Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Belanja Daerah, Pajak Daerah, Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah
(Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota di Indonesia Periode 2015-2018)

Siti Risma Awaliyah1 (sitirismaa97@gmail.com)


Efendri2 (efendri@trilogi.ac.id)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trilogi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, pajak daerah, dan dana perimbangan terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah dan dampaknya terhadap dana insentif daerah pada kabupaten/kota di
Indonesia. Variabel independen diproksikan dengan belanja daerah, pajak daerah, dan dana perimbangan.
Variabel moderasi diproksikan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah. Variabel dependen diproksikan
dengan dana insentif daerah.
Populasi dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di Indonesia. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan
dengan metode purposive sampling, sehingga total sampel terpilih sebanyak 169 kabupaten/kota dengan empat
tahun penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) kabupaten/kota yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2015-2018. Metode
statistik menggunakan analisis regresi linear berganda dan regresi linear sederhana dengan pengujian hipotesis uji
statistik t. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program EVIEWS 9.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Belanja daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah, 2) Pajak daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, 3) Dana
perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, dan 4) Kinerja keuangan
pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap dana insentif daerah.
Kata Kunci: kinerja keuangan pemerintah daerah, belanja daerah, pajak daerah, dana perimbangan dan dana
insentif daerah.

1
PENDAHULUAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Faktor pertama
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 menjadi yaitu belanja daerah. Di dalam APBD terdapat
landasan utama pada pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.
Pemerintah daerah dapat melaksanakan Belanja daerah dengan alokasi belanja yang tepat
kewenangan yang menjadi hak daerah yang mempunyai peranan penting untuk stabilitas
diharapkan dalam pembangunan daerahnya. ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri dan suatu negara atau daerah. Pemerintah daerah dapat
mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi
pusat, baik dalam hal pembiayaan pembangunan belanjanya tidak melebihi target yang telah
maupun dalam hal pengelolaan keuangan daerah. ditetapkan.
Faktor kedua yaitu pajak daerah. Pajak daerah
Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah, yang
akan bedampak pada kinerja keuangan daerah. diharapkan menjadi salah satu sumber penerimaan
Kinerja pemerintah yang dimaksud merupakan pemerintah daerah dalam peningkatan kemandirian
upaya pemerintah daerah dalam memperoleh dan keuangan. Begitu pentingnya membayar pajak
menggunakan dana dalam melakukan pembangunan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah,
daerah yang bersangkutan (Mardiasmo, 2019). maka perlu adanya kinerja keuangan daerah yang
Kinerja keuangan adalah salah satu ukuran yang dapat baik, yang nantinya digunakan untuk melaksanakan
digunakan untuk memastikan kemampuan daerah tugas-tugas pemerintahan, membiayai
dalam menggunakan keuangan secara baik dan benar pembangunan daerah dan pelayanan sosial
untuk mempertahankan layanan yang diinginkan. masyarakat.
Pengukuran kinerja yang bersumber dari informasi Faktor ketiga yaitu dana perimbangan. Aziz
finansial seperti laporan keuangan, diukur berdasarkan dkk (2014) menyatakan bahwa dana perimbangan
anggaran yang telah dibuat (Mardiasmo, 2009:123). diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di
Pemerintah membutuhkan tolak ukur dengan berbagai sektor terutama publik. Peningkatan
menggunakan kinerja keuangan untuk mencapai layanan ini diharapkan dapat meningkatkan daya
good governance atau tata kelola perusahaan yang tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah.
baik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu cara Faktor keempat yaitu dana insentif daerah.
yang dapat digunakan pemerintah daerah dalam Dana insentif daerah merupakan dana yang
mencapai pemerintahan yang baik. dialokasikan dalam APBN untuk memberikan
Penilaian Kinerja Keuangan Pemerintah penghargaan (reward) kepada provinsi, kabupaten
Daerah dilakukan dengan menggunakan analisis dan kota yang mempunyai kinerja baik dalam
rasio terhadap APBD. Hasil dari perhitungan kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah,
analisis rasio yang dilakukan pada APBD, pelayanan dasar publik di bidang pendidikan,
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman kesehatan dan infrastruktur, pelayanan
pengukuran untuk menilai Kinerja Keuangan pemerintahan umum, serta dalam meningkatkan
Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaan sumber kesejahteraan masyarakat.
daya keuangan. Pemerintah daerah sebagai pihak
yang diberikan tugas menjalankan pemerintahan, Kerangka Teori
pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib Kinerja Pemerintah Daerah
melaporkan pertanggungjawaban keuangan daerah Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang
sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu
Penilaian Kinerja Keuangan pemerintah berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah
daerah sangat berbeda dengan penilaian kinerja ditetapkan sebelumnya (Edision, 2016). Sebelum
keuangan perusahaan. Selain berbasis anggaran, mengukur kinerja suatu unit organisasi perlu dibuat
keuangan pemerintah daerah tidak memiliki tujuan suatu standar yang digunakan untuk mengukurnya
untuk memaksimalkan keuntungan atau laba (profit dan acua tersebut harus disepakati oleh pihak
atau net income), meskipun ada sebutan surplus atau terkait. Halim (2012: 232), “Kinerja keuangan
defisit untuk selisih antara pendapatan dan belanja. daerah atau kemampuan daerah merupakan salah

2
satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat hanya berlaku pada lembaga atau organisasi yang
kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi berorientasi profit saja, melainkan juga perlu
daerah”. Banyak metode yang digunakan untuk dilakukan pada lembaga atau organisasi non
mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah, komersial. Hal ini dilakukan dengan maksud agar
salah satunya menggunakan analisis rasio keuangan dapat mengetahui sejauh mana pemerintah
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menjalankan tugasnya dalam roda pemerintahan
(APBD) yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. dalam melaksanakan pembangunan dan pelayanan
Menurut Halim (2012: 232), menganalisis rasio kepada masyarakat dengan menyampaikan laporan
keuangan pada APBD dilakukan dengan pertanggungjawaban keuangan (Sesotyaningtyas,
membandingkan hasil yang dicapai dari satu 2012).
periode dibandingkan dengan periode sebelumnya Pengukuran kinerja dinilai sangat penting
sehingga dapat diketahui kecenderungan yang untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam
terjadi. Sutrisno (2016) menjelaskan kinerja adalah menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.
kesuksesan seseorang dalam menjalankan tugas, Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan yang
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau menunjukkan bagaimana uang publik
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan
dengan wewenang dan tanggung jawab masing- yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut
masing atau tentang bagaimana seseorang telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai efektif (Mardiasmo, 2009: 121). Masyarakat
dengan wewenang dan tanggung jawab masing- tentunya tidak mau terus menerus ditarik pungutan
masing atau tentang bagaimana seseorang sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai kualitas dan kuantitasnya. Penelitian yang
dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya dilakukan Mandell (1997) dalam Sumarjo (2010)
serta kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan mengungkapkan bahwa dengan melakukan
dalam menjalankan tugas pengukuran kinerja, pemerintah daerah
Menurut Hamzah, 2007) kinerja keuangan memperoleh informasi yang dapat meningkatkan
adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan kualitas pengambilan keputusan sehingga akan
indikator keuangan. Menurut Halim (2012: 232), meningkatkan pelayanan yang akan diberikan
“Kinerja keuangan daerah atau kemampuan kepada masyarakat.
daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat Salah satu cara yang digunakan untuk
digunakan untuk melihat kemampuan daerah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah
dalam menjalankan otonomi daerah”. Berdasarkan adalah dengan menggunakan analisis rasio
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan
kinerja keuangan pemerintah daerah adalah dan dilaksanakan. Menurut Halim (2012: 232),
gambaran pencapaian atas suatu menganalisis rasio keuangan pada APBD
program/kebijakan yang telah direncanakan oleh dilakukan dengan membandingkan hasil yang
pemerintah daerah selama periode tertentu yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan
dapat diukur menggunakan indikator keuangan. periode sebelumnya sehingga dapat diketahui
Pengukuran Kinerja Keuangan kecenderungan yang terjadi.
Pemerintah Daerah Beberapa rasio yang dapat dikembangkan
Pengukuran kinerja adalah proses berdasarkan data keuangan yang bersumber dari
pengawasan secara terus menerus dan pelaporan APBD menurut Halim (2012: 232-241) antara lain
capaian kegiatan, khususnya kemajuan atas tujuan adalah sebagai berikut:
yang direncanakan (Westin, 1998) dalam a. Rasio Kemandirian
(Sumarjo, 2010). Pengukuran kinerja secara Rasio kemandirian keuangan daerah
berkelanjutan akan memberikan umpan balik, (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
sehingga terjadi upaya perbaikan secara terus pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
menerus untuk mencapai tujuan di masa kegiatan pemerintah, pembangunan dan sesuai
mendatang (Bastian, 2006: 275). Pengukuran target yang ditetapkan pelayanan kepada
kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak masyarakat yang telah membayar pajak dan

3
retribusi sebagai sumber pendapatan yang pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah diterima. Untuk itu pemerintah daerah perlu
ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli menghitung secara cermat berapa besarnya biaya
daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh
yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pendapatan yang diterimanya sehingga dapat
pemerintah pusat maupun dari pinjaman. Semakin diketahui apakah kegiatan pemungutan
tinggi rasio kemandirian maka tingkat pendapatan tersebut efisien atau tidak. Hal itu
ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak perlu dilakukan karena meskipun pemerintah
ekstern semakin rendah, dan demikian pula daerah berhasil merealisasikan penerimaan
sebaliknya. Rasio kemandirian diukur dengan: pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan,
Tabel 1 namun keberhasilan itu kurang memiliki arti
Tingkat Kemandirian dan Kemampuan apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan target penerimaan pendapatannya
Kemampuan itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang
Keuangan Kemandirian (%) diterimanya. Kinerja pemerintah daerah dalam
Rendah sekali 0% - 25 % melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan
efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1
Rendah 25% - 50%
(satu) atau dibawah 100 persen.
Sedang 50% - 75% Rasio efisiensi dapat dihitung dengan rumus:
Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD
x100%
Tinggi 75% - 100% Realisasi Penerimaan PAD

Sumber: Halim, 2004: 188 Tabel 3


Kriteria Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi
pemerintah daerah dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah yang direncanakan Tidak Efisiensi >100%
dibandingkan dengan target yang ditetapkan Kurang Efisiensi 90% - 100%
berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan
daerah dikategorikan efektif apabila rasio yang Cukup Efisiensi 80% - 90%
dicapai mencapai minimal Rasio Efektivitas dapat Efisiensi 60% - 80%
dihitung dengan rumus:
Rasio Efektivitas =
Realisasi Penerimaan PAD
x100% Sangat Efisiensi <60%
Target Penerimaan PAD
Tabel 2 Sumber: Kepmendagri No.690.900.327 tahun 2006
Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah d. Rasio Aktivitas
Persentase Rasio ini menggambarkan bagaimana
Efektivitas pemerintah daerah memprioritaskan alokasi
Kriteria Efektivitas dananya pada belanja rutin dan belanja
Sangat efektif >100% pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk belanja
Efektif 90%-100% rutin berarti persentase belanja investasi belanja
Cukup efektif 80% - 90 % pembangunan) yang digunakan untuk
menyediakan sarana prasarana ekonomi
Kurang efektif 60% - 80% masyarakat cenderung semakin kecil. Secara
Tidak efektif <60% sederhana, rasio keserasian itu dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 2006 1) Rasio Belanja Rutin (RBR) terhadap APBD
c. Rasio Efisiensi Biaya rutin/operasional
x100%
Rasio efisiensi adalah rasio yang Total APBD

menggambarkan perbandingan antara besarnya


biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

4
2) Rasio Belanja Modal (RBM) terhadap APBD belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja Modall
x100% Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
Total APBD
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
e. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) pelaksanaan program dan kegiatan, Belanja tidak
Rasio DSCR merupakan perbandingan langsung mencakup: Belanja pegawai, Belanja
antara penjumlahan pendapatan asli daerah, bagian Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan
daerah dari pajak bumi dan bangunan, penerimaan Sosial Belanja Bagi Hasil Pajak, Belanja bantuan
sumber daya alam dan bagian daerah lainya serta keuangan dan belanja tidak terduga
dana alokasi umum setelah dikurangi belanja Sementara belanja langsung merupakan
wajib, dengan penjumlahan angsuran pokok, belanja yang dianggarkan yang terkait secara
bunga dan biaya, pinjaman lainnya yang jatuh langsung dengan pelaksanaan program dan
tempo. Rasio DSCR dikatakan baik apabila rasio kegiatan. Belanja langsung mencakup: Belanja
tercapai lebih dari 2,5 atau 250%. pegawai, Belanja barang dan jasa dan Belanja
DSCR dapat dikur dengan: modal. Sedangkan menurut Permendagri 64 Tahun
(PAD+Bagian Daerah+DAU−Belanja Wajib) 2013, Belanja Daerah dikelompokkan sebagai
x100%
Total (Pokok Angsuran+Bunga+biaya Pinjaman
berikut: Belanja operasi, Belanja modal, Belanja
tak terduga dan Belanja transfer
f. Rasio Pertumbuhan Pembagian kelompok belanja berdasarkan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) Permendagri 13 Tahun 2006 penggunaannya lebih
mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah pada penganggaran, sedangkan Permendagri 64
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan Tahun 2013 lebih menekankan pada pelaporan.
keberhasilannya yang dicapai dari periode ke Keduanya dapat berjalan bersama, namun dalam
periode berikutnya. Rasio pertumbuhan dikatakan tahap laporan harus ada proses konversi kelompok
baik, jika setiap tahunnya mengalami belanja.
pertumbuhan positif atau mengalami peningkatan
PAD tahunke i−PAD sebelumnya
x100% Belanja Daerah
Realisasi Penerimaan PAD tahun sebelumnya
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud
Belanja Daerah dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Belanja Daerah meliputi semua Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) dipergunakan
yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun yang menjadi kewenangan provinsi atau
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan
kembali oleh Daerah. Belanja Daerah sebagaimana urusan pilihan dan urusan yang penanganannya
dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi undangan.
atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib Menurut Permendagri No 38 Tahun 2018
dan urusan pilihan dan urusan yang penanganannya tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun anggaran
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan 2019 belanja daerah dikelompokkan ke dalam
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah belanja tidak langsung dan belanja langsung.
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- Sedangkan menurut Permendagri 64 Tahun 2013,
undangan. Belanja Daerah dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut Permendagri No 38 Tahun 2018 Belanja operasi, Belanja modal, Belanja tak terduga
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran dan Belanja transfer. Pembagian kelompok belanja
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun anggaran berdasarkan Permendagri 13 Tahun 2006
2019 belanja daerah dikelompokkan ke dalam penggunaannya lebih pada penganggaran,

5
sedangkan Permendagri 64 Tahun 2013 lebih dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
menekankan pada pelaporan. Keduanya dapat Tujuan dana insentif daerah untuk mendorong agar
berjalan bersama, namun dalam tahap laporan harus daerah berupaya mengelola keuangannya lebih baik.
ada proses konversi kelompok belanja.
Pajak Daerah METODE PENELITIAN
Menurut UU N0. 28 Tahun 2009, pajak Populasi dalam penelitian ini adalah
daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang Kabupaten/Kota di Indonesia periode 2015-2018
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat dengan 4 tahun observasi. Metode yang digunakan
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan untuk pengambilan sampel adalah menggunakan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan teknik purposive sampling. Purposive sampling
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar- adalah teknik penentuan sampel dengan
besarnya kemakmuran rakyat. pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini
Pajak Daerah terbagi menjadi pajak menggunakan alat bantu aplikasi EVIEWS 9.
Provinsi yang terdiri dari Pajak Kendaraan Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, sampel adalah sebagai berikut:
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air • Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan pajak kabupaten/kota tahun 2015 - 2018 yang telah
Kabupaten/kota meliputi pajak hotel, pajak restoran, diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak mineral • Memiliki data lengkap yang diinginkan peneliti
bukan logam dan batuan, pajak parker, pajak air seperti belanja daerah, pajak daerah, dana
tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan perimbangan dan dana insentif daerah
bangunan perdesaan dan perkotaan, bea perolehan Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan
hak atas tanah dan/atau bangunan. tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
Dana Perimbangan dalam penelitian ini adalah sebanyak 169
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 tahun kabupaten/kota selama 4 tahun, sehingga total
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah sebanyak 676 kabupaten/kota.
menyatakan bahwa Dana Perimbangan adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang PEMBAHASAN
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai Analisis Statistik Deskriptif
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Menurut Sugiyono (2013) metode analisis
desentralisasi. deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
Dana perimbangan selain dimaksudkan menganalisiss data dengan cara mendeskripsikan
untuk membantu daerah dalam mendanai atau menggambarkan data yang telah terkumpul
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi generalisasi.
kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah Tabel 1
(Minarsih, 2015). Berdasarkan Undang-Undang No. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, dan BD PD DP KK DI
perimbangan meliputi: Dana Bagi Hasil, Dana D
Mean Sampel 1.569 103 1.016 229 14
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Mean Popul 1.363 44 954 214 11
Dana Insentif Daerah Std. Dev 588 77 349 9 14
Dana Intensif Daerah adalah dana yang Max 3.603 645 2.593 274 52
dialokasikan dalam APBN untuk memberikan Min 485 303 422 196 0
penghargaan kepada provinsi, kabupaten dan kota BD : Belanja Daerah
PD : Pajak Daerah
yang mempunyai kinerja baik dalam kesehatan
DP : Dana Perimbangan
fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan KK : Kinerja Keuangan
dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan dan DID: Dana Insentif Daerah
infrastruktur, pelayanan pemerintahan umum, serta Sumber: Data olahan Eviews 9

6
Variabel belanja daerah menunjukkan nilai perimbangan ini dapat dikatakan baik. Nilai
mean sebesar 1.363.518 dan nilai standar deviasi maximum sebesar 2.593.558 yang berarti bahwa
sebesar 588.857 yang artinya variabel belanja sumber dana dari pemerintah pusat kepada
daerah mempunyai sebaran kecil karena standar pemerintah daerah tertinggi di kabupaten/kota di
deviasi lebih kecil daripada nilai mean, sehingga Indonesia didapat oleh Kabupaten Jember tahun
simpangan data pada variabel belanja daerah ini 2017, dengan jumlah dana perimbangan sebesar Rp
dapat dikatakan baik. Nilai maximum sebesar 2.593.558.152.130. Sedangkan nilai minimum dana
3.603.241 yang berarti bahwa sumber dana dari perimbangan sebesar 422.158 yang berarti bahwa
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk sumber dana dari pemerintah pusat kepada
belanja daerah tertinggi di kabupaten/kota di pemerintah daerah terendah didapat oleh kabupaten
Indonesia didapat oleh Kabupaten Jember tahun Bolaang Mongondow Timur tahun 2015 dengan
2017, dengan jumlah belanja daerah sebesar Rp dana perimbangan sebesar Rp 422.158.981.231.
3.603.241.990.271. Sedangkan nilai minimum Nilai mean populasi dana perimbangan sebesar
belanja daerah sebesar 485.216 yang berarti bahwa 1.016.299 lebih tinggi 62.122 dibandingkan mean
sumber dana dari pemerintah pusat kepada sampel dana perimbangan sebesar 954.177. Hal ini
pemerintah daerah terendah didapat oleh kabupaten menunjukkan bahwa mean dana perimbangan sudah
Bolaang Mongondow Timur tahun 2015 dengan menggambarkan populasi yang ada.
belanja daerah sebesar Rp 485.216.652.501. Nilai Variabel kinerja keuangan menunjukkan
mean populasi belanja daerah sebesar 1.569.082 nilai mean sebesar 214.441 dan nilai standar deviasi
lebih tinggi 205.564 dibandingkan mean sampel sebesar 9.984 yang artinya variabel kinerja
belanja daerah sebesar 1.363.518. Hal ini keuangan mempunyai sebaran kecil karena standar
menunjukkan bahwa mean belanja daerah sudah deviasi lebih kecil daripada nilai mean, sehingga
menggambarkan populasi yang ada. simpangan data pada variabel kinerja keuangan ini
Variabel pajak daerah menunjukkan nilai dapat dikatakan baik. Nilai maximum sebesar
mean sebesar 44.531 dan nilai standar deviasi 274.749 yang berarti kinerja keuangan tertinggi di
sebesar 77.216 yang artinya variabel pajak daerah kabupaten/kota di Indonesia didapat oleh Kabupaten
mempunyai sebaran besar karena standar deviasi Purwakarta tahun 2017, dengan kinerja keuangan
lebih besar daripada nilai mean, sehingga simpangan sebesar 274.74%. Sedangkan nilai minimum kinerja
data pada variabel pajak daerah ini dapat dikatakan keuangan sebesar 196.771 yang berarti kinerja
kurang baik. Nilai maximum sebesar 645.367 yang keuangan terendah didapat oleh Kota Pagar Alam
berarti bahwa sumber dana dari pemerintah pusat tahun 2018 dengan kinerja keuangan sebesar
kepada pemerintah daerah tertinggi di 196.77%. Nilai mean populasi kinerja keuangan
kabupaten/kota di Indonesia didapat oleh Kabupaten sebesar 229.302 lebih tinggi 14.861 dibandingkan
Purwakarta tahun 2017, dengan jumlah pajak daerah mean sampel kinerja keuangan sebesar 214.441. Hal
sebesar Rp 645.367.076.240. Sedangkan nilai ini menunjukkan bahwa mean kinerja keuangan
minimum pajak daerah sebesar 303.646 yang berarti sudah menggambarkan populasi yang ada.
bahwa sumber dana dari pemerintah pusat kepada Variabel dana insentif daerah menunjukkan
pemerintah daerah terendah didapat oleh kabupaten nilai mean sebesar 11.084 dan nilai standar deviasi
Asmat tahun 2015 dengan pajak daerah sebesar Rp sebesar 14.256 yang artinya variabel dana insentif
303.646.081. Nilai mean populasi pajak daerah daerah mempunyai sebaran besar karena standar
sebesar 103.287 lebih tinggi 58.756 dibandingkan deviasi lebih besar daripada nilai mean, sehingga
mean sampel pajak daerah sebesar 44.531. Hal ini simpangan data pada variabel dana insentif daerah
menunjukkan bahwa mean pajak daerah sudah ini dapat dikatakan kurang baik. Nilai maximum
menggambarkan populasi yang ada. sebesar 52.588 yang berarti bahwa sumber dana dari
Variabel dana perimbangan menunjukkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
nilai mean sebesar 954.177 dan nilai standar deviasi tertinggi di kabupaten/kota di Indonesia didapat oleh
sebesar 349.269 yang artinya variabel dana Kabupaten Sleman tahun 2017, dengan jumlah dana
perimbangan mempunyai sebaran kecil karena insentif daerah sebesar Rp 52.588.927. Sedangkan
standar deviasi lebih kecil daripada nilai mean, nilai minimum dana insentif daerah sebesar Rp 0
sehingga simpangan data pada variabel dana yang berarti bahwa sumber dana dari pemerintah

7
pusat kepada pemerintah daerah terendah didapat pendidikan, kesehatan, penyediaan fasilitas sosial,
oleh beberapa kabupaten/kota yang belum fasilitas umum, dan pengembangan sistem jaminan
memenuhi kriteria yang ditentukan. Nilai mean sosial. Belanja daerah dapat mempengaruhi tingkat
populasi dana insentif daerah sebesar 14.041 lebih pertumbuhan ekonomi yang erat kaitannya dengan
tinggi 2.957 dibandingkan mean sampel dana peningkatan kinerja pemerintah daerah.
insentif daerah sebesar 11.084. Hal ini menunjukkan Pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara tidak
bahwa mean dana insentif daerah sudah langsung berhubungan dengan semakin banyaknya
menggambarkan populasi yang ada. pembangunan infrastruktur dan penyediaan fasilitas
Pendekatan Model Estimasi Data Panel publik yang bertujuan untuk kesejahteraan publik.
Pemilihan Model Estimasi dalam penelitian ini Hal ini mengindikasikan bahwa anggaran belanja
dilakukan dengan tiga cara yaitu, Pooled Least daerah pemerintah daerah sudah direalisasikan
Square, Fixed Effect Model (FEM), dan Random secara baik untuk penggunaan kinerja. Inilah yang
Effect Model (REM). Dalam memilih model estimasi menyebabkan belanja daerah berpengaruh
yang tepat dapat menggunakan hasil dari Uji Chow, signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah
Uji Hausman dan Uji Breusch Pagan Lagrange daerah. Semakin tinggi belanja pemerintah daerah
Multiplier. Setelah melakukan pengujian tersebut, seharusnya mencerminkan semakin tingginya
model yang paling baik digunakan yaitu model tingkat pelayanan yang diberikan kepada
Fixed Effect Model. masyarakat. Selanjutnya, semakin tinggi tingkat
pelayanan yang diberikan maka semakin tinggi nilai
Interpretasi Hasil Penelitian kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut.
a. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Kinerja Kinerja keuangan daerah yang tinggi menunjukkan
Keuangan Pemerintah Daerah kemampuan keuangan daerah menjadi tinggi
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk sehingga memungkinkan untuk mengalokasikan
melihat pengaruh belanja daerah terhadap kinerja belanja daerah lebih besar.
keuangan pemerintah daerah. Nilai koefisien regresi b. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Kinerja
variabel X1 (Belanja Daerah) bernilai positif yaitu Keuangan Pemerintah Daerah
sebesar 3.09 artinya setiap peningkatan 1% belanja Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk
daerah diprediksi akan menaikkan kinerja keuangan melihat pengaruh pajak daerah terhadap kinerja
sebesar 3.09 dengan asumsi variabel lainnya tetap. keuangan pemerintah daerah. Nilai koefisien regresi
Selain itu pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai variabel X2 (Pajak Daerah) bernilai positif yaitu
signifikansi variabel belanja daerah sebesar 0.0000, sebesar 3.99 artinya setiap peningkatan 1% belanja
artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. Maka daerah diprediksi akan menaikkan kinerja keuangan
penelitian ini membuktikan bahwa H₀ diterima atau sebesar 3.99 dengan asumsi variabel lainnya tetap.
variabel belanja daerah berpengaruh terhadap Selain itu pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai
kinerja keuangan pemerintah daerah. signifikansi variabel pajak daerah sebesar 0.0000,
Hasil penelitian ini sejalan dengan artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Maka
penelitian Nur Ade, Kiswanto (2015) dan Reny penelitian ini membuktikan bahwa H₀ diterima atau
Retno (2016) yang menyatakan belanja daerah variabel pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan keuangan pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah. Tapi bertolak belakang dengan Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Mustikarin dan Fitriasari penelitian Salman Alfarisi H (2015) yang
(2012) yang membuktikan bahwa belanja daerah menyatakan pajak daerah berpengaruh signifikan
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
kinerja keuangan pemerintah daerah. Tetapi bertolak belakang dengan penelitian yang
Undang-undang Republik Indonesia dilakukan Mirna yang menyatakan pajak daerah
Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 167 ayat 1 menyatakan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
bahwa belanja daerah digunakan untuk melindungi pemerintah daerah
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Menurut Undang-undang no 28 Tahun
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah,
pelayanan urusan wajib dan pelayanan lain di bidang “Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang

8
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat 0.0000, artinya nilai signifikansi lebih kecil dari
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan 0.05. Maka penelitian ini membuktikan bahwa H₀
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan diterima atau variabel dana perimbangan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
besarnya kemakmuran rakyat.” Kemampuan daerah.
pemerintah daerah untuk menghasilkan keuangan Hasil penelitian ini didukung dengan
daerah melalui penggalian sumber-sumber penelitian yang dilakukan oleh Marhawai (2015)
kekayaan asli daerah atau PAD harus terus dipacu yang berpendapat bahwa Dana perimbangan
pertumbuhannya (Wenny, 2012). Pajak daerah yang berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan
merupakan salah satu sumber penting PAD ini akan Pemerintah Daerah. Tetapi bertolak belakang
sangat berpengaruh pada kinerja keuangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reny Retno
pemerintah daerah. Kinerja ini dapat dilihat melalui (2016) dan Mirna Sesotyaningtyas (2012) yang
sasaran yang telah tercapai dalam pelaksanaan menyatakan Dama Perimbangan tidak berpengaruh
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
Pajak merupakan salah satu komponen Dana Perimbangan yang meliputi Dana
pembentuk PAD, semakin tinggi pajak yang Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
didapatkan oleh daerah maka semakin besar PAD (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan
yang diterima, jika PAD yang diterima oleh daerah dana transfer dari pemerintah pusat kepada
semakin tinggi maka daerah tersebut dapat pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai
dikatakan mandiri karena daerah tersebut mampu kelebihan belanja daerah. Apabila realisasi belanja
membiayai urusan daerahnya sendiri tanpa daerah lebih tinggi daripada pendapatan daerah
bergantung terhadap pemerintah pusat. Pajak daerah maka akan terjadinya defisit. Oleh karena itu, untuk
digunakan sebaik-baiknya untuk keperluan daerah menutup kekurangan belanja daerah maka
dalam hal pemenuhan kebutuhan daerah. Semakin pemerintah pusat akan mentransfer dana dalam
besar pajak daerah yang diperoleh atau diterima oleh bentuk Dana Perimbangan kepada pemerintah
suatu daerah dan pemanfaatan pajak daerah yang daerah. Selain itu, adanya kewajiban pemerintah
benar membuat besaran dana yang digunakan atau pusat kepada daerah masih sangat dibutuhkan untuk
disalurkan pemerintah daerah untuk melakukan mendukung pembangunan daerah sehingga
belanja juga semakin besar. Kinerja ini dapat dilihat diperlukan Dana Perimbangan untuk mempercepat
melalui sasaran yang telah tercapai dalam pembangunan daerah.
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada Tingkat kemampuan daerah untuk
masyarakat. Besaran pajak daerah diatur dalam menghimpun pendapatan sangat bervariasi hal ini
perda pajak yang dibuat oleh pemerintah daerah bergantung kondisi daerah yang bersangkutan.
untuk menggali sumber daya daerah agar dapat Berkaitan dengan daerah yang memiliki kekayaan
memenuhi pembiayaan daerah tersebut. Besar sumber daya alam atau tidak, daerah dengan
kecilnya pajak yang diperoleh daerah tergantung intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah,
dari pemerintahan daerahnya. serta adanya kewajiban untuk menjaga ketercapaian
c. Pengaruh Dana perimbangan terhadap Kinerja standar pelayanan minimum di setiap daerah.
Keuangan Pemerintah Daerah Daerah dengan sumber daya yang sedikit
memerlukan subsidi atau Dana Perimbangan agar
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk dapat mencapai standar pelayanan minimum itu.
melihat pengaruh dana perimbangan terhadap Oleh karena itu dengan adanya Dana Perimbangan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan yang diberikan oleh pemerintah pusat maka
hasil uji t pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai pemerintah daerah dapat meningkatkan Kinerja
koefisien regresi bernilai negatif sebesar -3.14, Keuangan Pemerintah Daerah. Namun disisi lain,
artinya apabila dana perimbangan mengalami hal ini dapat pula menunjukkan bahwa suatu daerah
kenaikan sebesar 1 persen maka kinerja keuangan memiliki tingkat ketergantungan kepada pemerintah
pemerintah daerah akan menurunkan sebesar 3.14%. pusat tersebut tinggi, sehingga kemandirian suatu
Selain itu pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai daerah tersebut menurun.
signifikansi variabel dana perimbangan sebesar

9
d. Pengaruh Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dapat berbentuk pembayaran/bonus (financial)
terhadap Dana Insentif Daerah ataupun penghargaan/fasilitas (non financial) yang
dihubungkan dengan kinerja. Sejak diberlakukannya
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk reward dan punishment terhadap pengelolaan
melihat pengaruh kinerja keuangan pemerintah keuangan daerah, Kementerian Keuangan mencatat
daerah terhadap dana insentif daerah. Berdasarkan adanya peningkatan kinerja perbaikan LKPD ke
hasil uji t pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai Pemerintah Pusat. Hal ini tampak dari peningkatan
koefisien regresi sebesar -7.95, artinya apabila jumlah daerah yang menerima alokasi Dana Insentif
kinerja keuangan pemerintah daerah mengalami Daerah dari tahun ke tahun. Tahun 2010-2018.
kenaikan sebesar 1 persen maka kinerja keuangan Kriteria Dana insentif daerah dilihat tidak hanya dari
pemerintah daerah akan menurunkan sebesar 7.95%. kinerja keuangan saja tetapi juga dari kriteria kinerja
Selain itu pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai ekonomi dan kesejahteraan selaras/mendukung asas
signifikansi dana insentif daerah sebesar 0.1070, penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya
artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka asas tertib penyelenggara Negara, kepentingan
penelitian ini membuktikan bahwa H₀ ditolak atau umum, keterbukaan, profesionalitas, akuntabilitas,
variabel kinerja keuangan pemerintah tidak dan keadilan.
berpengaruh terhadap dana insentif daerah. KESIMPULAN
Dana insentif daerah merupakan salah satu 1. Belanja Daerah berpengaruh terhadap kinerja
cara memotivasi pemerintah daerah agar capaian keuangan pemerintah daerah.
kinerja yang didapatkan setiap daerah semakin baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
Setiap daerah yang mempunyai kinerja baik dalam signifikansi variabel belanja daerah sebesar
mengelola keuangan maka semakin tinggi dana 0.0000, artinya nilai signifikansi lebih kecil dari
insentif daerah yang didapatkan. Dana tersebut 0.05. Maka penelitian ini membuktikan bahwa
digunakan untuk penyediaan layanan dasar publik, belanja daerah berpengaruh terhadap kinerja
pembangunan dan peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi
pengelolaan keuangan di daerah. Setiap daerah belanja pemerintah daerah seharusnya
berlomba mendapatkan dana insentif daerah yang mencerminkan semakin tingginya tingkat
besar. Kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
dana insentif daerah setiap tahunnya ditingkatkan Selanjutnya, semakin tinggi tingkat pelayanan
karena banyak daerah yang sudah mempunyai opini yang diberikan maka semakin tinggi nilai kinerja
WTP. Pemerintah daerah yang mendapatkan keuangan pemerintah daerah tersebut.
pemotongan anggaran yang besar oleh pemerintah 2. Pajak Daerah berpengaruh terhadap kinerja
pusat dikarenakan sistem perencanaan keuangan pemerintah daerah.
pembangunan daerah yang disusun pemerintah Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
sebelumnya tidak berbasis data dan tidak sesuai signifikansi variabel pajak daerah sebesar
dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. 0.0000, artinya nilai signifikansi lebih kecil dari
Keberhasilan program kerja tidak hanya dilihat dari 0.05. Maka penelitian ini membuktikan bahwa
banyaknya jumlah fasilitas infrastruktur yang telah pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja
dibangun atau jumlah sumber daya manusia yang keuangan pemerintah daerah. Semakin besar
telah mengikuti pelatihan, tetapi juga dilihat dari pajak daerah yang diperoleh atau diterima oleh
sejauh mana manfaat yang telah dan akan dirasakan suatu daerah dan pemanfaatan pajak daerah yang
oleh masyarakat. benar membuat besaran dana yang digunakan
Adhiyana (2010) menyebutkan bahwa atau disalurkan pemerintah daerah untuk
sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai melakukan belanja daerah juga semakin besar,
alat pengendalian organisasi karena pengukuran belanja daerah tersebut digunakan untuk
kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan pelayanan kepada masyarakat. Kinerja ini dapat
punishment. Di samping itu, menurut Anggraini dilihat melalui sasaran yang telah tercapai dalam
(2013) pencapaian kinerja dapat didorong melalui pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
pemberian insentif. Ariyadi (2013) menjelaskan kepada masyarakat.
bahwa insentif merupakan motivator ekstrinsik yang

10
3. Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja DAFTAR PUSTAKA
keuangan pemerintah daerah. Armaja, Ibrahim, R., & Aliamin. (2015). Pengaruh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Kekayaan Daerah, Dana Perimbangan dan
signifikansi variabel dana perimbangan sebesar Belanja Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
0.0000, artinya nilai signifikansi lebih kecil dari (Studi pada Kabupaten/Kota di Aceh). Jurnal
0.05. Maka penelitian ini membuktikan bahwa Perspektif Ekonomi Darussalam Volume 3
dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja Nomor 2, September 2015.
keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi Azhar. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi
dana perimbangan yang diberikan oleh Keberhasilan Permendagri Nomor 13 Tahun
pemerintah pusat maka pemerintah daerah dapat 2006 Pada Pemerintah Aceh. Thesis.
meningkatkan Kinerja Keuangan Pemerintah Badan Pusat Statistik Statistik Keuangan
Daerah. Namun disisi lain, hal ini dapat pula Pemerintah Kabupaten/Kota 2015-2016.
menunjukkan bahwa suatu daerah memiliki Badan Pusat Statistik Statistik Keuangan
tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat Pemerintah Kabupaten/Kota 2016-2017.
tersebut tinggi, sehingga kemandirian suatu Badan Pusat Statistik Statistik Keuangan
daerah tersebut menurun. Pemerintah Kabupaten/Kota 2017-2018.
4. Kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap Bastian. (2006). Akuntansi Sektor Publik.
kinerja keuangan pemerintah daerah. Surabaya: Erlangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Dhia, W., & Cherrya. (Analisis Pengaruh
signifikansi variabel dana perimbangan sebesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
0.1070, artinya nilai signifikansi lebih besar dari Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten
0.05. Maka penelitian ini membuktikan bahwa dan Kota Di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
kinerja keungan tidak berpengaruh terhadap Ilmiah STIE MDP, Volume 2, No.1.
kinerja keuangan pemerintah daerah. Setiap Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2015,
daerah yang mempunyai kinerja baik dalam Laporan Realisasi Anggaran.
mengelola keuangan maka semakin tinggi dana http://www.djpk.go.id diakses pada 3 Mei 2019
insentif daerah yang didapatkan. Dana tersebut pukul 19.05 .
digunakan untuk penyediaan layanan dasar Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2016,
publik, pembangunan dan peningkatan kapasitas Laporan Realisasi Anggaran.
pengelolaan keuangan di daerah. Tetapi kriteria http://www.djpk.go.id diakses pada 3 Mei 2019
kinerja tidak hanya dilihat dari kinerja keuangan pukul 19.07.
tetapi dilihat dari berbagai kriteria yang lainnya. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2017,
Saran Laporan Realisasi Anggaran.
1. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel- http://www.djpk.go.id diakses pada 3 Mei 2019
variabel selain yang digunakan agar hasilnya pukul 19.09.
dapat saling melengkapi penelitian ini. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2018,
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan Laporan Realisasi Anggaran.
proksi lain selain rasio kemandirian, rasio http://www.djpk.go.id diakses pada 3 Mei 2019
efisiensi, rasio aktivitas dalam mengukur kinerja pukul 19.11.
keuangan pemerintah daerah yang diantaranya Halim, A. (2014). Akuntansi Sektor Publik :
adalah rasio Efektivitas, rasio pertumbuhan dan Akuntansi Keuangan Daerah . Jakarta: Salemba
DSCR (Debt Service Coverage Ratio. Empat.
Hamzah, A. (2007). Analisa Kinerja Keuangan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran
dan Kemiskinan : Pendekatan Analisis Jalur
(Studi pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di
Provinsi Jawa Timur). Simposium Nasional
Akuntansi X.

11
Imas, Komariah; Anwar, Yohny; Komariah, Imas;. Sekaran, U. (2014). Metodologi Penelitian untuk
(2016). In Manajemen Sumber Daya Alam. Bisnis (Research Methods for Business).
Bandung: Alfabeta. Jakarta: Salemba Empat.
Indrawan, Y. (2013) Faktor-faktor yang Sesotyaningtyas, M. (2012). Pengaruh Leverage,
mempengaruhi kinerja keuangan pada Ukuran Legislatif, Dana perimbangan dan
pemerintah kabupaten/kota se-Provinsi Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja
Sulawesi Selatan. Jurnal Akuntansi Universitas Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting
Hasanudin. Analysis Jurnal , Volume 1, No.1 Tahun 2012.
Kepmendagri. Tentang Pedoman Penilaian dan Sumarjo, H. (2010). Pengaruh Karakteristik
Kinerja Keuangan Nomor 690.900.327 tahun Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
1996. Pemerintah Daerah Studi Empiris Pada
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Yogyakarta: Penerbit Andi. Indonesia.
Marfiana, Nandhya, & Lulus K. (2013). Pengaruh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Karakteristik Pemerintah Daerah dan Hasil Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Pemeriksaan Audit BPK Terhadap Kinerja Retribusi Daerah.
Keuangan Daerah Kabupaten/Kota . Journal & Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Proceeding FEB UNSOED Vol 3, No 1. Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Marhawai. (2015). Pengaruh Ukuran Legislatif, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Kemakmuran Pemerintah DAerah, Ukuran Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Daerah dan Intergovernmental antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Revenue terhadap Kinerja Keuangan Daerah.
Pemerintah Daerah (Studi Pada
Kabupaten/Kota di Aceh Tahun 2010-2014).
Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 8 no 1,
Januari 2015, PP 49-58.
Mustikarini, Widya Astuti, & Debby Fitriasari.
(2012). Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia Tahun Anggaran 2007. Simposium
Nasional Akuntansi XV : Banjarmasin.
Nachrowi, & Usman. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi
dan Keuangan. Jakarta : Univeristas Indonesia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 38 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
anggaran 2019.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemrintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nsaioal (RPJMN) Thaun
2010-2014.

12

Anda mungkin juga menyukai