a. Definisi Autisme
Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak.
Menurut Veskarisyanti (2008: 17) dalam bahasa Yunani dikenal kata autis,
“auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gajala hidup
dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.
Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan
bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga
tahun pertama kehidupan anak. Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi,
interaksi sosial, imajinasi dan sikap (Wright, 2007: 4).
b. Etiologi Autisme
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan
hanyaterbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai
autismesemakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab
neurobiologistyang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat
disebabkan oleh interaksifaktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif
selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh
negatif selama masa perkembangan otak,antara lain; penyakit infeksi yang
mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunanlogam berat dan zat kimia lain
baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan
imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan diusus (Suriviana,
2005).Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat
disebabkan karena beberapa hal antara lain:
1) Genetis abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel-selsaraf dan sel otak.
2) Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin
imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil,
misalnya ikan dengankandungan logam berat yang tinggi sehingga para
peneliti membuktikan bahwadidalam tubuh anak atisme terkandung timah
hitam dan mercury dalam kadar yangrelative tinggi.
3) Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena
adanya jamur dalamlambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor
ekonomi.
4) Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan
tubuhnya sendiri. imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri
penyakit, sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh
tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting
dalam tubuh dan menghancurkannya.
c. Faktor Resiko
Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan membedakan
usiaanak. Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
1) Usia 0-6 bulan
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive, cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu d.)
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering
tampak normal
2) Usia 6-12 bulan
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum social
5) Usia 3-5
tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Tidak ada tes khusus yang bisa mendiagnosis autisme. Sebagai gantinya,
dokter biasanya akan mendiagnosis berdasarkan laporan perilaku dan
pengamatan.
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.
g. Penatalaksanaan Autisme
1. Terapi wicara
44% syndrom down hidup sampai 60 th dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun.
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yg
m'akibatkan 80% kematian. Meningkatnya risiko terkena leukemia pada
syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yg lebih
dini akan menurunkan UHH setelah umur 44 tahun.
d. Patofisiologi Sindrom Down
Pada Sindrom Down, trisomi 21 dapat terjadi tidak hanya pada saat meiosis pada
waktu pembentukan gamet, tetapi juga saat mitosis awal dalam perkembangan
zigot. Oosit primer yang perkembangannya terhenti pada saat profase meiosis I,
tidak berubah pada tahap tersebut sampai terjadi ovulasi. Di antara waktu tersebut,
oosit mengalami non- disjunction. Pada Sindrom Down, meiosis I menghasilkan
ovum yang mengandung 21 autosom dan apabila dibuahi oleh spermatozoa
normal yang membawa autosom 21, maka terbentuk zigot trisomi 21.
Nondisjunction ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1.) Faktor Genetik
Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi
pada kelurga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi
peningkatan resiko pada keturunannya.
2.) Infeksi virus.
Rubela merupakan salah satu jenis infeksi virus tersering pada prenatal
yang bersifat teratogen lingkungan yang dapat memengaruhi
embriogenesis dan mutasi gen sehingga menyebabkan perubahan jumlah
maupun struktur kromosom.
3.) Radiasi
Radiasi merupakan salah satu penyebab dari nondisjunctinal pada Sindrom
Down. Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan Sindrom Down
pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya konsepsi.
Kecelakaan reaktor atom Chernobyl pada tahun 1986 dikatakan
merupakan penyebab beberapa kejadian Sindrom Down di Berlin.
4.) Faktor Lingkungan
Faktor risiko yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi lahir
dengan Sindrom Down adalah paparan bahan kimia, dan zat yang diterima
dari lingkungan sehari-hari selama masa kehamilan. Rokok merupakan zat
yang dapat memengaruhi pembentukan kromosom bayi sejak dalam
kandungan. Ibu yang merokok memiliki rantai kromosom yang lebih
pendek dari pada normalnya. Selain meningkatkan risiko mengandung
bayi Sindrom Down, merokok saat hamil juga dapat menyebabkan bayi
lahir dengan kelainan jantung dan otak.
5.) Kekurangan Asam Folat
Kekurangan asam folat Beberapa ahli berpendapat bahwa Sindrom ini
dapat dipicu oleh kerja metabolisme tubuh yang kurang optimal untuk
memecah asam folat. Penurunan metabolisme asam folat bisa berpengaruh
terhadap pengaturan epigenetik untuk membentuk kromosom
6.) Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang nerkaitan dengan tiroid.
Penelitian Fialkaw 1966, secara konsisten mendapatkan perbedaan
autoantibodi tiroid padaibu yang melahirkan anak dengan Sindrom
Down dengan ibu kontrol yang umurnya sama.
7.) Penuaan sel telur.
Peningkatan usia ibu berpengaruh terhadap kualitas sel telur. Pada saat
wanita memasuki usia tua, kondisi sel telur tersebut terkadang menjadi
kurang baik, sehingga pada saat dibuahi oleh spermatozoa, sel benih ini
mengalami pembelahan yang salah. Proses selanjutnya disebabkan oleh
keterlambatan pembuahan akibat penurunan frekuensi bersenggama pada
pasangan tua. Faktor selanjutnya disebabkan oleh penuaan sel
spermatozoa laki-laki dan gangguan pematangan sel sperma itu sendiri di
dalam epididimis yang akan berefek pada gangguan motilitas sel sperma
itu sendiri juga dapat berperan dalam efek ekstra kromosom 21 yang
berasal dari ayah.
8.) Usia ibu.
Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko melahirkan bayi
dengan Sindrom Down dibandingkan dengan ibu usia muda (kurang dari
35 tahun). Angka kejadian Sindrom Down dengan usia ibu 35 tahun,
sebesar 1 dalam 400 kelahiran. Sedangkan ibu dengan umur kurang dari
30 tahun, sebesar kurang dari 1 dalam 1000 kelahiran. Perubahan endokrin
seperti peningkatan sekresi androgen, penurunan kadar
hidroepiandrosteron, penurunan konsentrasi estradiol sistemik, perubahan
konsentrasi reseptor hormon, peningkatan hormon LH (Luteinizing
Hormone) dan FSH (Follicular Stimulating Hormone) secara mendadak
pada saat sebelum dan selama menopause, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya nondisjunction
9.) Usia ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan
kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan
faktor dari ibu. Selain nondisjunction, penyebab lain dari Sindrom Down
adalah anaphase lag, yaitu kegagalan dari kromosom atau kromatid untuk
bergabung ke salah satu nukleus anak yang terbentuk pada pembelahan
sel, sebagai akibat dari terlambatnya perpindahan atau pergerakan
selama anafase. Kromosom yang tidak masuk ke nukleus sel anak akan
menghilang. Ini dapat terjadi pada saat meiosis ataupun mitosis
3.) Bibir tebal dan lidah besar, kasar bercelah-celah (Scrotal tongue).
4.) Bentuk kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan orang
normal (microchephaly) dengan area datar di bagian tengkuk.
5.) Ubun-ubun berukuran lebih besar dan menutup lebih lambat (rata-
rata usia 2 tahun).
6.) Bentuk mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds).
7.) Bentuk mulut yang kecil dengan lidah besar (macroglossia) sehingga
tampak menonjol keluar.
8.) Saluran telinga bisa lebih kecil sehingga mudah buntu dan dapat
menyebabkan gangguan pendengaran jika tidak diterapi.
9.) Garis telapak tangan yang melintang lurus/horizontal (simian
crease)
11.) Jembatan hidung datar (depressed nasal bridge), cuping hidung dan
jalan napas lebih kecil sehingga anak Sindrom Down mudah mengalami
hidung buntu.
12.) Tubuh pendek. Kebanyakan orang dengan Sindrom Down tidak
mencapai tinggi dewasa rata-rata.
13.) Telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar
melintang (simian crease).
14.) Kelainan jantung bawaan sering ditemukan.
16.) Gigi geligi kecil (microdontia), muncul lebih lambat dalam urutan yang tidak
sebagaimana mestinya.
17.) spot putih di iris mata (Brushfield spots)
Anak yang mengalami sindrom down dapat mengalami komplikasi, antara lain:
1. Anak Sindrom Down lebih mudah terkena infeksi dibandingkan anak normal.
Adanya kelainan sistem pertahanan tubuh (imunitas) berkaitan dengan Sindrom
Down dihubungkan dengan proses metabolik atau kekurangan nutrisi yang akan
menjadi faktor predisposisi pencetus infeksi. Faktor lain yang berpengaruh di
antaranya kelainan struktur anatomi (misalnya saluran telinga sempit) dan
kembalinya isi perut ke mulut dapat berperan dalam peningkatan kejadian infeksi
saluran napas atas. Oleh sebab itu, anak dengan Sindrom Down tetap
memerlukan imunisasi tepat waktu sesuai jadwal seperti anak pada umumnya
untuk memperkuat sistem kekebalan di dalam tubuh
2. Masalah jantung, seperti penyakit jantung bawaan sering ditemukan
3. Gangguan hormon tiroid adalah gangguan hormon yang paling sering
dijumpai pada Sindrom Down sehingga kejadian penyakit tiroid meningkat pada
penderita anak sindrom down. Anak dengan Sindrom Down memiliki angka
kejadian tinggi untuk mengalami kelainan perkembangan seksual dan
keterlambatan pubertas di kedua jenis kelamin. Pada perempuan, dilaporkan
kelainan meliputi kekurangan gonad yang ditandai dengan terlambatnya
menstruasi pertama. Sedangkan ada laki-laki meliputi genitalia ambigu,
kriptorkismus (testis yang tidak turun), micropenis (ukuran penis kecil testis
kecil dan sperma hidup yang rendah serta pertumbuhan rambut ketiak dan janggut
yang sedikit
4. Masalah kelainan darah, seperti leukimia (penyakit dimana sel darah putih
melipat ganda tanpa terkendalikan). Leukemia yang lebih sering dijumpai pada
anak dengan sindrom down berusia kurang dari 3 tahun adalah tipe nonlimfositik
(leukemia mielositik akut/LMA).
5. Anak dengan Sindrom Down akan mengalami beberapa gejala saluran cerna
dari waktu ke waktu seperti muntah, diare, sulit buang air besar (konstipasi), nyeri
perut, dan ketidaknyamanan yang dapat hilang dengan intervensi minimal atau
bahkan tanpa terapi. Adanya penyempitan saluran cerna dan gangguan
pembentukan sebagian saluran cerna dapat menyebabkan sumbatan di usus. Salah
satu kelainan saluran cerna yang sering dijumpai pada anak Sindrom Down
dibanding anak sehat adalah penyakit Hirschsprung.
6. Pasien Sindrom Down memiliki risiko lebih besar untuk menderita penyakit
Alzheim0er’s (p0enyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
44% syndrom down hidup sampai 60 th dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun.
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yg
m'akibatkan 80% kematian. Meningkatnya risiko terkena leukemia pada syndrom
down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yg lebih dini akan
menurunkan UHH setelah umur 44 tahun.
Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) dimana kromosom nomor
21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome
memiliki 47 kromosom karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan
1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini
terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21 untuk saling memisahkan diri
saat terjadi pembelahan sel. Pada meiosis, beberapa pasang kromosom membelah
diri dan berpisah ke tempat yang berbeda, peristiwa ini disebut disjungsi.
Namun, kadang-kadang salah satu pasang tidak membelah, dan seluruhnya pergi
ke satu daerah. Ini berarti bahwa dalam sel-sel yang dihasilkan, seseorang akan
0 0
memiliki 24 kromosom dan yang lain akan memiliki 22 kromosom. Peristiwa
kecelakaan ini disebut dengan nondisjunction dan dapat terjadi pada meiosis I
atau II (lebih sering terjadi pada meiosis I. Pada sindrom down, 95% dari semua
kasus disebabkan oleh peristiwa ini, satu sel mempunyai dua kromosom 21,
bukan satu sehingga sel telur yang dibuahi akan memiliki tiga kromosom
21. Trisomi-21 menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak berbeda
dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga
mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok.
1) Terapi Fisik
Penanganan pertama yang perlu dilakukan adalah perawatan dengan terapi
fisik , termasuk aktivitas dan latihan. Terapi ini dapat
2) Terapi Bicara
3) Terapi Kerja
Ternyata, anak dengan gejala sindrom Down juga memiliki keterampilan dan bisa
mandiri. Nah, terapi kerja ini akan membantunya menemukan cara untuk
menyesuaikan tugas dan kondisi sehari-hari, sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Jenis terapi ini mengajarkan keterampilan perawatan diri, seperti
makan, berpakaian, menulis, dan menggunakan komputer.
4) Terapi Okupasi
Terapi ini mungkin menawarkan alat khusus yang dapat membantu memperbaiki
fungsi sehari-hari, seperti pensil yang lebih mudah digenggam. Terapi okupasi
dapat membantu remaja mengidentifikasi pekerjaan karir, atau keterampilan yang
sesuai dengan minat dan kekuatan mereka.
Asam folat merupakan asupan yang wajib didapatkan oleh seorang wanita yang
sedang berencana hamil atau sedang dalam fase kehamilan. Ini karena zat gizi
tersebut terbukti efektif mencegah kelainan yang mungkin terjadi pada janin,
termasuk sindrom Down.
Rokok dan alkohol dan zat kimia lainnya dapat memengaruhi kualitas sperma pria
dan sel telur pada wanita. Selain itu, paparan alkohol atau rokok selama
Anak dengan down syndrome biasanya lebih sering mengalami masalah tidur
dibandingkan dengan anak-anak lain. Penyebabnya bisa secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik misalnya karena pembesaran lidah dengan kemampuan
otot lemah sehingga memicu sleep apnea dan membuat anak berhenti bernafas
sesaat. Kondisi ini membuat merawat anak down syndrome lebih membutuhkan
kesabaran dan tenaga ekstra. Agar anak dengan down syndrome bisa tidur
nyenyak dengan cara antara lain:
1.) Ketahui Penyebab Gangguan Tidurnya
Jika penyebabnya adalah masalah fisik seperti infeksi telinga atau lainnya,
segeralah periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
2.) Tangani Penyebab Gangguan Tidurnya
Setelah tahu penyebab gangguan tidur pada anak, diskusikan dengan dokter
langkah yang perlu diambil untuk mengatasinya.
3.) Buat Pola Tidur Rutin
Buatlah pola tidur secara rutin untuk anak dan lakukanlah secara konsisten.
Membiasakan anak tidur tepat waktu setiap hari membantu anak mengatasi
masalah gangguan tidurnya.
4.) Mengatur Aktivitas
Seperti halnya anak lain, anak dengan down syndrome juga akan mudah tertidur
bila lelah. Buatlah aktivitas rutin yang cukup melelahkan, seperti mendongeng,
memakai baju tidur, atau menyikat gigi. Lakukan secara konsisten agar anak juga
mengenalnya sebagai kegiatan menjelang tidur.
5.) Ciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman
Buatlah lingkungan tidur yang nyaman bagi anak. Jika anak terlalu sering
terbangun, mungkin ruangan tidurnya terlalu dingin, terlalu banyak cahaya, atau
ada suara yang mengganggu lainnya.
Pada dasarnya, komposisi makanan anak sindrom down dengan anak normal
sama saja. Namun, yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan cara pemberian
makan pada anak dengan sindrom Down.
Pada umumnya anak-anak mendapatkan makanan padat di usia 6
bulan. Namun, anak dengan sindrom Down biasanya terlambat diberikan MPASI.
Salah satunya karena kondisi rongga mulut, tonus otot, dan terlambatnya
pertumbuhan gigi. Akibat keterlambatan ini mereka rentan anemia. Untuk
mengatasinya dokter akan memberikan suplemen zat besi. Pada anak dengan
sindrom Down yang mengalami penyakit jantung bawaan, sering mengalami
infeksi, atau masalah lain seperti leukemia, mereka membutuhkan pasokan kalori
yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kurang gizi.
Sementara itu, untuk anak dengan sindrom Down yang cenderung mengalami
kelebihan berat badan akibat kekurangan hormon tiroid, mereka membutuhkan
asupan kalori yang benar-benar sesuai (tidak berlebihan), juga pemberian
hormon tiroid agar fungsi tubuhnya bisa berlangsung sedikit lebih normal.
1.) Yang pertama, sama halnya dengan anak yang normal, Anda tetap harus
memantau tumbuh kembang sang anak, "Apakah obesitas atau tidak. Anda tetap
harus perhatikan pertumbuhannya
2.) jangan sampai lupa dan terlewat dalam memberikan imunisasi pada anak dengan
sindrom down
3.) mengembangkan minat dan bakat sang anak sindrom down. Hal ini untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan menjadikan anak tumbuh lebih
mandiri serta ahli dalam hal yang digemarinya.
Banyak anak dengan DS yang bisa menari, memasak, melukis, berenang dan
banyak lagi. Semua harus didukung sejak dini