Anda di halaman 1dari 33

Update Tatalaksana

Terkini Diabetes Mellitus


Dr Baringin De Samakto Sitompul, SpPD
Diabetes di Indonesia
RISKESDAS, KEMENKES RI Top 10 countries or territories for number of adults (20–79 years) with
diabetes in 2019, 2030 and 2045 (Diabetes Atlas, 2019)

10.9
12
9.4
10 6.9
5.7
8
4.2 4.5
6

4
1.5 2.4
2
1.5
0
2007
2013
2018

D-DM UD-DM T-DM

Tahun 2018: 86%


tidak tahu terjangkit DM
Prevalensi dan jumlah pasien prediabetes dan diabetes
tinggi dan tren masih meningkat

Tanpa intervensi yang baik, prediabetes akan berkembang


menjadi diabetes dan meningkatkan komplikasi penyakit
kardiovaskuler

Sebagian besar pasien tidak menyadari menderita


diabetes, sangat potensial datang dengan komplikasi
Masalah dan Tantangan
Dua-pertiga pasien tidak mencapai sasaran glikemik,
diantaranya karena kepatuhan berobat masih rendah dan Diabetes di Indonesia
akses belum merata

Komplikasi makro- dan mikrovaskuler tinggi

Biaya terbesar adalah untuk perawatan komplikasi, di satu


sisi anggaran pemerintah masih terbatas

Suastika K. Med J Indones. 2020; 29: 350–3. https://doi.org/10.13181/mji.com.205108


Definisi dan Patogenesis
Diabetes Melitus Tipe 2

11. Sistem imun 10. Lambung 2. Sel alfaa pankreas


Disregulasi/inflamasi Percepatan pengosongan Penurunan sekresi glukagon

• Definisi: Diabetes melitus


(DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik 3. Sel lemak Amylin meningkat
hiperglikemia yang terjadi karena Peningkatan
lipolisis
kelainan sekresi insulin, kerja insulin
4. Otot
atau keduanya. Penurunan utilasi Hiperglikemia
glukosa
1. Sel beta pankreas
Penurunan sekresi insulin
5. Hati
• Patogenesis: The Peningkatan Efek inkretin menurun
Egregious Eleven produksi glukosa

6. Otak 7. Kolon/Mikrobiota 8. Usus halus 9. Ginjal


Disfungsi Abnormal Peningkatan absorpsi Peningkatan reabsorpsi
neurotransmiter mikrobiota glukosa glukosa
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus

Klasifikasi Deskripsi
Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, umumnya berhubungan dengan defisiensi insulin absolut
• Autoimun
• Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Diabetes melitus gestasional Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak
didapatkan diabetes
Tipe spesifik yang berkaitan dengan • Sindroma diabetes monogenik (diabetes neonatal, maturity – onset diabetes of the young [MODY])
penyebab lain • Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
• Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS
atau setelah transplantasi organ)
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah
keluhan seperti: kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam (B)
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
Atau
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram (B)

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan


klasik atau krisis hiperglikemia.

Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang


terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP) dan Diabetes Control and Complications Trial assay (DCCT) (B)

Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP, sehingga harus hati-
hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti:
anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2 - 3 bulan terakhir, kondisi-kondisi yang memengaruhi
umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun
evaluasi.
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan Prediabetes
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi toleransi
glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

HbA1c criteria
DCCT aligned % (IFCC mmol/mol)

• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma


puasa antara 100 – 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <
140 mg/dL; Diabetes
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam ≥6.5 (≥48)
setelah TTGO antara 140 – 199 mg/dL dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dL
• Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
• Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Pre-diabetes
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4%. 5.7-6.4 (39-47)

Normal
≤5.6 (≤38)
Cara Pelaksanaan TTGO
(WHO, 1994)
• Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat
yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-
hari

• Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,


minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan

• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

• Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1.75 gram/kgBB (anak-


anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit

• Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan


2 jam setelah minum larutan glukosa selesai

• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa

• Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan


tidak merokok
Pemeriksaan penyaring prediabetes dan
DM tipe 2 pada kelompok
risiko tinggi
• Kelompok dengan berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2) yang disertai
dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :
• Aktivitas fisik yang kurang.
• First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).
• Kelompok ras/etnis tertentu.
• Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4 kg atau mempunyai riwayat
diabetes melitus gestasional (DMG).
• Hipertensi (≥ 140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).
• HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL.
• Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
• Riwayat prediabetes.
• Obesitas berat, akantosis nigrikans.
• Riwayat penyakit kardiovaskular.
• Usia > 45 tahun tanpa faktor risiko di atas. Catatan:
• Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun (E), kecuali pada kelompok
prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1 tahun (E).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan
DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi Edukasi
risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan
menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati
dan makroangiopati. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
3. Tujuan akhir: turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Latihan Fisik

Terapi Farmakologis

Hentikan Merokok
Tujuan pengelolaan diabetes

• Menghilangkan gejala • Infeksi


• Penyakit degenerative
• Mencegah komplikasi • Kanker
• Gangguan kognitif
• Depresi

Makrovaskuler
Stroke
Penyakit Jantung Koroner
Gagal Jantung
Penyakit Arteri Perifer Mikrovaskular
Mata: retinopati, katarak
Gagal Ginjal
Kelainan Saraf
Materi tentang perjalanan penyakit DM.
Materi Edukasi
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.

Penyulit DM dan risikonya.

Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.

Tingkat Pelayanan Kesehatan


Primer Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau
insulin serta obat-obatan lain.

Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri
(hanya jika alat pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).

Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia

Pentingnya latihan jasmani yang teratur

Pentingnya perawatan kaki.

Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan (B)


Terapi Nutrisi Medis
• Kebutuhan energi basal: 25-30 kcal/hari/BB ideal
• Rumus Broca: 90% (TB [cm] – 100) x 1 kg
• IMT: BB (kg)/TB (m2)

• Karbohidrat 45-65% total kalori


• Serat tinggi
• Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan.
• Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
• Protein 10-20%
• Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.
• Lemak 20 – 25%
• Lemak jenuh <7%
• Lemak tidak jenuh ganda <10%
• Lemak tidak jenuh tunggal 12-15%
• Kolesterol <200 mg/hari
• Cukup vitamin & mineral
• Na : <1500 mg/hari
Latihan/aktivitas fisik
• Pengeluaran kalori atau energi terutama
adalah dari aktifitas fisik

• Pilihlah aktifitas fisik yang sesuai


dengan usia dan waktu yang ada

• Olahraga baru dapat bermanfaat jika


dilakukan secara rutin
• Aerobik, mulai 10 menit ditingkatkan
sampai >30 menit perhari, >4x/minggu
• Aktivitas dinaikkan intensitas dan
frekuensinya, dan lamanya paling tidak
150 menit/minggu
Tanpa aktivitas fisik:

Prinsip aktivitas fisik


Nonton TV, video games, I-phone dan tablet,
duduk Layar: TV, -phone, video games dan
Jarang tablet
Tidak lebih dari 30 menit sampai 1 jam
secara terus menerus

Untuk meningkatkan masa otot, 2-3


European Practical and Patient- Centred Latihan otot sesi Latihan resistensi, 2x per minggu,
terdiri dari 8-10 Latihan termasuk
Guidelines for Adult Obesity Management (Sebagian anaerobik) 2-3x/minggu kelompok otot besar
in Primary Care
Angkat berat, Latihan fitness, fleksi,
peregangan kekuatan otot, yoga…

Latihan aerobik Aktivitas fisik seperti biasa


Berenang, aquajim, jalan, bersepeda, menari, Jalan 4-6 km/jam tergantung tinggi badan
judo, ski lintas alam, golf, mendaki, bola basket, 5x/minggu paling sedikit
(makin tinggi makin cepat) 30 menit
tenis meja, …

Aktivitas fisik sehari-hari


Setiap hari
Bersih rumah, naik tangga (hindari pakai lift), jalan dengan anjing, jalan kaki
ke tempat belanja, berkebun, berhenti pada 2-3 penghentian bus sebelum
tujuan

Schutz DD et al. Obes Facts 2019;12:40–66


• Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
• Sulfonilurea, Glinid
• Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin
Sensitizers)
• Metformin, Tiazolidinedion (TZD)
• Penghambat Alfa Glukosidase
• Acarbose
• Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4
• Vildagliptin, saksagliptin, sitagliptin, linagliptin
• Penghambat enzim Sodium Glucose Co-
Transporter 2
• Empagliflozin, Dapagliflozin, Canagliflozin

Terapi farmakologis: Obat antihiperglikemia oral


Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Tersedia di Indonesia

Golongan obat Cara kerja utama Efek samping utama Penurunan HbA1c
Metfromin Menurunkan produksi glukosa hati dan Dispepsia, diare, asidosis laktat 1.0-1.3 %
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
Tiazolidinedion Meningkatkan sensitifitas terhadap insulin Edema 0.5-1.4%

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0.4-1.2%

Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 0.5-1.0%

Penghambat alfa glukosidase Menghambat absorpsi glukosa di usus Flatulen, tinja lembek 0.5-0.8%

Penghambat DPP-4 Meningkatkan sekresi insulin dan menghambat Sebah, muntah 0.5-0.9%
sekresi glukagon
Penghambat SGLT-2 Menghambat reabsorpsi glukosa di tubulus distal Infeksi saluran kemih dan genital 0.5-0.9%
Terapi farmakologis:
Obat antihiperglikemia suntikan
Indikasi terapi insulin

• HbA1c saat diperiksa >7.5% dan sudah menggunakan


satu atau dua obat antidiabetes • Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark
miokard akut, stroke)
• HbA1c saat diperiksa > 9%
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional
• Penurunan berat badan yang cepat
yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Krisis hiperglikemia
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Algoritma Pengelolaan DM Tipe 2 Tanpa Dekompensasi Metabolik
Sasaran kendali glukosa darah: HbA1c <7% (individualisasi)

1. Pemilihan dan penggunaan obat mempertimbangkan faktor pembiayaan, ketersediaan obat, efektivitas, manfaat kardiorenal, efek samping, efek terhadap berat badan, serta pilihan
pasien
2. Pengelolaan bukan hanya meliputi gula darah, tetapi juga penanganan faktor risiko kardiorenal yang lain secara terintegrasi.
3. Obat agonis GLP-1 dan penghambat SGLT2 tertentu menunjukkan manfaat untuk pasien dengan koorbid penyakit kardiorenal aterosklerosis, gagal jantung dan gagal ginjal. Kedua
golongan obat ini disarankan menjadi pilihan untuk pasien dengan komorbid/komplikasi penyakittersebut
4. Bila HbA1c tidak bisa diperiksa maka sebagai pedoman dipakai glukosa darah rerata yang dikonversikan ke HbA1c (poin 7 penjelasan algoritma)
ADA 2021 Standards of Care
Antihyperglycemic Medication in T2D: Overall Approach
First-Line Therapy is Metformin and Comprehensive Lifestyle (including weight management and physical activity)

Indicators of High-Risk or Established ASCVD, CKD or HFa NO

Consider Independently of Baseline A1C, Individualized A1C Target, or Metformin Useb

+ASCVD/INDICATORS of High Risk +HF +CKD If A1C Above Individualized Target, Proceed as Below
Particularly HFrEF DKD and NO
• Established ASCVD (LVEF <45%) Albuminuriaj
• Indicators of high ASCVD risk COMPELLING NEED TO MINIMIZE HYPOGLYCEMIA COMPELLING NEED TO MINIMIZE WEIGHT GAIN OR COST IS A MAJOR ISSUEm,n
(age≥55 years with coronary, PROMOTE WEIGHT LOSS
carotid, or lower extremity PREFERABLY DPP-4i GLP-1 RA SGLT2i TZD GLP-1 RA with
SGLT2i with
artery stenosis >50%, or LVH) SGLT2i with primary good efficacy for weight
EITHER/
SGLT2i SUf TZDn
proven benefit in OR
evidence of reducing loss l
this populationg,h,i
CKD progression
OR If A1C above If A1C above If A1C above If A1C above
EITHER/
target target target target If A1C above If A1C above If A1C above If A1C above
GLP-1 RA OR SGLT2i SGLT2i with evidence of
with with reducing CKD
target target target target
proven proven progression in
CVD CVD CVOTsg,h,j SGLT2i SGLT2i GLP-1 RA SGLT2i
benefitc benefitc GLP-1 RA with
OR OR OR OR
OR SGLT2i good efficacy for
GLP-1 RA with proven DPP-4i DPP-4i weight lossl TZDn SUf
CVD benefitc if SGLT2i not TZD TZD
If A1C above target OR
tolerated or contraindicated OR
TZD GLP-1 RA
For patients with T2D and If A1C above If A1C above
If further intensification is required CKDj (e.g., eGFR target target If A1C above If A1C above
or patient is unable to tolerate <60 mL/min/1.73 m2) and If A1C above target target target
GLP-1 RA and/or SGLT2i, choose thus at increased risk of
agents demonstrating CV benefit cardiovascular events Continue with addition of other agents listed above If quadruple therapy required or SGLT2i and/or GLP-1 RA not tolerated
and/or safety: or contraindicated, use regimen with lowest risk of weight gain.
• For patients on a GLP-1 RA, con- If A1C above target Preferably: DPP-4i (if not on GLP-1 RA) based on weight neutrality Insulin therapy basal insulin with
sider adding SGLT2i with proven EITHER/
lowest acquisition cost
CVD benefit and vice versac OR Consider addition of SUf or basal insulin: OR
GLP-1 RA SGLT2i
• TZDd
with • Choose later generation SU with lower risk of hypoglycemia If DPP-4i not tolerated or contraindicated or patient already on Consider other therapies based on
with GLP-1 RA, cautious addition of:
• DPP-4i if not on GLP-1 RA • Consider basal insulin with lower risk of hypoglycemiak cost
proven proven -SUf -TZDd - Basal Insulin
• Basal insuline
CVD CVD
• SUf
benefitc benefitc,i

To avoid therapeutic inertia reassess and modify treatment regularly (3-6 months). aActioned whenever these become new clinical considerations regardless of background glucose-lowering medications; bMost patients enrolled in the relevant trials were on metformin at baseline as glucose-lowering therapy; cProven CVD benefit means it has label indication of reducing CVD events; dLow dose may be better tolerated though less well studied for CVD effects; eDegludec or U100
glargine have demonstrated CVD safety; fChoose later generation SU to lower risk of hypoglycemia; glimepiride has shown similar CV safety to DPP-4i; gBe aware that the SGLT2 inhibitor labeling varies by region and individual agent with regard to indicated level of eGFR for initiation and continued use; hDapagliflozin, empagliflozin, and canagliflozin have shown reduction in HF and reduction in CKD progression in CVOTs. Dapagliflozin and canagliflozin have primary renal
outcome data. Dapagliflozin and empagliflozin have primary HF outcome data; iProven benefit means it has label indication of reducing HF in this population; jRefer to Section 11: Microvascular Complications and Foot Care; kDegludec/glargine U300 < glargine U100/detemir < NPH insulin lSemaglutide > liraglutide > dulaglutide > exenatide > lixisenatide; mIf no specific comorbidities (ie, no established CVD, low risk of hypoglycemia, and lower priority to avoid weight gain or no
weight-related comorbidities); nConsider country- and region-specific cost of drugs. In some countries TZDs are relatively more expensive and DPP-4i are relatively cheaper. American Diabetes Association. Diabetes Care. 2021;44(suppl 1):S1-S232.
Terapi Inisiasi dan Intensifikasi Pengobatan Injeksi pada Pasien DM
Lama yang Tidak Terkontrol dengan Kombinasi OHO

• Terapi inisiasi insulin pada pasien DM lama dengan terapi


kombinasi 2 atau 3 OHO dengan HbA1C >7,5% - <9%, dapat
dilakukan dengan beberapa regimen berikut :
1. Insulin basal dengan 10 unit/hari atau 0,2 unit per kgBB/hari (dapat
disertai atau tidak dengan pemberian OHO)
2. Co-formulation (IDegAsp) atau Premixed (30/70 atau 25/75) 1 kali
sehari dengan dosis 10 unit pada malam hari (dapat disertai atau
tidak dengan pemberian OHO)
3. Fixed ratio combination (kombinasi insulin basal dan GLP-1 RA)
seperti IdegLira atau IglarLixi dengan dosis 10 unit/hari, dapat
disertai atau tidak dengan pemberian OHO.
Terapi Inisiasi dan Intensifikasi Pengobatan Injeksi pada Pasien DM
Lama yang Tidak Terkontrol dengan Kombinasi OHO

• Terapi Intensifikasi
1. Pada kelompok dengan regimen inisiasi basal + OHO: jika HbA1c belum
mencapai target (>7%) dengan dosis insulin basal telah mencapai >0,5
unit/kgBB/hari, maka perlu dilakukan intensifikasi dengan insulin prandial 1
kali → dosis 2 kali dosis → 3 kali dosis (penambahan prandial
menyesuaikan nilai GD pre-prandial tertinggi dalam satu hari)
2. Pada kelompok dengan regimen co-formulation : jika setelah di titrasi ke
dosis optimal namun kontrol glikemik belum mencapai target, maka
intensifikasi dosis 2 kali sehari pagi dan sore
3. Pada kelompok dengan regimen premixed OD + OHO : jika GDP atau GD pre-
prandial pagi tinggi sedangkan GD siang hari normal, perlu dilakukan
intensifikasi dengan peningkatan pemberian regimen premixed dari 1 kali
sehari menjadi 2 kali sehari, dengan syarat fungsi ginjal baik.
Algoritma terapi insulin:
Pasien DM Tipe 2 + OHO (mono/dual/tripel) dengan HbA1c >7,5%

INISIASI + OPIMALISASI

CO-FORMULATION
PEMIXED OD
BASAL INSULIN Atau
(sebelum makan malam)
FIXED-RATIO COMBINATION

Dosis 10 U/hari malam


hari atau 0,2 U/kg BB

OPTIMALISASI DOSIS
Dosis maksimal 0,5 U/kgBB

INTENSIFIKASI
Algoritma terapi insulin:
Pasien DM Tipe 2 +OHO (mono/dual/tripel) dengan HbA1c >7.5%

INTENSIFIKASI

GDP atau GD pre-prandial GDP atau GD pre-prandial GDP atau GD pre-prandial


sarapan NORMAL; sarapan TINGGI; sarapan TINGGI;
GD siang hari TINGGI GD siang hari NORMAL GD siang hari TINGGI

[+] GLP-1RA [+] PRANDIAL

PEMIXED
BASAL-PLUS BASAL-BOLUS
BID→TID
1→2→3

BASAL-BOLUS
Algoritma terapi insulin:
Pasien DM Tipe 2 baru + HbA1c >9% atau GDP >250 mg/dL atau GDS >300
mg/dL, diserta gejala dekompensasi metabolic*

FIX-RATIO COMBINATION BASAL-BOLUS


CO-FORMULATION BASAL-PLUS
Insulin + GLP1-RA

Tambahkan insulin prandial pada Tambahkan insulin prandial pada


makan terbesar ketiga jadwal makan
IDegAspart IDegLira/IGlarLixi Insulin basal malam hari Insulin basal malam hari

Mulai dosis 4 U/hari Basal: 10U malam


atau 10% dosis Prandial: 4 U atau 0,1
insulin basal U/kgBB tiap sebelum
makan

OPTIMALISASI DOSIS OPTIMASI DOSIS


OD → BID OD OPTIMASI DOSIS OPTIMASI DOSIS

DEEKSKALASI

INTENSIFIKASI
Algoritma terapi insulin:
Pasien DM Tipe 2 baru + HbA1c >9% atau GDP >250 mg/dL atau GDS >300
mg/dL, diserta gejala dekompensasi metabolic*

INTENSIFIKASI

CO-FORMULATION BASAL-PLUS BASAL-BOLUS


Atau
FIX-RATIO COMBINATION

[+] PRANDIAL BASAL-PLUS BASAL-PLUS1→2→3

BASAL-BOLUS

DEEKSKALASI
Parameter Sasaran
Indeks Masa Tubuh (IMT)

• IMT (kg/m2) 18.5-22.9

Sasaran Tekanan darah

• TD Sistolik (mmHg) <140


pengendalian • TD Diastolik (mmHg) <90
diabetes Kendali glikemik

• HbA1c (%) <7 atau individual

• Gula darah kapiler puasa/sebelum makan 80-130


(mg/dL)
• Gula darah kapiler 1-2 setelah makan (mg/dL) <180

Lipid

• LDL-C (mg/dL) <100, <70 jika risiko tinggi PKV

• Triglyceride (mg/dL) <150

• HDL-C (mg/dL) <40 untuk laki-laki, <50 untuk


perempuan
• Apo-B (mg/dL) <90
Pencegahan Primer DMT2:
Mereka dengan risiko tinggi
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi 2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi
• Ras dan etnik • Berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2).
• Riwayat keluarga dengan DM Tipe 2 • Kurangnya aktivitas fisik
• Umur: >40 tahun • Hipertensi (> 140/90 mmHg)
• Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 • Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan/atau trigliserida >
gram atau riwayat pernah DM gestasional 250 mg/dL)
• Riwayat lahir dengan berat badan rendah, < 2,5 kg • Diet tak sehat, tinggi glukosa dan rendah serat

3. Faktor lain yang terkait dengan risiko DM Tipe 2


• Pasien sindrom metabolik yang memiliki riwayat TGT atau GDPT sebelumnya.
• Pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
• Pengaturan pola makan
• Meningkatkan aktivitas fisik dan Latihan jasmani
• Menghentikan kebiasaan merokok
• Kelompok risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis

Pencegahan Primer DMT2:


Perubahan gaya hidup
Pencegahan Sekunder
Terhadap Komplikasi
Diabetes Melitus

• Kendali glikemik dan faktor risiko lain


• Deteksi dini penyulit
• Penyuluhan
• Vaksinasi
• Influenza
• Hepatitis B
• Pneumokokus
• COVID-19
Pencegahan Tersier

• Mencegah kecacatan dan meningkatkan


kualitas hidup.
• Rehabilitasi dini sebelum kecacatan
menetap.
• Perlu pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi antar
disiplin yang terkait, terutama di Rumah
Sakit Rujukan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai