Anda di halaman 1dari 37

DIABETES MELLITUS

TIPE II
Oleh:
Auladina Siddiqah
Syifa Regita Cahyani
Satrya Dita Alqorny
Rais Maulana Khairil
Ririn Susanti

Pembimbing: dr. Tilaili Ibrahim, M.Kes, PKK, Sp. KKLP


Introduction
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun
yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi normal yaitu kadar gulah darah sewaktu sama atau
lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atasa
atau sama degan 126 mg/dl. DM dikenal sebagai silent
killer karena sering tidak disadari oeh penyandangnya dan
saat diketahui sudah terjadi komplikasi.
Menurut konsensus Perhimpunan Endoktrinologi
Indonesia (PERKENI), pilar pengendalian DM meliputi
latihan jasmani, terapi gizi medis, intervensi farmakologis,
dan edukasi. Keberhasilan proses kontrol terhadap
penyakit DM salah satunya ditentukan oleh kepatuhan
pasien dalam mengelola pola makan atau diet sehari-hari.
Hal ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari penyakit
DM.
Definisi

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok


penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Epidemiologi

IDF (International Diabetes Federation)


memperkirakan terdapat 463 juta orang
pada usia 20-79 tahun di dunia yang
menderita diabetes pada tahun 2019.
Angka diprediksi terus meningkat hingga
mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700
juta di tahun 2045. Indonesia berada di
peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak, yaitu
sebesar 10,7 juta.
Klasifikasi
Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2
Terdapat 11 organ yang berperan sentral dalam patogenesis DM Tipe 2, disebut sebagai the
egregious eleven, diantaranya :
1. Kegagalan sel beta pankreas : Terjadi kerusakan sel-sel B pankreas
sehingga menyebabkan defisiensi insulin.

2. Disfungsi sel alfa pankreas : sel alfa berfungsi pada sintesis glukagon
yang dalam keadaan puasa kadarnya di plasma akan meningkat.

3. Sel lemak : sel yang resisten terhadap efek antilipolisis insulin


menyebabkan peningkatan proses lipolisis dan kadar FFA dalam plasma.

4. Otot : gangguan kinerja insulin di intramioselular sehingga terjadi


gangguan transport glukosa dalam sel otot.

5. Hepar : peningkatan produksi glukosa karena resistensi insulin.

6. Otak : terjadi peningkatan asupan/nafsu makan karena adanya


resistensi insulin di otak.
7. Kolon/microbiota : perubahan komposisi microbiota berkontribusi dalam
keadaan hiperglikemia.

8. Usus halus : Defisiensi GLP-1 dan resistensi hormon GIP.

9. Ginjal : Peningkatan ekspresi gen SGLT-2 sehingga terjadi peningkatan


reabsorbsi glukosa di tubulus ginjal.

10. Lambung : Penurunan produksi amylin sehingga terjadi percepatan


pengosongan lambung dan peningkatan absorpsi glukosa di usus halus.

11. Sistem imun : inflamasi berhubungan dengan pathogenesis DM Tipe 2.


Faktor Risiko
First-degree relative DM Obesitas (IMT >25 kg/m2)

Usia >45 tahun Aktivitas fisik kurang

Ras/etnis Diet tak sehat (rendah serat,


tinggi glukosa)
Riwayat GDM atau HDL <35 mg/dL atau
melahirkan bayi BBL >4 kg Trigliserida >250mg/dL
Riwayat lahir dengan BB Riwayat penyakit
rendah <2,5 kg kardiovaskuler
Diagnosis

Gejala Klasik DM: Keluhan lain:

1. Poliuria 1. Lemah badan


2. Polidipsia 2. Kesemutan
3. Polifagia 3. Gatal
4. Penurun BB tanpa 4. Mata kabur
sebab yang jelas 5. Disfungsi ereksi (pria)
6. Pruritus vulva (wanita)
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2
Jika pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka digolongkan ke kelompok
prediabetes meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu
(GDPT).

1. GDPT : Glukosa 2. TGT : Glukosa plasma 3. Diagnosis prediabetes


plasma puasa 100-125 2 jam setelah TTGO juga dapat ditegakkan jika
mg/dL dan pemeriksaan antara 140-199 mg/dL hasil pemeriksaan HbA1c
TTGO glukosa plasma 2 dan glukosa plasma puasa menunjukkan angka 5,7-
jam <140 mg/dL. <100 mg/dL. 6,4%.
Tujuan Tata Laksana

Jangka Pendek : Menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas


hidup, mengurangi resiko komplikasi akut

Jangka Panjang : Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit


mikroangiopati dan makroangiopati.

Tujuan Akhir : Menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.


Langkah-langkah penatalaksanaan umum meliputi:

1. Riwayat Penyakit

2. Pemeriksaan Fisik: Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran


tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri
untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik.

3. Evaluasi Laboratorium, meliputi: pemeriksaan kadar glukosa darah


puasa dan 2 jam setelah TTGO dam Pemeriksaan kadar HbA1c.

4. Penapisan Komplikasi
ETIOLOGI DM DARI GENETIK DAN LIFE STYLE
Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:
Obesitas
Riwayat keluarga
Kurang aktif bergerak
Usia
Mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tidak normal.
Mengidap polycystic ovarian syndrome (PCOS).

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2021


Tatalaksana Khusus

2 4
Terapi Farmakologis
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Terapi farmakologis diberikan
Penderita DM perlu diberikan bersama dengan pengaturan makan
penekanan mengenai pentingnya dan latihan jasmani (gaya hidup
keteraturan jadwal makan, jenis dan sehat). Terapi farmakologis terdiri
jumlah kandungan kalori. dari obat oral dan bentuk suntikan

Edukasi Latihan Fisik


Edukasi dengan tujuan promosi
hidup sehat, perlu selalu dilakukan Aktivitas Fisik 3-5 kali perminggu
sebagai bagian dari upaya selama sekitar 30-45 menit, dengan
pencegahan dan merupakan bagian total 150 menit perminggu.
yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik.
Terapi Farmakologis
Diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani/gaya hidup sehat.
Terapi Farmakologis
Obat Antihiperglikemia suntik
1. Insulin, digunakan pada keadaan: 2. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
- HbA1c saat diperiksa >7.5% dan Agonis GLP-1 mempunyai efek
sudah menggunakan satu atau dua menurunkan BB, menghambat
obat antidiabetes pelepasan glukagon, menghambat nafsu
- HbA1c saat diperiksa 9% makan, memperlambat pengosongan
- Penurunan BB yang cepat lambung sehingga menurunkan glukosa
- Hiperglikemia disertai ketosis darah postprandial.
- Krisis hiperglikemia ES : rasa begah dan muntah
- Gagal kombinasi OHO dosis optimal
- Kontraindikasi atau alergi OHO
ES : Hipoglikemia, alergi insulin
Algoritma Tatalaksana DM Tipe 2
Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar
yang diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang ditentukan.
Perencanaan Makan
Jumlah kalori basal per hari :
1. Laki-laki 30 kal/kgBB ideal
2. Wanita 25 kal/KgBB ideal

Perencanaan makan pada pasien dm tipe 2 :


3. Karbohidrat 45-65 % total asupan energi (karbohidrat nonolahan
berserat tinggi dibagi dalam 3x makan/hari)
4. Lemak 20-25% kebutuhan kalori (batasi lemak jenuh dan lemak
trans, seperti daging berlemak, whole milk, konsumsi kolesterol<
200mg/hari)
5. Protein 10-20% total asupan energi (daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu,
tempe)
6. Natrium < 3 g atau 1 sdt garam dapur
7. Serat ± 25 g/hari ( sayuran dan buah)
Penyulit Diabetes Melitus
Penyulit Akut Penyulit Menahun
1. Krisis Hiperglikemia 1. Makroangiopati (PJK, cluadicatio
- Ketoasidosis Diabetik (KAD) : peningkatan intermittent, stroke).
KGD (300-600 mg/dL) disertai tanda dan 2. Mikroangiopati (retinopati diabetik,
gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. neftropati diabetik, neuropati,
- Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH) : kardiomiopati.
KGD (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan
gejala asidosis.
2. Hipoglikemia yaitu KDG <70 mg/dL.
UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
DIABETES MELITUS (DM)
Pencegahan dan pengendalian DM di Indonesia dilakukan agar
individu yang sehat tetap sehat, orang yang sudah memiliki faktor risiko
dapat mengendalikana faktor risiko agar tidak jatuh sakit DM, dan orang
yang sudah menderita DM dapat mengendalikan penyakitnya agar tidak
terjadi komplikasi atau kematian dini. Upaya pencegahan dan
pengendalian DM dilakukan melalui edukasi, deteksi dini faktor risiko
PTM, dan tatalaksana sesuai standar.

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2021


UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
DIABETES MELITUS (DM) (Cont.)
Keterlibatan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) juga memiliki peran penting dalam pengendalian
DM atau yang lebih dikenal dengan Posbindu. Melalui Posbindu ini,
upaya deteksi dini sebagai identifikasi awal individu memiliki faktor
resiko termasuk pemeriksaan gula darah sewaktu oleh para kader
terlatih dapat dilakukan, sehingga bila ditemukan individu dengan
masalah dapat dilakukan edukasi, intervensi atau dirujuk ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2021


UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
DIABETES MELITUS (DM) (Cont.)
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018, dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 telah
menetapkan bahwa upaya pengendalian DM merupakan salah satu
pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh pemerintah daerah.
Setiap penderita DM akan menerima pelayanan sesuai standar
minimal satu kali sebulan yang meliputi pengukuran kadar gula darah,
edukasi, dan terapi farmakologi serta rujukan jika diperlukan.

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2021


UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
DIABETES MELITUS (DM) (Cont.)
Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Germas juga membantu
mendorong pembudayaan perilaku hidup sehat bagi seluruh
masyarakat termasuk orang dengan faktor resiko PTM dan penderita
DM.

Keterlibatan semua faktor terkait dalam mendukung perwujudan


Germas diharapkan dapat menurunkan prevalensi DM dan faktor
resikonya.

Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2021


1. Pencegahan Primer

a. Pengaturan pola makan


• Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.
• Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak
menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan.
• Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.
b. Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan jasmani
• Latihan jasmani yang dianjurkan :
- Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50 - 70% denyut
jantung maksimal) (A), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut jantung > 70%
maksimal).
- Latihan jasmani dibagi menjadi 3 − 4 kali aktivitas/minggu
c. Menghentikan kebiasaan merokok (A)
d. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis.
2. Pencegahan Sekunder

Rekomendasi pemberian vaksinasi pada pasien DM Tipe 2


CDC Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan beberapa
vaksinasi yang dapat diberikan kepada pasien dewasa dengan DM, yaitu :
• Vaksinasi Influenza
• Vaksinasi Hepatitis B
• Vaksinasi Pneumokokus
• Vaksinasi Covid-19
3. Pencegahan Tersier

Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan
termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin
yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai