Anda di halaman 1dari 39

Farmakoterapi II

Studi Kasus Diabetes Melitus Tipe II


Kelompok 2B
Anggota Kelompok Topik Bahasan
Marvel Ramadhani A 119260058 Pendahuluan

Elga Olivia 119260130 Sasaran, Strategi, dan Tujuan Terapi

Ade Evry Gusti Yani 119260170 Skema Kasus

Aulia Ahsani Amalia 119260045 Analisis SOAP

Tiara Margina Loka 119260059 Pembahasan


Pendahuluan
Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik


yang terkait dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, protein dan menghasilkan
komplikasi kronik termasuk penyakit
mikrovaskular, makrovaskular, serta neuropatik
(American Diabetes Association, 2022) (Posey et
al., 2011, 1255-1256).

Secara sederhana, penyakit ini ditandai dengan


adanya hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi dari
dua kelainan tersebut
Patogenesis dan Patofisiologi
Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kerusakan
autoimun pada sel beta-pankreas yang
dimediasi oleh makrofag dan limfosit T yang
menyebarkan autoantibodi terhadap sel beta
pankreas sebagai antigen. Serangan autoimun
terhadap sel beta pankreas menyebabkan
kerusakan sebesar 80-90% dari total sel beta yang
ada.

Diabetes Melitus Tipe II


Sementara pada diabetes mellitus tipe 2, lebih
disebabkan oleh:
- Ketidakcocokan sekresi insulin
- Defisiensi atau resistensi hormon inkretin
- Resistensi insulin
- Sekresi glukagon berlebih
Epidemiologi

1. DM tipe 2 mendominasi dari seluruh


kejadian diabetes di dunia, yaitu sekitar 90%
kejadian
2. Di Amerika, prevalensi total kejadian DM tipe 2
sekitar 11,3%, pada orang di usia 20 tahun
keatas dan terus mengalami peningkatan
(Talbert et al., 2016)
3. Indonesia menempati urutan ketujuh
penderita diabetes tertinggi di tahun 2019
dengan jumlah penderita mencapai 10,7 juta
penduduk (Bingga,2021).
(International Diabetes Federation, 2021)
Etiologi

Diabetes Melitus merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan


linkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut. Disebabakan oleh
faktor genetik, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, riwayat DM, kerusakan
organ akibat komplikasi, faktor lingkungan meliputi usia, obesitas, resistensi insulin,
makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup penderita yang tidak sehat,dan faktor risiko lainnya.
Klasifikasi
Secara umum, diabetes mellitus dibedakan menjadi:
1. DM tipe 1; yang disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
2. DM tipe 2; yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin, resistensi sel terhadap insulin, atau
kombinasi dari kedua faktor
3. DM gestasional; terjadi selama trimester 2 hingga 3 kehamilan
4. Jenis lainnya; dapat terjadi karena penyakit eksokrin pada pankreas, induksi obat tertentu,
endokrinopati, infeksi rubella saat kehamilan dan cytomegalovirus, serta mutasi genetik pada sel beta-
pankreas atau insulin yang dihasilkan (Talbert et al., 2016) (American Diabetes Association, 2022)
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe-II

1. Obesitas (BMI ≥ 23 kg/m2)


2. Aktivitas fisik yang kurang
3. Faktor keturunan
4. Ras /etnis tertentu
5. Ibu hamil dengan riwayat diabetes
melitus gestasional (DMG)
6. Hipertensi
7. Riwayat Prediabetes
8. HDL <35 mg/dl atau trigliserida >250
mg/dl
9. Usia (>45 tahun)
Tanda dan Gejala

Gangguan metabolisme karbohidrat,


lemak, dan protein yang dihubungkan
dengan kekurangan secara absolut/
relatif dari kerja sekresi insulin
Polidipsia
Poliuria
Polifagia
Glikosuria
Daya penglihatan berkurang
Kram
konstipasi
Penyakit infeksi candidiasis
Diagnosis Diabetes Melitus Tipe-II

Diagnosis pada diabetes melitus secara umum


didasarkan pada kriteria:

1. HbA1c ≥ 6,5% (≥48 mmol/mol Hb)


2. Glukosa darah puasa ≥126 mg/dl (≥7,0 mmol/l)
3. Glukosa darah 2 jam setelah makan ≥200 mg/dl
(≥11,1 mmol/l)
4. Glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl (11,1
mmol/l)

Dengan tidak adanya kejadian hiperglikemia yang


jelas, kriteria a-c harus dikonfirmasi dengan tes ulang
(Talbert et al., 2016).
Sasaran, Tujuan, Strategi, dan Alogiritma Terapi
Sasaran, Tujuan, dan Strategi Terapi

Sasaran Terapi Strategi Terapi


Sasaran dari terapi pengobatan diabetes adalah Non farmakologis, meliputi diet dan perbaikan
kadar glukosa darah yang terkontrol serta asupan nutrisi, aktivitas fisik, pemantauan HbA1c
diusahakan perbaikan gizi setiap 3 bulan sekali serta edukasi pasien.

Tujuan Terapi Farmakologis, yaitu dengan pemberian obat


Menurunkan risiko komplikasi penyakit antidiabetik (tunggal atau kombinasi) di tahap awal
mikrovaskular dan makrovaskular dan insulin sebagai pilihan terakhir
Meringankan gejala Jenis obat-obatan antidiabetes
Menurunkan mortalitas Biguanide >> metformin (first line)
Meningkatkan kualitas hidup pasien (Posey, et Sulfonilurea >> glimepiride
al., 2011) Alpha glucosidase >> acarbose
DPP-4 Inhibitor
GLP1-RAs
SGLT2
Algoritma Terapi

(Perkeni, 2021)
Studi Kasus dan Analisis SOAP
Skema Kasus
Riwayat Pengobatan
Tn. G usia 66 adalah seorang pensiunan TNI,
Metformin 1 x 500 mg
memiliki 2 anak, dan saat ini tinggal bersama
Glimepiride 2 x 2 mg;
istrinya. Tn. G diketahui adalah orang yang gemar 3 bulan lalu pasien mulai mendapat tambahan terapi insulin
bersosialisasi dan melakukan aktivitas fisik akan detemir 15 unit pagi hari dan 15 unit malam hari menjelang
tetapi setelah pensiun aktivitas fisik Tn. G tidur.
berkurang. Saat ini berat badan pasien 115 kg Riwayat Keluarga
dengan tinggi badan 175 cm. Pasien didiagnosa Ayah pasien meninggal 10 tahun yang lalu karena komplikasi
mengalami diabetes melitus tipe 2 sejak 2020. diabetes. Ibu pasien memiliki penyakit hipertensi dan asma. 2
Pasien datang ke IGD rumah sakit diantar oleh anak Tn. G tidak memiliki diabetes.
istrinya dalam keadaan berkeringat, badan Obat yang Diberikan
lemas, pusing, pucat, dan badannya gemetar.
Metformin 1 x 500 mg
Pasien diketahui 3 bulan lalu memiliki glukosa Glimepiride 2 x 2 mg
darah yang tidak terkontrol dengan hasil Insulin detemir 10 unit pagi hari dan 15 unit malam hari
pemeriksaan HbA1c 8,6%. Pasien diketahui
terlewat makan sebelum mengkonsumsi obat Diagnosis
diabetes hari ini. Diabetes Melitus Tipe II
Pemeriksaan Data Lab
Parameter Nilai Lab Nilai Rujukan Keterangan Sumber

HR 109 x/menit 60-100x/menit Tinggi (Melyana, 2019)

SaO2 95% 95-100% Normal (Kemenkes, 2011)

RR 20x/menit 10-2- x/menit Normal (DiPiro, 2011)

HbA1c 7,5% <6,5% Tinggi (DiPiro, 2011)

Sistolik:<120 mmHg
Tekanan Darah 140/98 mmHg Tinggi (DiPiro, 2011)
Diastolik : <80 mmHg

GDS 50 mg/dL <200 mg/dL Rendah (DiPiro, 2011)

Suhu 37,5°C 36,1-38,0°C Normal (DiPiro, 2011)

CrCl 115 mL/min 85-135 mL/min Normal (DiPiro, 2011)


Subjektif Objektif Assesmen Plan
Subjektif Objektif Assesmen Plan
Subjektif Objektif Assesmen Plan
Subjektif Objektif Assesmen Plan
Subjektif Objektif Assesmen Plan
Pembahasan
Faktor Risiko Pasien
Obesitas Aktivitas Fisik Minim
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko dikarenakan adanya perubahan gaya hidup
dari DM tipe II. Obesitas pada pasien akibat jarang melakukan aktivitas fisik dapat
dikarenakan adanya perubahan gaya hidup menyebabkan Obesitas pada pasien yang
akibat jarang melakukan aktivitas fisik. (Handayani menjadi faktor risiko obesitas.
et al., 2018)
Usia Lanjut Hipertensi
Pasien telah berusia 66 tahun, adanya degenerasi Tekanan darah yang tinggi menyebabkan
fungsi organ khususnya pankreas dan insulin distribusi gula pada sel-sel tidak berjalan
optimal, sehingga terjadi penumpukan gula
Riwayat Keluarga dan kolesterol dalam darah. (Susilawati, 2020)
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus
diduga mempunyai gen diabetes.(Fatimah, 2012)
Obesitas
Kondisi Pasien Jenis Olahraga
BB: 115kg dengan TB: 175 cm; BMI: 37.6 Olahraga yang dapat dilakukan adalah olahraga
aerobik dengan intensitas sedang seperti
Penurunan Berat Badan
Pasien perlu menargetkan penurunan berat
badan dengan modifikasi gaya hidup intensif Pemilihan Konsumsi Pangan
selama 6 bulan
Makanan rendah lemak, konsumsi buah dan sayur, serta
Target berat padan minimal yang perlu
hidrasi yang cukup
diturunkan adalah >5% = 5-6kg berat saat ini
Hindari konsumsi alkohol

Pemantauan Defisit Kalori Catatan:


Pasien perlu menargetkan defisit kalori harian Penggunaan suplemen diet marak di pasaran namun
mulai dari 500-750 kcal belum ada pembuktian klinis bahwa suplemen klinis
Defisit kalori dapat dilakukan dengan pemilihan memberikan efek signifikan pada penurunan berat
konsumsi pangan badan
Manajemen Hipoglikemi (I)
Terapi Farmakologi
Diberikan terapi rapid acting glucagon secara injeksi intramuskular dengan dosis 1 mg ketika pasien
tiba di fasilitas pelayanan kesehatan (PERKENI, 2021)
Pertimbangan Rapid Acting Glucagon:
1. Hipoglikemi Level II >> membutuhkan intervensi terapi farmakologi
2. Pasien sudah menunjukan gejala klinis >> berbahaya bila dibiarkan
3. Onset lebih cepat dibandingkan pemenuhan glukosa oral (PERKENI, 2021)
Rapid acting glucagon hanya diberikan satu kali ketika pasien tiba di fasilitas layanan kesehatan

Pendekatan lain
Usai pemberian rapid acting glucagon >>
dipantau kadar gula darah pasien
Terapi lanjutan:
1. Pemberian makanan/snack tinggi karbohidrat
rendah lemak
2. Konsumsi karbohidrat sebelum olahraga
3. Pemantauan kadar gula darah mandiri (American
Diabetes Association, 2022)
Manajemen Hipoglikemi (II)
Alternatif Lain Penyesuaian Dosis Insulin
Diberikan glukosa dengan dosis 15-20 g (2-3 sendok Unit yang diberikan = 25 unit
makan) Dosis sebenarnya: 0.2 unit/KgBB
Glukosa dilarutkan dalam air >> dibuat larutan gula Bobot pasien = 115 kg
Diberikan secara oral apabila pasien masih bisa Maka = 0.2 unit/KgBB x 115 kg = 23 unit (PERKENI,
menelan 2021)
Petimbangan Penggunaan: 10 unit pagi; 13 unit malam
1. Apabila rapid acting glucagon tidak tersedia atau
Keputusan:
tidak dapat diberkan karena alasan tertentu
1. Dilakukan penurunan dosis insulin sementara
2. Larutan glukosa lebih mudah didapatkan dan
dengan pertimbangan hipoglikemi
dikonsumsi
2. Dipantau terus menerus kadar gula darah pasien
selama perbaikan hipoglikemi dan penurunan dosis
insulin
3. Apabila hipoglikemi sudah membaik >> dosis
insulin dapat dikembalikan
Device Monitoring Glukosa Mandiri

CGM atau Continuous Glucose Monitoring Perlu diperhatikan


merupakan perangkat yang dapat mengukur kadar 1. Pemasangan sensor steril secara subkutan oleh
gula darah kapanpun dan di manapun, tanpa perlu tenaga kesehatan profesional >> sensor dapat
mengambil sampel darah pasien bertahan selama 90 hari
2. Selama pemasangan sensor pasien dilarang
CGM bekerja layaknya perangkat wireless yang melakukan MRI
mana terdiri atas dua perangkat utama, detektor 3. Jika hasil pembacaan kadar gula darah tidak
digital dan sensor subkutan konsisten >> lakukan test gula darah sampel darah
DRP: Indikasi Tanpa Obat (Hipertensi)
Kondisi Pasien
Pasien memiliki tekanan darah 140/98 mmHg >> termasuk ke dalam hipertensi (American Diabetes
Association, 2022) >> spesifik hipertensi stage II >> membutuhkan terapi farmakologi
Pasien tidak/belum diberikan terapi farmakologi (American Diabetes Association, 2022)
Terapi Farmakologi
Obat hipertensi lini pertama yang diberikan untuk pasien diabetes adalah ACEI/ARB
Obat yang dipilih dalam kasus ini adalah losartan
Dosis yang diberikan = peroral 50 mg 1x sehari
DRP: Indikasi Tanpa Obat (Hipertensi)
Mengapa ARB (Losartan)?
Literatur American Diabetes Association menyatakan bahwa ACEI dan atau ARB merupakan lini pertama
antihipertensi pada pasien diabetes
ARB dianggap lebih aman dibandingkan ACEI pada pasien ini karena ACEI dapat berinteraksi (level moderate)
dengan metformin dan insulin >> membutuhkan monitoring tambahan
ARB hanya berinteraksi dengan insulin >> monitoring kemungkinan hipoglikemia
DRP: Interaksi Obat

Metformin dengan Glimepiride Metformin dengan Insulin Determir


Interaksi obat tingkat moderate antara metformin Interaksi obat tingkat moderate antara metformin
dengan glimepiride. Interaksi ini meningkatkan risiko dengan insulin determir. Interaksi ini meningkatkan risiko
hipoglikemia. (Drug.com, 2022) hipoglikemia. (Drug.com, 2022)

Manajemen: Manajemen:
Penggunaan glimepiride dihentikan Penggunaan kedua terapi tetap diteruskan dengan
Penggunaan metformin diteruskan dengan dosis pertimbangan metformin sebagai first line terapi
yang sama DM tipe II
Pemantauan kadar gula darah untuk memantau Insulin juga tetap digunakan merujuk pada nilai
hipoglikemi secara berkala HbA1c yang belum mencapai target
Dilakukan adjustment dosis pada insulin
DRP: Efek Samping Obat Merugikan
Glimepiride Glimepiride + Metformin
Penggunaan glimepiride tunggal dari golongan Penggunaan terapi kombinasi glimepiride dengan
sulfonilurea memberikan efek samping berupa metformin tetap memberikan efek peningkatan berat
peningkatan berat badan badan berdasarkan literatur yang ditemukan

Manajemen:
Penggunaan glimepiride dihentikan
Dual terapi dari kasus diabetes ini digantikan dengan
obat golongan alfa glukosidase >> Acarbose
(American Diabetes Association, 2022)
(American Diabetes Association, 2022)
Mengapa Acarbose?

Mengenai Acarbose Pertimbangan


Acarbose dari golongan Alpha Glucosidase inhibitor Tidak menyebabkan peningkatan berat badan
yang mana obat ini tidak menyebabkan hipoglikemia dan Efektivitas menurunkan kadar gula darah baik
dapat menurunkan gula darah postprandial. Selain itu Mudah didapatkan (khususnya di Indonesia)
acarbose dapat digunakan sebagai alternatif lni pertama Harga relatif terjangkau
jika terdapat peningkatan kadar glukosa prandial yang
lebih tinggi dibandingkan kadar GDP (Perkeni, 2021)
Cara Penggunaan Insulin Pen
Penggunaan
Insulin pen disiapkan terlebih dahulu
Dipastikan dosis yang ada pada insulin pen telah sesuai, pengaturan
dosis dapat dilakukan dengan menarik pompa pendorong
Cubit area kulit yang akan disuntik, umumnya adalah daerah
berlemak seperti lipatan perut dan lengan
Diposisikan insulin pen 90 derajat dan ditempelkan pada area suntik
Didorong pompa suntik hingga seluruh insulin masuk ke dalam tubuh
Usai penyuntikan, jarum dan insulin pen ditarik segera
Hindari menggosok lokasi suntik
Bila berdarah, tekan sejenak dengan kasa atau kapas
Suntikkan insulin di area berlemak lain pada penggunaan selanjutnya
Penyimpanan
Insulin pen dapat disimpan di suhu dingin >> di lemari pendingin
namun bukan lemari pembeku
(PERKENI 2021)
Kesimpulan
Terapi Farmakologi

Metformin 500mg 1x/hari; peroral


Acarbose 25mg 1x/hari; sembari makan
Losartan 50mg 1x/hari di pagi hari
Insulin determir 23 unit; 10 unit pagi; 13 unit malam
Rapid Acting Glucagon 1 mg intramuskular

Monitoring
Hipoglikemi
Tekanan darah >> hipertensi
Nonfarmakologi
Intensive Lifestyle Modification
Daftar Pustaka
American Diabetes Association. (January 2022). Standards of Medical Care in Diabete 2022 (Vol. 45).
American Diabetes Association.
Arisman. (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus
dan Dislipidemia. EGC.
Brunner. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vo 12. Jakarta : EGC.
Buraerah, H. (2010). Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tanrutedong, Sidenreg
Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional.
Calculate Your BMI - Standard BMI Calculator. (n.d.). National Heart, Lung, and Blood Institute.
Retrieved April 1, 2022, from https://www.nhlbi.nih.gov/health/educational/lose_wt/BMI/bmicalc.htm
Drug.com. (n.d.). Interactions Between Metformin With Glimepiride. Retrieved Maret 27, 2022, from
https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list=1176-0,1573-0
Epstein, M., & Sowers, J. R. (2012). Diabetes Mellitus and Hypertension. AHA Journals, 403-418.
Handayani, S. T., Hubaybah, & Noerjoendianto, D. (2018). Hubungan Obesitas dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Tahun 2018. Jurnal
Kesmas Jambi, 2(1), 1-11.
Daftar Pustaka
Kekenusa, J. S., Ratag, B. T., & Wuwungan, G. (2013). Analisis Hubungan Antara Umur dan Riwayat Keluarga
Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU
RSUP Dr.R.D Kandou Manado. Jurnal Universitas Jambi, 1-6.
Mansyur, A. M. a. (2018). HIPOGLIKEMIA DALAM PRAKTIK SEHARI-HARI. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
NIH. (2022). Calculate Your BMI. National Heart, Lung, and Blood Institute: Calculate Your Body Mass Index.
Retrieved April 1, 2022, from https://www.nhlbi.nih.gov/health/educational/lose_wt/BMI/bmicalc.htm
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021.
PB PERKENI.
Posey, L. M., Talbert, R. L., Yee, G. C., DiPiro, J. T., Matzke, G. R., & Wells, B. G. (2011). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, Eighth Edition (8th ed.). McGraw-Hill Education.
Silih, Y. (2012). Hubungan Antara Diabetes Melitus Dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Pontianak
Selatan. Universitas Tanjungpura.
Talbert, R. L., Wells, B. G., Posey, L. M., & Matzke, G. R. (2016). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Tenth Edition (R. L. Talbert, J. T. DiPiro, B. G. Wells, G. R. Matzke, & L. M. Posey, Eds.). McGraw-Hill
Education.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai