Anda di halaman 1dari 31

DIABETES MELITUS

Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes di Indonesia
RISKESDAS, KEMENKES RI Top 10 countries or territories for number of adults (20–79 years) with
diabetes in 2019, 2030 and 2045 (Diabetes Atlas, 2019)

10.9

12
6.9 9.4
5.7
10
8 4.2 4.5
6
4
1.5 2.4
2
1.5
0
2007
2013
2018

D-DM UD-DM T-DM

Tahun 2018: 86%


tidak tahu terjangkit DM
Patogenesis
The Egregious Eleven
11. Sistem imun 10. Lambung 2. Sel alfaa pankreas
Disregulasi/inflamasi Percepatan pengosongan Penurunan sekresi glukagon

3. Sel lemak Amylin meningkat


Peningkatan
lipolisis

4. Otot
Penurunan utilasi glukosa

1. Sel beta pankreas


Hiperglikemia
Penurunan sekresi insulin
5. Hati
Peningkatan Efek inkretin menurun
produksi glukosa

6. Otak 7. Kolon/Mikrobiota 8. Usus halus 9. Ginjal


Disfungsi Abnormal Peningkatan absorpsi glukosa Peningkatan reabsorpsi glukosa
neurotransmiter mikrobiota
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus
Klasifikasi Deskripsi
Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, umumnya berhubungan dengan defisiensi insulin absolut
• Autoimun
• Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Diabetes melitus gestasional Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum
kehamilan tidak didapatkan diabetes

Tipe spesifik yang berkaitan dengan • Sindroma diabetes monogenik (diabetes neonatal, maturity – onset diabetes of the
penyebab lain young [MODY])
• Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
• Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan glukokortikoid pada
terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi
terdapat keluhan seperti: tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan
Atau
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulva pada wanita.
Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan


klasik atau krisis hiperglikemia.

Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang


terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP) dan Diabetes Control and Complications Trial assay
(DCCT).

Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard


NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil
pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati,
riwayat transfusi darah 2 - 3 bulan terakhir, kondisi-kondisi yang memengaruhi
umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai
sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan Prediabetes
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam
kelompok prediabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa
terganggu (GDPT).

• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100 –
125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam < 140 mg/dL;
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam setelah TTGO
antara 140 – 199 mg/dL dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dL
• Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
• Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c yang
menunjukkan angka 5,7 – 6,4%.
Pemeriksaan penyaring prediabetes dan DM tipe 2 pada
kelompok risiko tinggi
• Kelompok dengan berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :
• Aktivitas fisik yang kurang.
• First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga )
• Kelompok ras/etnis tertentu.
• Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4 kg atau mempunyai riwayat diabetes melitus
gestasional (DMG).
• Hipertensi (≥ 140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).
• HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL.
• Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
• Riwayat prediabetes.
• Obesitas berat, akantosis nigrikans.
• Riwayat penyakit kardiovaskular.
• Usia > 45 tahun tanpa faktor risiko di atas.
Catatan:
• Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali
pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1 tahun .
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
1. Tujuan jangka pendek:
menghilangkan keluhan DM, Edukasi
memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko
komplikasi akut. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
2. Tujuan jangka panjang:
mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit
Latihan Fisik
mikroangiopati dan
makroangiopati. Terapi Farmakologis
3. Tujuan akhir: turunnya
morbiditas dan mortalitas DM.
Hentikan Merokok
Edukasi :
Dapat dilakukan di
berbagai media
Materi tentang perjalanan penyakit DM.
Materi Edukasi
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.

Penyulit DM dan risikonya.

Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.


Tingkat Pelayanan
Kesehatan Primer Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau
insulin serta obat-obatan lain.

Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika alat pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).

Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia

Pentingnya latihan jasmani yang teratur

Pentingnya perawatan kaki.

Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan (B)


Materi Edukasi
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.


Tingkat Pelayanan
Kesehatan Lanjutan Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga prestasi)

Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, kondisi


rawat inap)
Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM.
Pemerliharaan/perawatan kaki.
Terapi Nutrisi Medis
Kebutuhan Kalori
• Kebutuhan energi basal = 25 - 30 kcal/hari/BB ideal
jumlah kebutuhan kalori tersebut ditambah atau dikurangi tergantung dari beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, usia, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.

• BBI (berat badan ideal) :


Rumus Broca: 90% (TB [cm] – 100) x 1 kg

Bagi pria dengan TB < 160 cm dan wanita < 150 cm rumus BBI di modifikasi.
BBI =(TB dalam cm) – 100 x 1 kg
BB normal : BBI + 10 %
Kurus : kurang dari BBI – 10 %
Gemuk : lebih dari BBI + 10 %

• IMT = BB (kg)/TB (m2). Klasifikasi IMT : BB kurang < 18,5


BB normal 18,5 – 22,9
BB lebih > 23. dengan resiko : 23,0 – 24,9
Obes I : 25,0 – 29,9
Obes II : > 30
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori :
• Jenis kelamin
kebutuhan kalori basal perhari wanita 25 kal /kgBB sedangkan pria 30 kal/kgBB

• Usia
Usia diatas 40 tahun, di kurangi 5 % untuk setiap decade antara 40 – 59 tahun
Usia 60 – 69 tahun, di kurangi 10 %
Usia > 70 tahun, dikurangi 20 %

• Aktivitas fisik atau pekerjaan.


Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan 10% dari kebutuhan basal diberikan pada keadaan istirahat.
Penambahan 20% pada pasien dengan aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga.
Penambahan 30% pada aktivitas sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang.
Penambahan 40% pada aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan latihan.
Penambahan 50% pada aktivitas sangat berat: tukang becak, tukang gali.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori : (sambungan….)

• Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik (sepsis, operasi, trauma).

• Berat Badan
Gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20- 30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
Kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal
perhari untuk pria.
Kebutuhan kalori terhitung
• dibagi dalam 3 porsi besar :
makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%).
• 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya..
Komposisi makanan yang dianjurkan
• Karbohidrat 45 - 65% total kalori
• Serat tinggi
• Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan.
• Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
• Protein 10 - 20%
• Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10 % dari kebutuhan
energi, dengan 65 % diantaranya bernilai biologik tinggi.
• Lemak 20 – 25%
• Lemak jenuh < 7%
• Lemak tidak jenuh ganda < 10%
• Lemak tidak jenuh tunggal 12 - 15%
• Kolesterol < 200 mg/hari
• Cukup vitamin & mineral
• Na : < 1500 mg/hari
Latihan/aktivitas fisik

• Pengeluaran kalori atau energi terutama


adalah dari aktifitas fisik

• Pilihlah aktifitas fisik yang sesuai dengan


usia dan waktu yang ada

• Olahraga baru dapat bermanfaat jika


dilakukan secara rutin
• Aerobik, mulai 10 menit ditingkatkan
sampai >30 menit perhari, > 4x/minggu
• Aktivitas dinaikkan intensitas dan
frekuensinya, dan lamanya paling tidak
150 menit/minggu
Tanpa
aktivit
as
fisik:
Nonton

Prinsip aktivitas fisik


TV, video
games, I- Layar: TV, -phone, video
phone dan Jarang games dan tablet
tablet,
duduk
Tidak
lebih dari Untuk meningkatkan masa
30 menit
Latihan
sampaiotot1 otot, 2-3 sesi Latihan
European Practical and Patient- Centred
jam resistensi, 2x per minggu,
Guidelines for Adult Obesity Management in (Sebagian anaerobik)
secara 2-3x/minggu terdiri dari 8-10 Latihan
Primary Care terus termasuk kelompok otot besar
Angkat berat, Latihan fitness,
menerus
fleksi, peregangan kekuatan
otot, yoga…
Latihan aerobik Aktivitas fisik seperti biasa
Berenang, aquajim, jalan, bersepeda, Jalan 4-6 km/jam tergantung
menari, judo, ski lintas alam, golf, 5x/minggu paling
tinggi badan (makin tinggi makin sedikit 30 menit
mendaki, bola basket, tenis meja, … cepat)

Aktivitas fisik sehari-hari


Setiap hari
Bersih rumah, naik tangga (hindari pakai lift), jalan dengan anjing, jalan
kaki ke tempat belanja, berkebun, berhenti pada 2-3 penghentian bus
sebelum tujuan

Schutz DD et al. Obes Facts 2019;12:40–66


Terapi Farmakologi
• Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
• Sulfonilurea, Glinid
• Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin
Sensitizers)
• Metformin, Tiazolidinedion (TZD)
• Penghambat Alfa Glukosidase
• Acarbose
• Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4
• Vildagliptin, saksagliptin, sitagliptin, linagliptin
• Penghambat enzim Sodium Glucose Co-
Transporter 2
• Empagliflozin, Dapagliflozin, Canagliflozin

Terapi farmakologis: Obat antihiperglikemia oral


Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Tersedia di
Indonesia
Golongan obat Cara kerja utama Efek samping utama Penurunan HbA1c
Metfromin Menurunkan produksi glukosa hati dan Dispepsia, diare, asidosis 1.0-1.3 %
meningkatkan sensitifitas terhadap laktat
insulin
Tiazolidinedion Meningkatkan sensitifitas terhadap Edema 0.5-1.4%
insulin
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0.4-1.2%

Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0.5-1.0%

Penghambat alfa glukosidase Menghambat absorpsi glukosa di usus Flatulen, tinja lembek 0.5-0.8%

Penghambat DPP-4 Meningkatkan sekresi insulin dan Sebah, muntah 0.5-0.9%


menghambat sekresi glukagon
Penghambat SGLT-2 Menghambat reabsorpsi glukosa di Infeksi saluran kemih dan 0.5-0.9%
tubulus distal genital
Terapi farmakologis: • Insulin
Obat antihiperglikemia suntikan • Agonis reseptor GLP-1 (GLP-1RA)
• Kombinasi insulin + GLP-1 RA
Indikasi terapi insulin diabetes tipe 2

• HbA1c saat diperiksa >7.5% dan sudah • Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar,
menggunakan satu atau dua obat infark miokard akut, stroke)
antidiabetes • Kehamilan dengan DM/diabetes melitus
• HbA1c saat diperiksa > 9% gestasional yang tidak terkendali dengan
• Penurunan berat badan yang cepat perencanaan makan
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis • Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
• Krisis hiperglikemia • Kontraindikasi dan atau alergi terhadap
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis OHO
optimal • Kondisi perioperatif sesuai dengan
indikasi
Algoritma Pengelolaan DM Tipe 2 Tanpa Dekompensasi Metabolik
Sasaran kendali glukosa darah: HbA1c <7% (individualisasi)

1. Pemilihan dan penggunaan obat mempertimbangkan faktor pembiayaan, ketersediaan obat, efektivitas, manfaat kardiorenal, efek samping, efek terhadap berat badan, serta
pilihan pasien
2. Pengelolaan bukan hanya meliputi gula darah, tetapi juga penanganan faktor risiko kardiorenal yang lain secara terintegrasi.
3. Obat agonis GLP-1 dan penghambat SGLT2 tertentu menunjukkan manfaat untuk pasien dengan koorbid penyakit kardiorenal aterosklerosis, gagal jantung dan gagal ginjal.
Kedua golongan obat ini disarankan menjadi pilihan untuk pasien dengan komorbid/komplikasi penyakittersebut
4. Bila HbA1c tidak bisa diperiksa maka sebagai pedoman dipakai glukosa darah rerata yang dikonversikan ke HbA1c (poin 7 penjelasan algoritma)
Parameter Sasaran
Indeks Masa Tubuh (IMT)

• IMT (kg/m2) 18.5-22.9

Tekanan darah
Sasaran • TD Sistolik (mmHg) <140
pengendalian • TD Diastolik (mmHg) <90

diabetes Kendali glikemik

• HbA1c (%) <7 atau individual

• Gula darah kapiler puasa/sebelum makan 80-130


(mg/dL)
• Gula darah kapiler 1-2 setelah makan (mg/dL) <180

Lipid

• LDL-C (mg/dL) <100, <70 jika risiko tinggi PKV

• Triglyceride (mg/dL) <150

• HDL-C (mg/dL) <40 untuk laki-laki, <50 untuk


perempuan
• Apo-B (mg/dL) <90
Pemantauan: Kadar glukosa darah

• Tujuan pemeriksaan glukosa darah :


• Mengetahui apakah sasaran terapi telah
tercapai
• Melakukan penyesuaian dosis obat, bila
belum tercapai sasaran terapi.
• Waktu pelaksanaan glukosa darah pada saat
puasa, 1 atau 2 jam setelah makan, atau secara
acak berkala sesuai dengan kebutuhan.
• Frekuensi pemeriksaan dilakukan setidaknya
satu bulan sekali.
Pencegahan Primer DMT2:
Mereka dengan risiko tinggi
1. Faktor risiko yang tidak bisa 2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi
dimodifikasi • Berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2).
• Ras dan etnik • Kurangnya aktivitas fisik
• Riwayat keluarga dengan DM Tipe 2 • Hipertensi (> 140/90 mmHg)
• Umur: >40 tahun • Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan/atau
• Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir trigliserida > 250 mg/dL)
bayi > 4000 gram atau riwayat pernah DM • Diet tak sehat, tinggi glukosa dan rendah
gestasional serat
• Riwayat lahir dengan berat badan rendah,
< 2,5 kg

3. Faktor lain yang terkait dengan risiko DM Tipe 2


• Pasien sindrom metabolik yang memiliki riwayat TGT atau GDPT sebelumnya.
• Pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
• Pengaturan pola makan
• Meningkatkan aktivitas fisik dan Latihan jasmani
• Menghentikan kebiasaan merokok
• Kelompok risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis

Pencegahan Primer DMT2:


Perubahan gaya hidup
Pencegahan Sekunder
Terhadap Komplikasi
Diabetes Melitus

• Kendali glikemik dan faktor risiko lain


• Deteksi dini penyulit
• Penyuluhan
• Vaksinasi
• Influenza
• Hepatitis B
• Pneumokokus
• COVID-19
Pencegahan Tersier

• Mencegah kecacatan dan


meningkatkan kualitas hidup.
• Rehabilitasi dini sebelum
kecacatan menetap.
• Perlu pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi
antar disiplin yang terkait,
terutama di Rumah Sakit
Rujukan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai