Anda di halaman 1dari 47

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS

DALAM PANDU PTM DI (FKTP)

PELATIHAN PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM


TAHUN 2023
DIABETES MELITUS
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan upaya pencegahan
dan pengendalian PTM Terpadu di FKTP

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
• Menjelaskan pengertian penyakit diabetes melitus dan gangguan metabolik serta
faktor risikonya
• Melakukan upaya promotif dan preventif penyakit diabetes melitus dan gangguan
metabolik
• Melakukan deteksi dini faktor risiko diabetes melitus dan gangguan metabolik
• Melakukan penanggulangan faktor risiko PTM
DIABETES DI DUNIA

2045
2030 783 juta
2021 643 juta (12,2%)
537 juta (11,3%)
(10,5%)

🔹 Asia Tenggara, wilayah Indonesia berada regional


dengan prevalensi diabetes penduduk usia 20-79
tertinggi ke-6 yaitu sebesar 90,2 juta (8,7%)
IDF, 2021
DIABETES DI INDONESIA
Tren Prevalensi
DM Tipe 2

8.5%
6.9%
5.7%

Tahun 2007 Tahun 2013 Tahun 2018

Missing Person:
2021, negara dengan jumlah penderita diabetes 1
Hanya 1 dari 4-5 orang DM tahu
tertinggi ke-5 di dunia sebesar 19,5 juta & bahwa mereka menderita DM
diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta pada 2 Missing Person:
2045 Hanya 1 dari 4-5 orang DM yang
mendapat tatalaksana di fasyankes
IDF, 2021 Riskesdas tahun 2007-2018
Pengertian

DIABETES MELITUS (DM) Merupakan suatu kelompok


penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. (ADA 2019)
Klasifikasi
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Defisiensi insulin absolut akibat destruksi sel beta. Penyebab: autoimun dan idiopatik.

2. Diabetes Melitus TIpe 2


Defisiensi insulin secara relatif, dapat berupa
 Defek sekresi insulin lebih dominan dari pada resistensi insulin
 Resistensi insulin lebih dominan dari defek sekresi insulin.

3. Diabetes Melitus Tipe lain


• Sindroma diabetes monogenic (diabetes neonatal)
• Penyakit eksokrin pancreas (fibrosis, pankreatitis)
• Karena obat/zat kimia (penggunaan glukokortikoid pada terapi HIV?AIDS atau setelah
transplantasi organ)

4. Diabetes Melitus Kehamilan (Gestasional)


diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan, dimana sebelum
kehamilan tidak didapatkan diabetes.
TANDA dan GEJALA

Diabetes ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah


Dianjurkan pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma
darah vena.

Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.


Diagnosis tidak dianjurkan atas dasar adanya glukosuria

Keluhan Klasik, yaitu:


Sering kencing (poliuri)
Cepat lapar (polifagia)
Sering haus (polidipsi)
Berat badan menurun cepat tanpa penyebab yang jelas.

Keluhan lain, yaitu: lemah badan, kesemutan, gatal. Mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita
KRITERIA DIAGNOSTIK
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. (derajat rekomendasi B)
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban 75 gram. (derajat rekomendasi B)
atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik

atau
Pemeriksaan HbA1C ≥ 6,5% dengan menggunakan metode high- performance
liquid chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). (derajat rekomendasi B)
PRE-DIABETES

Indonesia 34 juta penduduk usia 20-79 penderita prediabetes (19,8%)


International Diabetes Federation 2021,

Kriteria Glukosa Plasma Glukosa Plasma Glukosa Plasma 2 HbA1c


Sewaktu (mg/dl) Puasa (mg/dl) jam TTGO (mg/dl) (%)
Diabetes* ≥ 200 ≥ 126 ≥ 200 ≥ 6,5
Prediabetes 140 - 199 100 - 125 140 - 199 5,7 – 6,4
Normal 70 - 139 70 - 99 70 - 139 < 5,7

Menyebabkan komplikasi
Progresi menjadi Diabetes
Mengobati Pre-diabetes lebih murah dibanding Diabetes
INDIVIDU DICURIGAI PREDIABETES JIKA
MEMPUNYAI RIWAYAT BERIKUT
1. Kelebihan berat badan (IMT ≥25) dan setidaknya mempunyai 1 faktor
risiko tambahan
a. Mempunyai riwayat keluarga menderita DM
b. Wanita dengan sindrom ovarium polikistik
c. Hipertensi (≥ 140/90 mmhg atau sedang menjalani pengobatan
hipertensi)
d. Kadar kolesterol HDL <35 mg / dl dan / atau kadar trigliserida> 250
mg / dl
2. Mempunyai riwayat prediabetes sebelumnya
3. Mempunyai riwayat diabetes gestasional
DETEKSI DINI PREDIABETES DI POSBINDU
DETEKSI DINI PREDIABETES DI FKTP
DETEKSI KOMPLIKASI DM

Penapisan komplikasi sebaiknya dilakukan pada setiap pasien


yang baru terdiagnosis DM tipe 2 melalui pemeriksaan:
1.Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, kolesterol
LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
2.Tes fungsi hati: albumin, globulin, SGOT, SGPT
3.Tes fungsi ginjal: ureum serum, kreatinin serum dan laju filtrasi
glomerulus (LFG)
4.Tes urin: urinalisa rutin, albumin urin kuantitatif, rasio
albumin-kreatinin
5.Elektrokardiografi (EKG)
6.Pemeriksaan funduskopi dan atau foto fundus digital untuk
melihat retinopati diabetik
KOMPLIKASI DIABETES
Stroke
Katarak
Retinopati Premature coronary artery
Diabeteikum disease (angina, Miokard
Blindness Infark, Gagal Jantung)

Autonomic
Nephropathy
(Gastroparesis, diarrhea)
(renal failure)

Impotence

Peripheral
Vascular Disease
(amputation)

Peripheral
Neuropathy (pain,
loss of sensation
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
DI FKTP

16
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe II
(Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) :
KMK No.01.07/MENKES/603/2020)
PENATALAKSANAAN DM TIPE-2

Konseling dan edukasi


a. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
b. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga, menghindari rokok, dan
menjaga pola makan.
c. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur

Perencanaan makan
Perencanaan pola makan bersifat individual karena tidak ada pola makan dengan jumlah dan jenis
pilihan makanan yang sama yang sesuai untuk semua pasien
Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pasien DM perlu diberikan penekanan pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi: 18


 Karbohidrat 45 – 65 %
 Protein 15 – 20 %
PENATALAKSANAAN DM TIPE-2
Latihan Fisik
Kegiatan atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan fisik. Latihan fisik selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah
 Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik.
 Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total
150 menit per minggu
 Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70%
denyut jantung maksimal)
 Pada pasien DM tanpa kontraindikasi dianjurkan juga melakukan latihan beban 2-3 kali/perminggu sesuai
dengan petunjuk dokter.

19
RUJUKAN

🔹 Time: DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk :


 Dalam 3 bulan ditemukan GDP > 130 mg/dl, GDPP > 180 mg/dl atau hba1c >7 %
 Dalam terapi OAD tunggal dalam 3 bulan tidak tercapai target
 Dalam terapi kombinasi OAD dalam 3 bulan tidak tercapai target
🔹 Age : DM tipe 2 pada pasien lanjut usia
🔹 Complication: DM tipe 2 dengan komplikasi, seperti : retinopati diabetik, nefropati diabetic
🔹 Comorbidity: DM tipe 2 dengan dislipidemia, hipertensi, anemia ; DM tipe 2 dengan TBC, DM
tipe 2 dengan infeksi kaki diabetes berat (ulkus, selulitis, abses) DM tipe 2 dengan krisis
hipoglikemia yang tidak teratasi dan tidak ada perbaikan setelah tatalaksana medis dan krisis
hiperglikemia, sindrom koroner akut), DM tipe 2 dengan kehamilan

20
PENATALAKSANAAN DM DALAM JKN

Skrining Preventif Primer Klasifikasi kelompok Risiko


tinggi

Sehat/Risiko rendah Risiko Tinggi

Perilaku hidup sehat Klasifikasi kelompok


Skrining Preventif Sekunder
(edukasi, olahraga) diagnosa medis

High Risk but Diagnosa penyakit


Un-diagnosed as Chronic kronis

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder & Tersier


• Gaya hidup sehat (Disease Management Program
• Konseling pada Faskes primer  PROLANIS  PPDM - PPHT

Peserta BPJSK: Peningkatan benefit (Promotif & Preventif), Peningkatan kualitas kesehatan
Paparan Resmi PT Askes (Persero) BPJS Kesehatan: Pengelompokan & pencegahan risiko sakit dan strategi pengendalian biaya www.ptaskes.com
PROGRAM RUJUK BALIK

Permenkes No 59 Tahun 2014


PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) PADA PENYAKIT-
PENYAKIT KRONIS: Optimalisasi peran Dokter
1. DIABETES MELLITUS Layanan Primer sebagai
2. HIPERTENSI Gatekeeper sekaligus Manager
3. JANTUNG Kesehatan bagi Peserta
4. ASMA
5. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
6. EPILEPSY Transfer Of Knowledge dari
7. GANGGUAN KESEHATAN JIWA Dokter Spesialis /Sub Spesialis ke
8. STROKE, DAN Dokter Layanan Primer
9. SINDROMA LUPUS ERITEMATOSUS (SLE)
10. PENYAKIT KRONIS LAIN YANG DITETAPKAN
MENTERI KESEHATAN BERSAMA ORGANISASI Meningkatkan efektifitas
PROFESI pelayanan kesehatan bagi peserta
WAJIB DILAKUKAN BILA KONDISI PASIEN SUDAH penderita penyakit kronis
DALAM KEADAAN STABIL, DISERTAI DENGAN SURAT
KETERANGAN RUJUK BALIK YANG DIBUAT DOKTER
SPESIALIS/SUB SPESIALIS.
RUJUK BALIK

 Pelayanan obat program rujuk balik diberikan untuk penyakit kronis meliputi
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke,
dan Sindroma Lupus Eritematosus (SLE)
 Pelayanan obat program rujuk balik : MENGGUNAKAN OBAT RUJUK BALIK
YANG TERCANTUM DI FORNAS, diberikan oleh ruang farmasi, apotek atau
instalasi farmasi klinik pratama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
 Harga obat program rujuk balik yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan
mengacu pada harga dasar obat sesuai e- Catalogue ditambah biaya
pelayanan kefarmasian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG RUJUK BALIK

a. PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU;


b. PEMERIKSAAN GULA DARAH PUASA (GDP) 1 BULAN 1X
c. PEMERIKSAAN GULA DARAH POST PRANDIAL (GDPP) 1 BULAN 1X
d. PEMERIKSAAN HBA1C  3 -6 BULAN 1X
e. PEMERIKSAAN KIMIA DARAH  2X DALAM 1 TAHUN
OBESITAS

25
SITUASI OBESITAS

• PENINGKATAN PREVALENSI OBESITAS TAHUN 2010 SEBESAR 11.7%


MENJADI 15.4% TAHUN 2013 (RISKESDAS, 2013) DAN MENINGKAT
LAGI MENJADI 21.8% PADA. RISKESDAS 2018. DIPERKIRAKAN
MENINGKAT PADA TAHUN 2025 SEBESAR 50% (WHO,2011)
• OBESITAS BERKAITAN ERAT DENGAN KEJADIAN PTM DAN
MENYEBABKAN KEMATIAN PADA 2.8 JUTA ORANG DEWASA SETIAP
TAHUNNYA ( WHO, 2013)
• OBESITAS TELAH MENJADI INDIKATOR PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJMN TAHUN 2015-2019 DAN RENSTRA KEMENKES TAHUN 2020-
2024
DEFINISI

OBESITAS MERUPAKAN PENUMPUKAN LEMAK YANG BERLEBIHAN


AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN ASUPAN ENERGI (ENERGI INTAKE)
DGN ENERGI YANG DIGUNAKAN ( ENERGI EXPENDITURE) DALAM
WAKTU LAMA
KLASIFIKASI
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT = BB (kg)
TB2 (m)

Kategori IMT

Sangat Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 - < 18,5


Normal 18,5 - 25,0
Gemuk (Overweight) Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 - 27,0

Obese Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Permenkes 41 Tahun 2014


70%
Etiology

1
Social &
enviromental Behavior Environment
driver

2
Thrifty
phenotype
effects
Physiologic
and
metabolism

3
Thrifty
genotype

Genetic
effects

30%
Modified by Nugraha, 2010
HIPERTENSI METABOLIC SYNDROME DIABETES MELLITUS

Risiko akibat obesitas

JANTUNG KORONER CANCER COLON OSTEOPOROSIS


PERUBAHAN POLA
HIDUP

Aktif bergerak Latihan fisik


Malas bergerak Makanan kalori 

V
S Makanan serat , pola Kelola stress
makan seimbang
Stress Paparan
berlebihan berbahaya
Proteksi diri

31
PENGELOLAAN OBESITAS

32
STRATEGI PENGENDALIAN OBESITAS
1. TERINTEGRASI DI PROGRAM-PROGRAM SEKOLAH (USIA DINI)
2. PEMBUDAYAAN POLA MAKAN SEHAT DAN SEIMBANG
3. MENINGKATKAN POLA KONSUMSI MAKANAN OLAHAN RUMAH
DIBANDING CEPAT SAJI DAN KEMASAN
3. PENGUATAN KEBIJAKAN UNTUK MENJAMIN AKSES TERHADAP
MAKANAN SEHAT YANG TERJAMIN MUTUNYA DAN TERJANGKAU
4. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERINTEGRASI MELALUI
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DASAR
5. PENDIDIKAN KESEHATAN TERMASUK MASS-MEDIA UNTUK
MENINGKATKAN PERHATIAN DAN NORMA PERUBAHAN SOSIAL
TENTANG OBESITAS
6. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MELIBATKAN MULTISETTING
DAN MULTISEKTOR
KEGIATAN PENGENDALIAN
OBESITAS
• Promosi kesehatan peningkatkan pola makan sehat dan rendah gula,
garam, lemak guna mencegah faktor risiko PTM
• Strategi nasional penerapan pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik
untuk mencegah penyakit tidak menular ; fokus implementasi pada upaya
promosi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman serta aktivitas
fisik yang baik, benar, terukur dan teratur yang dilakukan setiap
individu dalam konteks promotif dan preventif PTM.
• Pelaksanaan pengendalian obesitas di sekolah terintegrasi UKS
• Kolaborasi dan penguatan berbagai upaya pengendalian obesitas yang ada
dimasyarakat
PENCEGAHAN DIABETES MELITUS DAN OBESITAS
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO BERAT BADAN LEBIH
DAN OBESITAS

Pengaturan pola makan Pengaturan waktu tidur

Obesitas

Pengaturan perilaku
Pengaturan aktivitas fisik mengelola
dan latihan fisik stress
36
POLA MAKAN
DIET SEHAT KALORI SEIMBANG
Batasi
GULA GARAM
LEMAK
DAMPAK KONSUMSI DAMPAK KONSUMSI DAMPAK KONSUMSI
GARAM BERLEBIH GULA BERLEBIH LEMAK BERLEBIH

12/01/2023 39
DETEKSI DINI DIABETES MELITUS DAN OBESITAS

CEK KADAR
GULA DARAH

INDEKS
CEK LINGKAR MASSA
PERUT TUBUH (IMT)
KRITERIA PENGENDALIAN DM DAN
OBESITAS
FAKTOR RISIKO BAIK BURUK
Gula Darah Puasa < 126 > 126
Gula Darah 2 Jam PP < 200 > 200
Gula Darah Sewaktu < 200 > 200
Kolesterol Darah Total < 200 > 200
Tekanan Darah < 140/90 > 140/90
Indeks Masa Tubuh (IMT) < 25 > 25
Lingkar Perut P < 90 cm W < 80cm P > 90 cm > 80 cm
PENGUKURAN BADAN LEBIH
/OBESITAS
• Pengukuran berat badan dan tinggi KLASIFIKASI OBESITAS PADA ORANG DEWASA
badan dilakukan untuk mendapatkan BERDASARKAN IMT
nilai IMT obesitas. Kategori IMT

• Penilaian imt menggunakan rumus : Kekurangan berat badan


Sangat Kurus < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
IMT = berat badan (kg) tingkat ringan
Normal 18,5 - 25,0
Tinggi badan (m)² Gemuk Kelebihan berat badan
> 25,0 - 27,0
(Overweight) tingkat ringan
• Cut off ≥ 27 penentu kategori obesitas
Kelebihan berat badan
(dewasa asia) Obese > 27,0
tingkat berat
Sumber : Permenkes no.41 thn 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
42
PEMANTAUAN BERAT BADAN DENGAN
KARTU PANTAU BB
PEMANTAUAN BERAT BADAN
DENGAN CARTA OBESITAS
• DAPAT DIUNDUH PADA :
HTTP://P2PTM.KEMKES.GO.ID/PROFIL-P2PTM/DAFTAR-INFORMASI-PUBLIK/DAFTAR-
PERATURAN-KEPUTUSAN-KEBIJAKAN-PEDOMAN-KIE-TERKAIT-P2PTM

ATAU MELALUI QR CODE


PENGUKURAN BADAN LEBIH
/OBESITAS DENGAN CARTA
PENANGGULANGAN DM
DENGAN PERILAKU CERDIK
S A L A M S E H AT

TERIMA KASIH

47

Anda mungkin juga menyukai