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
- Kehilangan rambut yang
 Monitor mual dan muntah
cukup banyak (rontok)
 Monitor kadar albumin, total
- Suara usus hiperaktif
protein, Hb, dan kadar Ht
- Kurangnya informasi,
 Monitor makanan kesukaan
misinformasi
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Faktor-faktor yang
 Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan :
kekeringan jaringan konjungtiva
Ketidakmampuan
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi  Catat adanya edema, hiperemik,
zat-zat gizi berhubungan hipertonik papila lidah dan cavitas
dengan faktor biologis, oral.
psikologis atau ekonomi.  Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan
 Immune Status Infection Control (Kontrol
resiko masuknya organisme  Knowledge : Infection infeksi)
patogen control  Bersihkan lingkungan setelah
 Risk control dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil :
- Prosedur Infasif  
Klien bebas dari tanda dan Pertahankan teknik isolasi
- Ketidakcukupan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
pengetahuan 
untuk Mendeskripsikan proses  Instruksikan pada pengunjung
menghindari paparan penularan penyakit, factor untuk mencuci tangan saat
patogen yang mempengaruhi berkunjung dan setelah
- Trauma penularan serta berkunjung meninggalkan pasien
- Kerusakan jaringan dan penatalaksanaannya,  Gunakan sabun antimikrobia
peningkatan paparan Menunjukkan kemampuan untuk cuci tangan
lingkungan untuk mencegah timbulnya
 Cuci tangan setiap sebelum dan
- Ruptur membran amnion infeksi
sesudah tindakan kperawtan
- Agen 
farmasi Jumlah leukosit dalam batas
normal  Gunakan baju, sarung tangan
(imunosupresan) sebagai alat pelindung
- Malnutrisi  Menunjukkan perilaku
hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik
- Peningkatan paparan selama pemasangan alat
lingkungan patogen
 Ganti letak IV perifer dan line
- Imonusupresi
central dan dressing sesuai dengan
- Ketidakadekuatan imum petunjuk umum
buatan
 Gunakan kateter intermiten
- Tidak adekuat pertahanan untuk menurunkan infeksi
sekunder (penurunan Hb, kandung kencing
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)  Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan  Berikan terapi antibiotik bila
tubuh primer (kulit tidak perlu
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan Infection Protection (proteksi
tubuh statis, perubahan terhadap infeksi)
sekresi pH, perubahan  Monitor tanda dan gejala infeksi
peristaltik) sistemik dan lokal
- Penyakit kronik  Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
7 Kurang pengetahuan NOC : NIC : Teaching : disease
Definisi :  Kowlwdge : disease process Process
Tidak adanya atau
 Kowledge : health Behavior1. Berikan penilaian tentang tingkat
kurangnya informasi Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang
kognitif sehubungan dengan  Pasien dan keluarga proses penyakit yang spesifik
topic spesifik. menyatakan pemahaman 2. Jelaskan patofisiologi dari
tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
Batasan karakteristik : prognosis dan program berhubungan dengan anatomi dan
memverbalisasikan adanya pengobatan fisiologi, dengan cara yang tepat.
masalah, ketidakakuratan  Pasien dan keluarga mampu 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
mengikuti instruksi, perilaku melaksanakan prosedur biasa muncul pada penyakit,
tidak sesuai. yang dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar 4. Gambarkan proses penyakit,
Faktor yang berhubungan  : Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
keterbatasan kognitif, menjelaskan kembali apa 5. Identifikasi kemungkinan
interpretasi terhadap yang dijelaskan penyebab, dengna cara yang tepat
informasi yang salah, perawat/tim kesehatan6. Sediakan informasi pada pasien
kurangnya keinginan untuk lainnya. tentang kondisi, dengan cara yang
mencari informasi, tidak tepat
mengetahui sumber-sumber 7. Hindari jaminan yang kosong
informasi. 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Christantie, Effendy. SKp. Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak. Edisi I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA.
http://aininurseskill.blogspot.com/2010_04_18_archive.html( diakses tanggal 2 januari 2013).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DBD


LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DHF DI RUANG AT THUUR
RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH CILACAP

Oleh :
PUTRI NURLAELI 113119066
YUNI ROFI MARDINI 113119061
R ROY INDRA S 113119072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL- IRSYAD AL -ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019/ 2020

Anda mungkin juga menyukai