DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1. Untuk Menganalisis kinerja anggaran belanja pada sekretariat daerah kota
Banda Aceh ?
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan
pada sekretariat Kota Banda Aceh, khususnya dalam hal optimalisasi
anggaran belanja daerah selain itu penelitian ini juga diharapkan
memberi manfaat bagi peneliti dan masyarakat sebagai tambahan
pengetahuan dan wawasan mengenai realisasi anggaran belanja daerah
pada sekretariat kota Banda Aceh .
2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
mendorong para peneliti lainnya dalam melakukan penelitian sejenis
yang lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu, hasil penelitian ini
juga dapat memperkaya rujukan ilmu pengetahuan bidang akuntansi,
khususnya menyangkut dengan anggaran keuangan daerah.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2018: 142) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Kinerja keuagan perusahaan yang baik adalah pelaksanaan aturan-aturan yang
berlaku sudah dilakukan secara baik dan benar.
Isna dan Ayu (2015:78) kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang
sangat penting dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan,
sejak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, semua pemerintah dituntut
untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan pemerintah secara baik agar dapat
memperhatikan efektivitas, efesiensi dan ekonomis.Kesimpulan yang dapat ditarik
dari beberapa kinerja merupakan hasil kerja atau perbandingan secara kualitas dan
kuantitas baik yang bersifat fisik atau mental, fisik atau non mental, gambaran
kondisi keuangan perusahaan baik menyangkut penghimpunan dan penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modallikuiditas, dan
profitabilitas, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi dalam
meningkatkan perusahaanMenurut situs web Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah kabupaten Banjar, kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah
tingkat pencapaian dari suatu hasil kinerja Keuangan Pemerintah Daerah, yang
meliputi anggaran dan realisasi Pemerintah Daerah dengan menggunakan
indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan
perundang-undangan selama satu periode anggaran.Menurut Syamsi (1986) dalam
Giftovel Rondonuwu (2016), kinerja keuangan pemerintah daerah adalah
kemampuan suatu daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber
keuangan asli daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung
berjalannya sistem pemerintah, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan
daerah dengan tidak tergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat dan
mempunyai keleluasan di dalam menggunakan dana-dana untuk kepentingan
masyarakat daerah dalam batas-batas yang ditentukan peraturan perundang-
undangan.
B.Pengukuran kinerja
Jika suatu aktivitas tidak memiliki ukuran kinerja, maka akan sulit bagi
organisasi untuk menentukan apakah aktivitas tersebut sukses atau gagal
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa ahli pengukuran kinerja merupakan
gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam rangka mewujutkan sasaran, visi
dan misi, baik deskripsi gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dari seorang
atau kelompok untuk ekonomis dan efisiensi serta efektivitas perusahaan.
a. Akan dapat memperbaiki kinerja masa yang akan datang agar lebih baik dalam mencapai
d. Untuk mengkomunikasikan strategi menjadi lebih baik antara atasan dan bawahan.
f. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat
Setelah tujuan pengukuran kinerja dicapai maka organisasi sektor publik akan mendapat
manajemen.
Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangkah memperbaiki kinerja organisasi.
Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) Anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik
berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada
periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian
kinerja. Menurut Mahsun, et.all (2015:65) anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter.
Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana
public dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
10
Menurut Ratnasari dan Munawaroh (2019) anggaran dalam pemerintahan merupakan rencana yang
dibuat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Anggaran dalam sebuah
organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam proses penilian kinerja yaitu sebagai alat,
stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan dan pengendalian.
Menurut Sujarweni (2015:29) secara singkat anggaran publik merupakan rencana finansial yang
menyatakan: Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat. Berapa banyak dan bagaimana cara
memperoleh uang untuk mendanai rencana-rencana tersebut. Fungsi Anggaran Sektor Publik Bagi
pemerintah daerah, anggaran merupakan suatu rencana operasional keuangan yang menggambarkan
pengeluaran dan penerimaan dalam satu tahun anggaran.
Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1.Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool) Anggaran merupakan alat pengendali manajemen
dalam rangka mencapai tujuan. Anggaran sektor publik digunakan untuk merencanakan kegiatan apa
saja yang akan dilakukan oleh organisasi sektor publik beserta rincian biaya yang dibutuhkan dan
rencana sumber pendapatan yang akan diperoleh organisasi sektor publik.
Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Anggaran sebagai alat pengendali manajerial, anggaran ini berfungsi untuk meyakinkan organisasi
sektor publik bahwa organisasi mempunyai sumber dana untuk membiayai rencana program-program
organisasi. Anggaran sebagai pengendali manajemen organisasi untuk tidak melakukan pemborosan dan
bekerja secara efisien tanpa ada korupsi.
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiskal yang
akan dijalankan organisasi sektor publik, dengan demikian akan mudah untuk memprediksi dan
mengestimasi ekonomi dan organisasi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, mengkordinasi dan
memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat politik yaitu bentuk dokumen politik yang dapat dijadikan
komitmen kesepakatan eksekutif dan legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu.Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication
Tool)Proses penyusunan anggaran dilakukan komunikasi dan koordinasi antar unit kerja. Perencanaan
dan pelaksanaan anggaran harus dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi
Anggaran publik yang disusun dengan baik dan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit
kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance
Measurement Tool)Perencanaan anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi penilaian kinerja
manajemen organisasi publik. Kinerja manajemen dan pimpinan akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran serta pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk
melakukan pengendalian dan penilalian kinerja. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi bagi pimpinan dan karyawan dalam bekerja secara
efektif dan efisien. Membuat anggaran yang tepat dan dapat melaksanakannya sesuai target dan tujuan
organisasi, maka manajemen dikatakan mempunyai kinerja yang baik. Anggaran Sebagai Alat untuk
Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere) Anggaran publik dapat digunakan sebagai alat untuk
menciptakan ruang publik, dimana keberadaan anggaran tidak boleh diabaikan oleh berbagai organisasi
sektor publik seperti kabinet, birokrat dan DPR/MPR, maupun masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan
organisasi kemasyarakatan lalinnya.
1.1. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mahmudi (2016:69) ada beberapa jenis anggaran, yaitu:Line Item Budget Sistem anggaran ini
menyajikan belanja berdasarkan input atau sumber daya yang digunakan, tetapi tidak mengukur efisiensi
dan efektivitas program karena tidak dilakukan pengkaitan antara input dengan output. Incremental
Budget Incremental budget merupakan sistem penganggaran yang hanya menambah atau mengurangi
jumlah anggaran dengan menggunakan data anggaran tahun lalu sebagai dasar anggaran tahun depan.
Dalam praktiknya incremental budget seringkali diikuti dengan sistem line item budget.
Zero Based Budget (ZBB) Zero Based Budget merupakan sistem penganggaran yang berbasis nol atau
mulai dari nol. ZBB menjadikan setiap anggaran merupakan anggaran yang baru sehingga dimulai dari
nol.
Performance Budget
Laporan Realisasi Anggaran Pengertian Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan laporan mengenai
perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasi dalam satu tahun anggaran.
Laporan Relisasi Anggaran (LRA) terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan- LRA,
belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya (Ratmono dan Sholihin, 2017:25).
Periode Pelaporan Realisasi Anggaran MenurutPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah, PSAP 03 mengenai Laporan Realisasi Anggaran paragraf 10,
PeriodePelaporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi
tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan
dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi
sebagai berikut:
Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun; Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Komponen Laporan Realisasi Anggaran Menurut Mahmudi (2019:73) Laporan Realisasi Anggaran
terdiri atas enam elemen yaitu:Pertama, pendapatanterdiri atas tiga komponen yaitu: Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah.Kedua, belanja, pos belanja
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga.Ketiga,
Transfer pada dasarnya juga merupakan bagian dari belanja pemerintah. Untuk pemerintah provinsi
pengeluaran transfer berupa Transfer/Bagi Hasil pendapatan ke Kabupaten/Kota.Keempat,
surplus/defisit selisih antara pendapatan dan belanja dicatat dalam pos surplus/defisit.Surplus adalah
selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode anggaran, sedangkan defisit merupakan
selisih kurang antara pendapatan dengan belanja selama satu periode anggaran.Kelima, pembiayaan
dikategorikan menjadi dua, yaitu: penerimaan pembiayaan, dan pengeluaraan. Selisih antara penerimaan
pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggran dicatat dalam pos
pembiayaan
neto.Keenam, SiLPA/AiKPA(Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah selama periode anggaran.SiLPA/SiKPA dapat
dihitung dari nilai pada pos Surplus/Defisit ditambah dengan pos Pembiayaan Neto.
Menurut Sujarweni (2015:107) Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mahmudi (2015:21), kinerja organisasi tidak semata-mata dipengaruhi oleh kinerja individual
atau kinerja tim saja, namun dipengaruhi oleh faktor yang lebih luas dan kompleks, misalnya faktor
lingkungan baik internal maupun eksternal. Faktor lingkungan meliputi faktor ekonomi, sosial, politik,
keamanan dan hukum yang didalamnya organisasi beroperasi. Selain faktor
lingkungan eksternal, faktor lain yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah kepemimpinan, struktur
organisasi, strategi pilihan, dukungan teknologi, kultur organisasi dan proses organisasi.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.Pertama, pengukuran kinerja
sektorpublik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.Ukuran kinerja
dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan.Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Ulum, 2012:20).
Menurut Mahmudi (2019, 153) Belanja daerah dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang mengurangi kekayaan bersih yang terjadi akibat
transaksi masa lalu.Namun dalam hal ini perlu dipahami bahwa belanja daerah berbeda dengan
pengeluaran daerah.Tidak semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah yang menyebabkan
berkurangnya kas di rekening Kas Umum Daerah dikategorikan sebagai belanja.Namun setiap belanja
merupakan pengeluaran pemerintah daerah (Mahmudi, 2019:153).
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan
anggaran.Analisis varians cukup sederhana namun dapat memberikan informasi yang sangat
berarti.Berdasarkan laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, pembaca laporan dapat mengetahui
secara langsung besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam
bentuk nilai nominalnya atau persentasenya. Selisih anggaran belanja dikategorikan menjadi dua jenis,
yaitu: selisih disukai (fafourable variance) dan selisih tidak disukai (unfavourable variance). Dalam hal
realisasi belanja lebih kecil dari anggarannya maka disebut favourable variance, sedangkan jika realisasi
belanja lebih besar dari anggarannya maka dikategorikan unfavourable variance (Mahmudi, 2019:155).
Analisis ini dirumuskan sebagai berukut:
Selisih relisasi belanja dengan yang dianggarakan yang cukup signifikan bisa memberikan dua
kemungkinan, pertama hal itu menunjukkan adanya efisiensi anggaran.Kedua justru sebaliknya, jika
terjadi selisih kurang maka sangat mungkin telah terjadi kelemahan dalam perencanaan anggaran
sehingga estimasi belanjanya kurang tepat, atau tidak terserapnya anggaran tersebut bisa jadi disebabkan
karena ada program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan eksekutif padahal sudah diamanatkan dalam
anggaran. (Mahmudi, 2019:155).
Ketika melakukan analisis varians anggaran, hendaknya tidak terpaku pada persentase penghematan
yang berhasil dilakukan, tetapi juga jumlah nominalnya.Meskipun secara persentase kecil, tetapi jika
secara nominal cukup signifikan, maka dapat dikatakan kinerjanya baik. Penyerapan anggaran yang
terlalu rendah, misalnya dibawah 90% justru bisa jadi dinilai kurang baik, karena mengesankan adanya
kelemahan dalam perencanaan anggaran misalnya adanya penggelembungan (mark up)
belanja dari belanja wajarnya atau mungkin banyak program yang tidak dijalankan. Oleh karenanya
untuk menghindari kejadian tersebut pemerintah
perlu melakukan anallisis standar belanja yang akurat (Mahmudi, 2019:157).
Secara normatif, anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang boleh
dilakukan.Kinerja pemerintah dinilai baik apabila pemerintah daerah mampu melakukan
efesiensi belanja.Sebaliknya jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarakan
maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik.Namun harus dikaji
lebih lanjut apakah realisasi anggaran yang lebih kecil dari anggaran disebabkan karena
kinerja yang baik (goog performance) ataukah justru sebaliknya kinerja yang buruk (bad
performance).Jika hal itu karena pengendalian anggaran yang ketat yang dilakukan
pemerintah daerah, maka hal itu memang benar-benar merupakan prestasi. Tetapi jika tidak
terserapnya anggaran belanja tersebut disebabkan kerena adanya program dan kegiatan yang
tidak dilaksanakan atau karena penetapan harga satuan yang jauh melebihi nilai pasar, maka
hal itu bukan menunjukkan kinerja anggaran yang baik, sehingga penghematan belanja yang
ditampilkan merupakan prestasi yang semu. Namun itupun masih lebih baik daripada terjadi
pemborosan anggaran, sebab penghematan anggaran tahun sekarang dapat digunakan untuk
pembiayaan tahun berikutnya (Mahmudi, 2019:158)
PENELITIAN TERDAHULU
BAB III
METODE PENELITIAN
Semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan kinerja keuangan yang tinggi,
begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai rasio menggambarkan kinerja
keuangan yang rendah.Menurut Tamawiwy dkk (2016), tingkat
pertumbuhan keuangan daerah dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1Kriteria Pertumbuhan
Persentase Nilai Kriteria
Kinerja
>50% Sangat Tinggi
40% - 50% Tinggi
30% - 40% Cukup
20% - 30% Sedang
10% - 20% Rendah
<10% Sangat Rendah
Sumber: Tamawiwy dkk (2016)
2. Rasio Keserasian belanja
Selanjutnya menurut Mahmudi (2010: 162)analisis rasio keserasian
belanja menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja operasi dan belanja modal secara optimal. ada
dua perhitungan dalam rasio keserasian belanja yaitu rasio belanja operasi
dan rasio belanja modal. Rasio belanja operasi merupakan perbandingan
antara realisasibelanja operasi dengan total belanja daerah.Umumnya
proporsi alokasi belanja operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu
antara 60-90%. Sedangkan rasio belanja modal merupakan perbandingan
antararealisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Pada umumnya
proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah adalah antara 5-20%.
Adapun untuk menghitung analisis rasio keserasian belanja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Rasio belanja operasi
Realisasi Belanja Operasi
Rasio belanja Operasi = x100%
Total Belanja Instansi