Anda di halaman 1dari 34

AUTISM PADA

ANAK
PENDAHULUAN
▪ Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya.
▪ Keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh
bahagia. Semua orang tua mengharapkan memiliki anak yang sehat,
membanggakan, dan sempurna, akan tetapi, terkadang kenyataan yang terjadi
tidak sesuai dengan keinginan.
▪ Sebagian orang tua mendapatkan anak yang diinginkannya dan sebagian lagi
tidak.
▪ Beberapa diantaranya memiliki anak dengan kebutuhan-kebutuhan khusus,
seperti mengalami autisme.
EPIDEMIOLOGI
▪ Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan
▪ . Awal tahun1990-an, 1 : 2.000 kelahiran.(Synopsis of Psychiatry).
▪ Di Amerika Serikat pada th 2000 angka ini meningkat menjadi 1 dari 150 anak
punya kecenderungan menderita autisme (Sutism Research Institute).
▪ Di Inggris, datanya lebih mengkhawatirkan. Data terakhir dari CDC (Center for
Disease Control and Prevention) Amerika Serikat pada tahun 2002 juga
menunjukkan prevalensi autisme yang semakin membesar, sedikitnya 60
penderita dalam 10.000 kelahiran.
▪ Berdasarkan data International Congress on Autismem tahun 2006 tercatat 1 dari
150 anak punya kecenderungan autism
▪ Kelana dan Elmy (2007) menyatakan bahwa prevalensi ASD di Indonesia berkisar
400.000 anak, lakilaki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 4
: 1 (Handojo 2003).
ETIOLOGI
▪ Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun autiisme dapat terjadi dari
kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor
lingkungan.
▪ Ada berbagai teori yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya autisme yaitu :
A. Teori Biologis
a.1. Faktor Genetik
a.2. Prenatal, natal dan post natal
a.3. Neuro Anatomi
Gangguan/fungsi pada sel-sel otak selama dalam kandungan yang mungkin
disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi perdarahan atau infeksi dapat memicu
terjadinya autisme
ETIOLOGI...
▪ a.4. Struktur dan Biokimiawi Otak dan Darah
Kelainan pada cerebellum dengan sel-sel purkinje mempunyai kandungan
serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dopamin
atau upioid dalam darah
b. Teori Psikososial.
c. Faktor Keracunan Logam Berat
d. Faktor Gangguan Pencernaan, Pendengaran, dan Penglihatan
e. Autoimun tubuh
PATOFISIOLOGI
▪ Saat ini telah diketahui bahwa autisme merupakan suatu gangguan
perkembangan, yaitu suatu gangguan terhadap cara otak berkembang.
▪ Akibat perkembangan otak yang salah maka jaringan otak tidak mampu mengatur
pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta fungsi-fungsi vital dalam
tubuh.
▪ Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas di daerah-daerah
yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme yang
berbeda-beda pula.
▪ Pada beberapa bagian dijumpai adanya abnormalitas berupa substansia grisea
yang walaupun volumenya sama seperti anak normal tetapi mengandung lebih
sedikit neuron.
PATOFISIOLOGI...
▪ Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak dengan autis
adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu sebagai neurotransmiter yang
bekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel saraf.

GEJALA KLINIS
▪ Biasanya tidak ada riwayat perkembangan yang jelas, tetapi jika dijumpai
abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.
▪ Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya yang berupa tidak
adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio- emosional, yang tampak sebagai
kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan atau kurang modulasi terhadap
perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan
lemah dalam integrasi perilaku sosial, emosional dan komunikatif; dan khususnya,
kurang respon timbal balik sosio-emosional.
GEJALA KLINIS...
▪ Selain itu juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi yang berupa
kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa yang ada;
hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial;
buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan;
buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan relatif kurang dalam kreatifitas
dan fantasi dalam proses pikir;
kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan nonverbal orang
lain; hendaya dalam meggunakan variasi irama atau tekanan modulasi
komunikatif;
dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi
lisan.
GEJALA KLINIS...
▪ Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas,
pengulangan dan stereotipik.
▪ Ini berupa kecenderungan untuk bersifat kaku dan rutin dalam aspek kehidupan
sehari-hari;ini biasanya berlaku untuk kegiatan baru atau kebiasaan sehari-hari
yang rutin dan pola bermain.
▪ Terutama sekali dalam masa dini anak, terdapat kelekatan yang aneh terhadap
benda yang tidak lembut.
GEJALA KLINIS...
▪ Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin seperti
ritual dari kegiatan yang sepertinya tidak perlu;
dapat menjadi preokuasi yang stereotipikdengan perhatian pada tanggal, rute
dan jadwal;
sering terdapat stereotipik motorik;
sering menunjukkan perhatian yang khusus terhadap unsur sampingan dari
benda (seperti bau dan rasa); dan terdapat penolakan terhadap dari rutinitas atau
tata ruang dari kehidupan pribadi (perpindahan dari mebel atau hiasan dalam
rumah).
KLASIFIKASI
1. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan
A. Autisme infantil; istilah ini digunakan untuk menyebut anak autis yang
kelainannya sudah nampak sejak lahir
B. Autisme fiksasi; adalah anak autis yang pada waktu lahir kondisinya normal,
tanda-tanda autisnya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun
2. Klasifikasi berdasarkan intelektual
a. Autis dengan keterbelakangan mental sedang dan berat (IQ dibawah 50).
Prevalensi 60% dari anak autistik
b. Autis dengan keterbelakangan mental ringan (IQ 50-70) Prevalensi 20% dari
anak autis
c. Autis yang tidak mengalami keterbelakangan mental (Intelegensi diatas 70)
Prevalensi 20% dari anak autis
KLASIFIKASI
3. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial:
a. Kelompok yang menyendiri; banyak terlihat pada anak yang menarik diri, acuh
tak acuh dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku
dan perhatian yang tidak hangat
b. Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan
anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya
c. Kelompok yang aktif tapi aneh : secara spontan akan mendekati anak yang lain,
namun interaksinya tidak sesuai dan sering hanya sepihak.
KLASIFIKASI
4. Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian:
a. Prognosis buruk, tidak dapat mandiri (2/3 dari penyandang autis)
b. Prognosis sedang, terdapat kemajuan dibidang sosial dan pendidikan
walaupun problem perilaku tetap ada (1/4 dari penyandang autis)
c. Prognosis baik; mempunyai kehidupan sosial yang normal atau hampir normal
dan berfungsi dengan baik di sekolah ataupun ditempat kerja. (1/10 dari
penyandang autis)
DIAGNOSIS
▪ Ada beberapa instrumen screening untuk autisme:
1. CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), dikembangkan oleh Eric
Schopler pada awal 1970an, berdasarkan pengamatan terhadap perilaku
2. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening autisme
pada usia 18 bulan. Dikembangkan oleh Simon Baron-Cohen pada awal 1990an
untuk melihat apakah autisme dapat terdeteksi pada anak umur 18 bukan
3. 3. Autism Screening Questionnaire adalah 40 poin skala skreening yang telah
digunakan untuk anak usia 4 tahun ke atas untuk mengevaluasi kemampuan
berkomunikasi dan fungsi sosialnya
DIAGNOSIS...
Adapun untuk menegakkan diagnosis autisme dapat digunakan kriteria diagnostik
menurut DSM IV, seperti yang tertera dibawah ini.
Harus ada 6 gejala atau lebih dari 1, 2 dan 3 di bawah ini:
a) Gangguan kualitatif dari interaksi sosial (minimal 2 gejala)
 Gangguan pada beberapa kebiasaan nonverbal seperti kontak mata, ekspresi
wajah, postur tubuh, sikap tubuh dan pengaturan interaksi sosial
 Kegagalan membina hubungan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Tidak ada usaha spontan membagi kesenangan, ketertarikan, ataupun
keberhasilan dengan orang lain (tidak ada usaha menunjukkan, membawa, atau
menunjukkan barang yang ia tertarik)
 Tidak ada timbal balik sosial maupun emosional
DIAGNOSIS...
b) Gangguan kualitatif dari komunikasi (minimal 1 gejala)
 Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa yang diucapkan (tidak
disertai dengan mimik ataupun sikap tubuh yang merupakan usaha alternatif untuk
kompensasi)
 Pada individu dengan kemampuan bicara yang cukup. terdapat kegagalan
dalam kemampuan berinisiatif maupun mempertahankan percakapan dengan
orang lain.
 Penggunaan bahasa yang meniru atau repetitif atau bahasa idiosinkrasi
 Tidak adanya variasu dan usaha untuk permainan imitasi sosial sesuai dengan
tingkat perkembangan
DIAGNOSIS...
c) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat
dan aktivitas (minimal 1 gejala)
 Kesibukan (preokupasi) dengan satu atau lebih pola ketertarikan stereotipik
yang abnormal baik dalam hal intensitas maupun fokus
 Tampak terikan kepada rutinitas maupun ritual spesifik yang tidak berguna
 Kebiasaan motorik yang stereotipik dan repetitif (misalnya mengibaskan atau
memutar-mutar tangan atau jari, atau gerakan tubuh yang kompleks)
 Preokupasi persisten dengan bagian dari suatu obyek B. Keterlambatan atau
fungsi yang abnormal tersebut terj
DIAGNOSIS...
B. Keterlambatan atau fungsi yang abnormal tersebut terjadi sebelum umur 3 tahun,
dengan adanya gangguan dalam 3 bidang yaitu: interaksi sosial; penggunaan
bahasa untuk komunikasi sosial; bermain simbol atau imajinasi.
C. Kelainan tersebut bukan disebabkan oleh penyakit Ret disintegratif (sindrom
Heller)t atau gangguan
PENATALAKSANAAN
▪ secara terpadu, meliputi semua disiplin ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater,
dokter anak, neurolog, dokter rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga
pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial)
▪ Penatalaksanaan:
A. Non Medikamentosa
B. medikamentosa
TERAPI NON
MEDIKAMENTOSA
1. Terapi Perilaku (ABA, LOVAAS, TEACCH, Son-rise)
2. Terapi Wicara
3. Terapi okupasi
4. Terapi okupasi
5. Terapi Bermain
6. Terapi Melalui Makan(diet therapy)
TERAPI
7. Terapi integrasi sensoris
8. Terapi Integrasi Auditori,
9. Terapi Anggota Keluarga
10. Terapi Sosial
11. Terapi Perkembangan RDI (Relationship Developmental Intervention) terapi
perkembangan.
12. Media Visual
TERAPI AUSTISM

Terapi Terapi
okupasi perilaku

Terapi
wicara
TERAPI MEDIKAMENTOSA
A. Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik adalah
dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat juga dengan agonis
alfa adrenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.
Neuroleptik
✔ Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan agresifitas dan agitasi
✔ Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat menurunkan agresifitas,
hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.
✔ Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan dalam hubungan sosial, atensi
dan absesif.
TERAPI MEDIKAMENTOSA...
Agonis reseptor alfa adrenergik
Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan hiperaktifitas.
Beta adrenergik blocker
Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama yang disertai dengan agitasi
dan anxietas.
B. Jika perilaku repetitif menjadi target terapi Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI
dapat dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri,
resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas tinggi.
C. Jika inatensi menjadi target terapi Methylphenidat (Ritalin, Concerta) dapat
meningkatkan atensi dan mengurangi destruksibilitas.
D. Jika insomnia menjadi target terapi
Dyphenhidramine (Benadryl) dan neuroleptik (Tioridazin) dapat mengatasi keluhan
ini.
TERAPI MEDIKAMENTOSA...
TERAPI MEDIKAMENTOSA...
E. Jika gangguan metabolisme menjadi problem utama
Ganguan metabolisme yang sering terjadi meliputi gangguan pencernaan, alergi
makanan, gangguan kekebalan tubuh, keracunan logam berat yang terjadi akibat
ketidak mampuan anak-anak ini untuk membuang racun dari dalam tubuhnya.
Intervensi biomedis dilakukan setelah hasil tes laboratorium diperoleh. Semua
gangguan metabolisme yang ada diperbaiki dengan obat- obatan maupun
pengaturan diet.
PROGNOSIS
▪ Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan terspesialisasi serta
pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme.
▪ Autisme tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal.
▪ Penderita autis yang dideteksi dini serta langsung mendapat perawatan dapat
hidup mandiri tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang diderita dan
berapa umurnya saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai