TINJAUAN PUSTAKA
insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada pada rentang normal. Karena insulin masih tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes melitus tipe 2 dianggap sebagain non insulin dependent
Diabetes melitus yang terjadi akibat kerusakan atau destruksi sel beta
terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
6
7
didalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
insulin absolut.
tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik
dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
melitus. Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
b. Keluhan lain: lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
(GDP) ≥126 mg/dl. Gula darah puasa adalah kondisi dimana pasien tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(Kemenkes, 2018).
Komplikasi akut yang sering dialami oleh pasien diabetes melitus adalah
terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu.
Kadar gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis (Fatimah, 2015).
dibawah normal (<70 mg/dl) (ADA, 2012). Hipoglikemia dapat dialami oleh semua
penderita diabetes melitus yang sedang dalam terapi pengendalian kadar gula darah,
dengan pasien DM tipe 2. Tidak seperti nefropati diabetik atau retinopati diabetik
9
yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia dapat terjadi secara akut dan tiba-tiba
pada kadar gula darah yang lebih tinggi di bandingkan dengan orang normal,
sedangkan dengan pasien diabetes yang mengalami pengendalian gula darah yang
ketat dapat mentoleransi kadar gula darah tanpa mengalami gejala hipoglikemia.
Tanda dan gejala hipoglikemia merupakan akibat dari aktivitas sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien usia lanjut dan pasien yang mengalami
sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari bahwa kadar gula
keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada pasien diabetes tipe 1 maupun diabetes
tipe 2. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk
otak. Efek hipoglikemia dapat terkait dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya dapat menyimpan cadagan
glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu,
fungsi otak normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
menjadi menurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa
ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak, yang akan
kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, seperti penurunan kosentrasi
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
oleh organ perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi
glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah
glucagon yang diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan
glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada
kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula
2010). Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin,
yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh
perilaku dan pola bicara yang abnormal. Menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang
sadar.
pengobatan dilanjutkan.
atau D10%.
15
20%.
c. Selanjutnya monitoring gula darah setiap 1-2 jam jika masih terjadi
(PERKENI, 2015).
penanganan sementara.
samping.
2015).
cukup umum, namun diagnosis pada rentang usia ini sulit diidentifikasi. Karena
didominasi oleh gejala neurologis daripada gejala otonom, gejala yang muncul seperti
lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipoglikemia (Abdelhafiz,
Menurut Shufyani (2017), menjelaskan bahwa pasien yang berusia lansia (60
tahun- 74 tahun) yang mengalami hipoglikemia sebanyak 30 pasien, usia dewasa (45
tahun- 59 tahun) sebanyak 7 pasien. Pada kelompok usia yang lebih muda
menunjukkan respon yang lebih cepat terhadap gejala hipoglikemia. Artinya pasien
usia muda memiliki kemampuan untuk mengenali gejala hipoglikemia lebih baik
paling banyak di antara pasien yang mengalami diabetes melitus tipe 2. Resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun. Lansia lebih beresiko
Kategori lanjut usia terbagi menjadi beberapa kelompok menurut WHO, yaitu :
membrane plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat latihan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah
dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-
kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol total serta trigliserida. Aktivitas fisik/
pada jaringan hepar dan perifer, meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan
kardiovaskuler.
Namun pada pasien diabetes dengan mengendalikan gula darah yang intensif,
terjadi saat berolahraga, sesaat setelah berolahraga, atau beberapa jam setelah
(Budidharmaja, 2013).
18
Melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo kota Surabaya sebagian besar
berolahraga dan lainnya. Karena sebagian besar responden mengaku sudah tidak
disimpulkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan kadar gula darah, tetapi jika
terlalu sering dan tanpa ada asupan makanan akan mengakibatkan hipoglikemia.
makan)
Sehingga untuk mencegah hipoglikemia pada malam hari maka pasien perlu diedukasi
untuk selalu menjaga kadar gula tengah malam diusahakan sekitar 120-180mg/dL.
Pasien juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan pada malam hari seperti
karbohidrat yang lambat dicerna (sus, roti, pisang, apel dan protein) (Ristanto, 2015).
19
anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang
beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya
adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang
sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan,
Jenis dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J (Priyoto, 2015). Prinsip
Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena
memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar gula
dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus mengikuti
jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus diikuti interval 3
jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan selingan atau snack. Itu
berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak boleh makan makanan yang berat
seperti nasi dan kue sampai jadwal makan siang. Pasien hanya diperkenankan makan
snack yang berupa potongan kecil makanan rendah karbohidrat dalam selang waktu 3
jam setelah sarapan dan 3 jam setelah snack penderita boleh makan makanan utama
lagi, begitu samapai makan malam. Pada malam hari tidak diperkenankan makan lagi
setelah makan malam. Contoh jadwal makan pasien adalah makan pasien adalah
sebagai berikut :
Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa
terjadi hipoglikemia atau rendahnya gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala seperti
pusing, mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum air gula atau
the manis.
Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan diet.
Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena makanan
tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis. Makanan-makanan yang
harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti yang mengandung banyak gula,
selai, es krim, permen, susu manis, buah- buhan yang berasa manis dan tentu saja
gula. Sementara itu makanan yang dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi sayuran
Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh sebab
itu tubuh tidak membutuhkan banyak tambahan gula.Dan ketika pasien DM makan,
maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka jumlah makanan yang
boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa dihitung dengan IMT (Index Masa
Tubuh) yang didapat dengan membagi berat badan dan tinggi badan.Jika IMT
Untuk orang obesitas kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat badan.
21
asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-
10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun berat badan
idaman tidak tercapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai secara baik
Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan
1. Karbohidrat
Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti
mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-
berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
tinggi.
2. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan
3. Protein
protein untuk diabetes 15-20% energy. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg berat badan / hari atau 10% dari kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati
pada orang dewasa dan 655 hendaknya bernilai biologis tinggi. Sumber protein yang
baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, prpduk susu rendah
4. Total lemak
jenuh <7% kebutuhan energy dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energy,
merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin diet disiplidemia.Tujuan
23
utama pengurangan kosumsi lemka jenuh dan kolestrol adalah untuk menurunkan
5. Garam
Anjuran asupam untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan
natrium/hari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber utam anatrium antara
responden mempunyai pola makan yang cukup baik. Berdasarkan umur, hampir
sebagian reponden berumur 46-55 (38%), karena semakin tinggi umur semakin tinggi
juga keperluan asupan gizinya. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden
makanan manis seperti coklat, gula dan jajanan siap saji dibandingka laki-laki.
Sehingga dapat dilihat bahwa asupan makanan juga dapat berpengaruh terhadap
pola makan nilai p= 0,031 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pasien
dengan pola makan sehat dan pasien dengan pola makan tidak sehat. Pola makan
merupakan salah satu komponen yang penting dalam menjaga agar tubuh dalam
yaitu kondisi glukosa darah yang rendah tetapi tidak apa-apa. Fenomena ini akibat
tidak akan merasakan gejala awal hipoglikemia, yang tentunya akan membahayakan
sedangkan 13 (38,2%) pasien belum pernah mengalami gula darah rendah yang
mampu melakukan deteksi hipoglikemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,951
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pasien yang pernah
mengalami penurunan gula darah dengan pasien yang belum pernah mengalami
2.3.5 Sulfonilurea
tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4 inhibitor, glucagon-like peptide-I, golongan glinide,
kota Depok dan 1 pasien di rawat di rumah sakit di Jakarta diperoleh bahwa
hipoglikemia pada pasien sering terjadi pada saat pasien lupa makan tetapi tetap
mengkonsumsi obat sulfonylurea. Mereka megganggap bahwa obat oral yang mereka
mengkonsumsi obat pagi dan sore tanpa diikuti dengan asupan makanan yang sesua.
25
2.3.6 Pengetahuan
Pada pasien yang memiliki pengetahuan yang tinggi ditemukan kejadian hipoglikemia
yang lebih rendah, karena dapat menghindari penyebab dan mengontrol penyebab
(83,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik, dan 6 pasien (16,2%)
memiliki tingkat pengetahuan baik. Sehingga dapat dilihat bahwa tingkat kemampuan
Sedangkan diantara pasien yang berpengetahuan baik, sebanyak 11 (50%) pasien yang
mampu melakukan deteksi hipoglikemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,323
berpengetahuan baik.
Wanita memiliki resiko hipoglikemia lebih besar daripada pria. Pada keadaan
glukosa darah stabil/ normal kadar epinephrine atau glucagon menunjukkan level yang
sama antara wanita dan pria, namun pada keadaan hipoglikemia terjadi peningkatan
kadar epinephrine dan glucagon lebih besar pada pria daripada wanita, sehingga
26
disimpulkan bahwa pria memiliki respon yang lebih cepat daripada wanita (Sunaryo,
2008)
glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya asupan kalori. Pada
gangguan fungsi ginjal dapat terjadi penurunan kebutuhan insulin karena perubahan
pada metabolisme dan ekskresi insulin (insulin clearance). Insulin eksogen secara
normal dimetabolisme oleh ginjal. Pada gangguan fungsi ginjal, waktu paruh insulin
2013).
glukagon pada penderita diabetes melitus yang lama menyebabkan hilangnya glucose
kedalam fase yang lebih berat. Pasien diabetes melitus yang telah berlangsung lama