TAHUN 2014-2018
Weni Avri Rahman_18043211_weniavrirahman@gmail.com
ABSTRAK
Pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan
menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi.
Melalui pengukuran kinerja dapat diketahui kemajuan organisasi, serta meningkatkan
kualitas dalam pengambilan keputusan, dan termasuk akuntabilitasnya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh. Data yang
digunakan adalah data kuantitatif berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, untuk mengukur kinerja keuangan
melalui rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukan, rasio ketergantungan keuangan
daerah terhadap pemerintah pusat dan provinsi masih sangat tinggi, begitu juga dengan
rasio kemandiriannya masih sangat rendah. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Kota Payakumbuh masih rendah dengan pola instruktif, sedangkan rasio efisiensi belanja
Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh sudah dikategorikan efisien. Hasil Rasio
Pertumbuhan berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Payakumbuh sudah
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Saran untuk pemerintah Kota Payakumbuh
sebagaimana lebih meningkatkan PAD melalui penerimaan sektor pajak dan retribusi
daerah.
ABSTRACT
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemerintah daerah adalah lembaga yang mempunyai tugas dan wewenang dalam
mengatur jalannya pemerintahan di daerah, meningkatkan pembangunan daerah serta
memberikan pelayanan kepada masyarakat luas. Suatu daerah bisa dikatakan maju dan
berkembang jika mampu menciptakan roda pemerintahan yang transparan, memiliki
akuntabilitas yang tinggi, dan menerapkan value for money dengan benar. Sebagai
lembaga atau organisasi yang tidak berorientasi pada laba, pemerintah daerah memiliki
tujuan utama yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut dapat
berupa pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegakan hokum, transportasi
public, infrastruktur, dan penyediaan barang kebutuhan public seperti penyediaan bahan
kebutuhan pokok masyarakat.
Kinerja pemerintah merupakan suatu hal yang menjadi fokus perhatian dalam
melakukan pengelolaan keuangan suatu negara. Kinerja tersebut dinilai baik jika mampu
melaksanakan tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Tanpa adanya target atau tujuan
pencapaian, kinerja suatu lembaga atau organisasi tidak akan dapat diketahui karena tidak
ada tolak ukur yang bisa menggambarkan hal tersebut. Adanya ukuran kinerja bertujuan
untuk dapat membantu pemerintah daerah agar berfokus pada tujuan dan sasaran dari
program unit kerja. Program atau kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mendorong
perekonomian daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor.
Pencapaian tujuan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan potensi
Pendapatan Asli Daerah atau PAD ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat
yang digunakan untuk mendanai penyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang
memadai dan juga berkualitas.
Dalam melaksanakan pelyanan masyarakat tersebut tentunya anggaran belanja yang
diperlukan juga akan terus meningkat. Anggaran belanja tersebut dikumpulkan dari
beberapa potensi sumber daya dan pendapatan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Anggaran pendapatan dan belanja yang telah dikumpulkan, dirangkum dalam suatu
program atau rancangan pemerintah yang disebut juga dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Nantinya, APBD tersebut merupakan salah satu laporan yang
ada dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan suatu alat bagi pemerintah untuk
pengendalian dan evaluasi kinerja pemerintah itu sendiri, baik secara keseluruhan maupun
unit-unit yang ada dalam lembaga tersebut (Mahmudi, 2010). Manfaat utama dari laporan
keuangan pemerintah daerah yaitu untuk memberikan informasi keuangan pemerintah
daerah kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan laporan tersebut yang
nantinya akan berguna dalam pengambilan keputusan, baik ekonomi, sosial maupun
keputusan di bidang politik.
Namun, masih banyak pihak-pihak yang belum bisa membaca serta memahami
laporan keuangan dengan baik dan benar. Tidak semua pemangku kepentingan memahami
akuntansi yang merupakan alat untuk menghasilkan laporan keuangan. Karena tidak
semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan baik, sementara mereka
akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk membuat keputusan,maka
2
ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu
dibantu dengan analisis laporan keuangan.
Dalam menganalisis laporan keuangan, dapat digunakan berbagai metode. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah
Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Menurut
Mardiasmo (2005:169) penggunaan Analisis Rasio Keuangan sebagai alat analisis kinerja
keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial,
sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas
sehingga secara teoritis masih belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan
kaidah pengukurannya. Ada beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah,
diantaranya adalah dengan mengitung Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio
Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Pertumbuhan (Abdul
Halim, 2002:128).
Pemerintah kota Payakumbuh masih memiliki beberapa permasalahan keuangan
daerahnya yaitu ketergantungan pemerintah daerah kepada subsidi yang kuat pada
pemerintah pusat yang dibuktikan dengan besarnya bantuan dari pemerintah pusat dari
segi anggaran rutinnya. Masalah lain yang tengah dihadapi pemerintah daerah kota
Payakumbuh adalah rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-
sumber pendapatan asli daerahnya serta kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan
daerah dalam pengelolaan dan menggali sumber-sumber pendapatan yang ada.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah seharusnya pemerintah Kota Payakumbuh
harus lebih berani dan mampu memaksimalkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Sehingga berbagai permasalahan yang telah dijelaskan di atas tadi berangsung-angsur
mulai teratasi. Analisis kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota Payakumbuh adalah
suatu proses penilaian mengenai tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan Kota Payakumbuh dalam bidang keuangan untuk kurun waktu
tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan Kota Payakumbuh Tahun 2014-2018.”
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Kemandirian?
2. Bagaimana Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Efektifitas terhadap PAD?
3. Bagaimana Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Efisiensi Keuangan Daerah?
4. Bagaimana Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Pertumbuhan?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1. Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio Kemandirian.
3
2. Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio Efektifitas terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
3. Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio Efisiensi Keuangan
Daerah.
4. Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio Pertumbuhan.
4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam menganalisis Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh
dengan menerapkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan
Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Pertumbuhan adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui Kinerja Keuangan
Daerah Kota Payakumbuh ditinjau dari teori Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio
Pertumbuhan dan kemudian untuk menganalisis Kinerja Keuangan Daerah Kota
Payakumbuh.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan referensi atau sumbangan
pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh dalam menganalisis Kinerja
Keuangan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada
perkembangan zaman yang semakin kompetitif.
b. Bagi penulis, ini merupakan media untuk belajar memecahkan masalah secara ilmiah
dan mengetahui pengaruh Penerapan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio
Pertumbuhan Kota Payakumbuh.
4
B. KAJIAN TEORITIS
1. Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah
dilaksanakan sebelumnya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawati Ariana (2012) dengan judul
“Analisis Pendapatan dan Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai
Timur”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang nilai efisiensi,
efektifitas, dan ekonomis dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Kutai Timur. Analisis ini menggunakan beberapa alat analisis
diantaranya Analisis Varians Pendapatan, Derajat Desentralisasi, Rasio
Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD,
Analisis Varians Belanja, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Belanja Daerah
terhadap PDRB. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Kutai Timur telah melaksanakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah secara efisien, efektif dan ekonomis yang dilihat dari hasil
yang diperoleh sesuai dengan karakteristik yang ada pada alat analisis tersebut.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Triyono (2013) dengan judul “Analisis
Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo
APBD 2009-2011”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Kinerja
Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo APBD 2009- 2011 yang diukur
dengan menggunakan rasio keuangan daerah. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa rasio kemandirian rendah dengan tingkat ketergantungan
dari pihak eksternal masih tinggi. Rasio efektivitas yang dicapai tinggi. Rasio
efisiensi menunjukkan dalam memungut PAD sudah efisien. Rasio aktivitas
pada belanja pembangunan masih rendah. Rasio pertumbuhan menunjukkan
hasil yang positif. Rasio derajat desentralisasi rendah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Bahrun Assidiqi (2014) dengan judul “Analisis
Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Klaten Tahun 2008-2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja
Keuangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten tahun 2008-
2012. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Bahrun Assidiqi ini
menunjukkan Kinerja Keuangan Kabupaten Klaten tahun 2008-2012 secara
umum dapat dikatakan baik, meskipun tingkat ketergantungan terhadap
pemerintah pusat semakin tinggi dan pemungutan pajak daerah masih belum
efisien.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Pramono (2014) dengan judul “Analisis
Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi
Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Rasio Keuangan untuk menilai Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan Pemerintah
Kota Surakarta untuk tahun 2010 dan 2011 yang masih kurang atau perlu
menjadi perhatian adalah pada aspek kemandirian dan aspek keserasian.
Kemandirian Pemerintah Kota Surakarta dalam memenuhi kebutuhan dana
untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
5
masyarakat masih sangat rendah, karena rasionya hanya sebesar 15,83 %
(2010) dan 24,44% (2011).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Astriana Nabila Muhibtari pada tahun 2014
dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012”. Penelitian ini bertujuan
untuk menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang dengan
menggunakan Analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kota Magelang tahun anggaran 2008-2012. Berdasarkan hasil
perhitungan dan analisis Kinerja Keuangan Daerah dapat disimpulkan, bahwa
pola hubungan tingkat kemandirian daerah Kota Magelang berada pada
kriteria instruktif. Tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah
Kota Magelang masih kurang, namun, tingkat Efektivitas pengelolaan
keuangan daerah Kota Magelang terbilang sangat efektif dan tingkat Efisiensi
pengelolaan keuangan daerah Kota Magelang terbilang sangat efisien. Rasio
Keserasian Belanja menunjukkan keseimbangan antar belanja belum
seimbang.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Listiyani Natalia (2015) dengan judul “Analisis
Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada Pemerintah
Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Laporan
Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten
Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan di
Pemerintah Kabupaten Sleman baik, dalam merealisasikan belanja daerahnya
sudah efisien karena tidak melebihi anggaran. Namun ketergantungan
pemerintah daerah terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi.
2. Definisi Variabel
a. Kinerja Keuangan Daerah
Menurut Mohamad Mahsun (2012:25), Kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/ kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. Kinerja Keuangan Daerah adalah tingkat
pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi
penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang
ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundangundangan selama
satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang
terbentuk dari unsur Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa
perhitungan APBD.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan Daerah
adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan
menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam mengelola
keuangannya. Tujuannya adalah ntuk memenuhi tiga maksud, yaitu pertama,
memperbaiki kinerja pemerintah, ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu
pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja, sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan efektivitas dalam memberi pelayanan publik, kedua,
mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan, dan ketiga, mewujudkan
6
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan
(Mardiasmo, 2002:121).
b. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Menurut Mulyadi (2007), kinerja merupakan keberhasilan personel, tim atau
unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. Istilah kinerja sering digunakan
untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok
individu tersebut dan mempunyai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kriteria
tersebut berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.
Tanpa adanya tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin
dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Salah satu cara yang dilakukan
dalam mengukur kinerja pemerintahan daerah dalam mengelola keuangannya
adalah menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
dilaksanakan dan ditetapkan oleh pemerintah daerah. Beberapa rasio yang bisa
digunakan adalah : Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas
PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Pertumbuhan.
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan tingkat
kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak
dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli
Daerah dibandingkan dengan Pendapatan Daerah yang berasal dari sumber
lain (Pendapatan Transfer) antara lain : Bagi hasil pajak, Bagi hasil bukan
pajak sumber daya alam, Dana alokasi umum dan Alokasi khusus, Dana
darurat dan pinjaman (Abdul Halim 2007:5). Rumus yang digunakan untuk
menghitung Rasio Kemandirian adalah :
PAD
RKKD= x 100%
Pendapatan Transfer
7
2. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan
(Mahmudi 2010:143). Rasio Efektivitas PAD dihitung dengan cara
membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD
atau yang dianggarkan sebelumnya . Rumus rasio ini adalah sebagai berikut :
Realisasi PAD
Rasio Efektifitas = x 100%
Anggaran PAD
8
berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing
komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk
mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian (Abdul
Halim 2007:241). Rumus untuk menghitung Rasio Pertumbuhan adalah
sebagai berikut :
Pn - Po
r=
Po
Keterangan :
r = Rasio Pertumbuhan
Pn = Total Pendapatan Daerah/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi
yang dihitung pada tahun ke-n
P0 = Total Pendapatan Daerah/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi
yang dihitung pada tahun ke-0 (tahun sebelum n)
Rasio Pertumbuhan berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi daerah
yang perlu mendapatkan perhatian. Semakin tinggi nilai Total Pendapatan
Daerah (TPD), PAD, dan Belanja Modal yang diikuti oleh semakin rendahnya
Belanja Operasi, maka pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah
yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode berikutnya. Jika semakin
tinggi nilai TPD, PAD, dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin
rendahnya Belanja Modal, maka pertumbuhannya adalah negatif. Artinya
bahwa daerah belum mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya.
3. Kerangka Penulisan
Kerangka berpikir dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
Laporan
Keuangan
Rasio
Keuangan
9
C. METODE PENELITIAN
10
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
2017 2018
116.596.479.804 94.287.442.042
596.081.338.107 565.250.189.018
25.516.483.482 26.568.857.964
739.010.301.393 708.532.769.024
693.724.127.002 715.317.536.552
Tabel 1 menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah di Kota Payakumbuh dalam lima
tahun terakhir mengalami fluktuasi. Ini dibuktikan dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah
yang meningkat di tahun 2015 dibandingkan dengan tahun anggaran 2014, namun
mengalami penurunan di tahun 2016. Kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun
2017 dan menurun lagi pada tahun 2018. Transfer pemerintah pusat jika dilihat dari table
diatas menunjukkan jumlah yang mengalami peningkatan di dua tahun pertama namun
mengalami penurunan pada dua tahun terakhir. Sedangkan transfer dari pemerintah
provinsi secara konsisten terus mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir. Ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kota Payakumbuh masih bergantung pada
pemerintah pusat dan provinsi yang dibuktikan dengan jumlah transfer yang terus naik.
Total pendapatan daerah pemerintah Kota Payakumbuh mengalami peningkatan pada
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, namun mengalami penurunan di tahun 2018.
Begitu juga dengan jumlah belanja daerahnya.
11
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan tingkat
kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rumus dalam
menghitung rasio ini adalah :
PAD
RKKD= x 100%
Pendapatan Transfer
Pola
Tahun Realisasi PAD Transfer RKKD
Hubungan
2014 65.900.626.216 476.588.257.965 13,83% Instruktif
2015 100.646.557.921 530.282.777.081 18,98% Instruktif
2016 87.445.115.902 624.617.488.593 14,00% Instruktif
2017 116.596.479.804 621.597.821.589 18,76% Instruktif
2018 94.287.442.042 591.819.046.982 15,93% Instruktif
12
b. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam
memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan (Mahmudi
2010:143). Rasio Efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi
penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD atau yang dianggarkan
sebelumnya . Rumus rasio ini adalah sebagai berikut :
Realisasi PAD
Rasio Efektifitas = x 100%
Anggaran PAD
13
c. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan perbandingan
antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan
realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah
dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio
yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%.
Semakin kecil Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung
secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh
pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan
pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :
Pendapatan Rasio
Tahun Belanja Daerah Kriteria
Daerah Efesiensi
2014 593.640.727.396 603.642.162.181 98,34% Efisien
2015 692.842.346.896 703.922.042.002 98,43% Efisien
2016 740.534.383.683 717.632.636.495 103,19% Tidak Efisien
2017 693.724.127.002 739.010.301.393 93,87% Efisien
2018 715.317.536.552 708.532.769.024 100,96% Tidak Efisien
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa untuk belanja Pemerintah Daerah Kota
Payakumbuh setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, hanya ditahun
2017 belanja daerah mengalami penurunan, dan untuk tingkat realisasi Pendapatan
Daerah juga cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun sedikit
menurun pada tahun 2018. Untuk tahun 2014 rasio efesiensi sebesar 98,34% yang
termasuk dalam kategori efisien karena berada dibawah angka 100%. Sedangkan
untuk tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 98,43%% dan masih termasuk
dalam kategori efisien karena berada dibawah 100%. Untuk tahun 2016 rasio
efisiensi mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 103,19% dan
mengalami penurunan di tahun 2017 kemudian meningkat lagi di tahun 2018 yaitu
masing-masing sebesar 93,87% dan 100,96% tergolong efisien dan tidak efisien.
yang termasuk dalam kategori efisien karena berada dibawah 100%. Melalui
14
analisis efisiensi dapat diketahui seberapa besar efisiensi dalam belanja daerah
dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Payakumbuh. Dengan perhitungan
rasio efisiensi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar belanja daerah yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh dalam meningkatkan pendapatan
daerah. Dengan meningkatnya rasio efisiensi atas Pendapatan Pemerintah Daerah
Kota Payakumbuh, menunjukkan bahwa kinerja dari pendapatan daerah Kota
Payakumbuh mengalami penurunan karena besarnya belanja yang dikeluarkan
Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh, untuk meningkatkan Pendapatan Daerah
Kota Payakumbuh.
d. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan bermanfaat untuk mengatahui apakah pemerintah daerah
dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran,
kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan atau belanja secara
positif atau negative (Mahmudi 2010:138). Rasio ini mengukur seberapa besar
kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilannya yang telah dicapai dari satu periode ke periode berikutnya.
Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber
pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-
potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian (Abdul Halim 2007:241). Rumus
untuk menghitung Rasio Pertumbuhan adalah sebagai berikut :
Pn - Po
r=
Po
Keterangan :
r = Rasio Pertumbuhan
Pn = Total Pendapatan Daerah/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi
yang dihitung pada tahun ke-n
P0 = Total Pendapatan Daerah/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi
yang dihitung pada tahun ke-0 (tahun sebelum n)
Rasio Pertumbuhan berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi daerah yang
perlu mendapatkan perhatian. Semakin tinggi nilai Total Pendapatan Daerah
(TPD), PAD, dan Belanja Modal yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja
Operasi, maka pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah yang
bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya
dari periode yang satu ke periode berikutnya. Jika semakin tinggi nilai TPD, PAD,
dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Modal, maka
pertumbuhannya adalah negatif. Artinya bahwa daerah belum mampu
meningkatkan pertumbuhan daerahnya.
15
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
Kota Payakumbuh
Realisasi Pertumbuhan
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan
Daerah Daerah
2013 54.177.950.840
2014 65.900.626.216 21,64%
2015 100.646.557.921 52,72%
2016 87.445.115.902 -13,12%
2017 116.596.479.804 33,34%
2018 94.287.442.042 -19,13%
Rata-rata Pertumbuhan 15,09%
Berdasarkan perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Kota Payakumbuh pada tabel
diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan PAD dari tahun 2014 sampai
dengan tahun 2018 adalah sebesar 15,09%. Pertumbuhan PAD tertinggi terjadi
pada tahun 2015 yaitu sebesar 52,72% dan pertumbuhan PAD terendah terjadi
pada tahun 2018 yaitu hanya sebesar -19,13%. Pertumbuhan PAD Pada tabel
perhitungan diatas dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif, dimana pertumbuhannya mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada tahun 2014 pertumbuhan PAD dari tahun sebelumnya adalah
21,64% dan pada tahun 2015 pertumbuhannya meningkat drastis menjadi 52,72%.
Pada tahun 2016, 2017 dan 2018 pertumbuhan PAD cenderung menurun setiap
tahunnya, meskipun mengalami kenaikan di tahun 2017. Pada tahun 2016
pertumbuhan PAD menurun menjadi 13,12%. Pada tahun 2017 pertumbuhan PAD
meningkat yaitu 33,34% dan pada tahun 2018 pertumbuhan PAD kembali
mengalami penurunan yaitu 19,13%. Pemerintah Kota Payakumbuh harus selalu
meningkatkan PAD nya dengan cara mengoptimalkan sumber daya yang ada serta
mengoptimalkan berbagai macam potensi yang dimilikinya. Akan lebih baik jika
Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh tidak terlalu bergantung kepada Bantuan
Pemerintah Pusat untuk bisa mandiri mengelola daerahnya.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan Daerah
Kota Payakumbuh
Tahun Realisasi Pendapatan Daerah Pertumbuhan
2013 542.604.532.146
2014 603.642.162.181 11,25%
2015 703.922.042.002 16,61%
2016 717.632.636.495 1,95%
2017 739.010.301.393 2,98%
2018 708.532.769.024 -4,12%
Rata-rata Pertumbuhan 5,73%
16
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan daerah
selalu mengalami pertumbuhan yang positif walaupun pada setiap tahunnya
pertumbuhan pendapatan daerah selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2015
pertumbuhan total pendapatan memiliki rasio yang paling tinggi dibandingkan
dengan tahun-tahun berikutnya, yaitu sebesar 16,61% dan pertumbuhan yang
paling rendah terjadi pada tahun 2018 yaitu -4,12%. Upaya Pemerintah Daerah
Kota Payakumbuh untuk selalu meningkatkan pendapatan daerahnya dapat
dikatakan cukup berhasil meskipun sebagian besar pendapatannya bersumber dari
bantuan pemerintah pusat. Agar kedepannya kinerja Pemerintah Daerah Kota
Payakumbuh lebih meningkat dan lebih optimal lagi, maka seharusnya Pemerintah
Daerah Kota Payakumbuh selalu meningkatkan pendapatan daerahnya dari sektor
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Daerah Kota
Payakumbuh
Pertumbuhan
Tahun Realisasi Belanja Daerah
Belanja
2013 512.840.670.449
2014 593.640.727.396 15,76%
2015 692.842.346.896 16,71%
2016 740.534.383.683 6,88%
2017 693.724.127.002 -6,32%
2018 715.317.536.552 3,11%
Rata-rata Pertumbuhan 7,23%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan belanja daerah
selalu mengalami pertumbuhan yang positif walaupun pada setiap tahunnya
pertumbuhan belanja daerah masih ada yang mengalami penurunan. Pada tahun
2015 pertumbuhan total belanja daerah memiliki rasio yang paling tinggi
dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya, yaitu sebesar 16,71% dan
pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada tahun 2017 yaitu -6,32%. Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja daerah Kota Payakumbuh selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan
daerah tersebut juga semakin meningkat dan dibuktikan dengan pengeluaran yang
bertumbuh setiap tahunnya.
17
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Analisis Rasio Keuangan untuk menilai
Kinerja Keuangan pemerintah daerah Kota Payakumbuh tahun anggaran 2014 sampai
dengan tahun 2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) pada tahun anggaran 2014 sampai
dengan 2018 masih tergolong rendah sekali dalam memenuhi kebutuhan dana
untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
social masyaratak. Ini terlihat dari hasil rata-rata RKKD Pemerintah Daerah Kota
Pangkalpinang dari tahun anggaran 2014 sampai dengan 2018, berdasarkan
pengolahan data yang diringkas dari Laporan Realisasi APBD kota Payakumbuh
adalah sebesar 16,30%. Pada kisaran rata-rata RKKD kota Payakumbuh tersebut
maka pola hubungan keuangan daerah Kota Payakumbuh masuk kedalam
kategori Instruktif. Dimana pengelolaan keuangan daerah Kota Payakumbuh
masih didominasi oleh bantuan dana dari Pemerintah Pusat. Maka dapat dikatakan
Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh masih belum mampu melaksanakan
otonomi daerah.
2. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh jika dilihat dari Rasio
Efektifitas PAD terbilang sangat efektif dalam merealisasikan PAD yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan dalam laporan
APBD. Hal ini terlihat dari rata-rata Rasio Efektifitas PAD pemerintah Daerah
Kota Payakumbuh tahun anggran 2014 sampai dengan tahun 2018 adalah sebesar
102,36% sehingga termasuk kedalam kategorii yang cukup efektif.
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh jika di lihat dari Rasio
Efisiensi Belanja tahun anggaran 2014 sampai dengan tahun 2018 sudah efisien.
Hal ini terlihat dari hasil Rasio Efisiensi Belanja Kota Payakumbuh tahun
anggaran 2014 sampai dengan tahun 2018 yakni sebesar 98,96%. Karena Rasio
Efisiensi Belanja Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh tahun anggaran 2014
sampai dengan tahun 2018 masih kurang dari 100% dari nilai anggaran
belanjanya sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah Kota
Payakumbuh sudah efisien dalam menggunakan anggaran belanjanya.
4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh tahun anggaran 2014
sampai dengan tahun 2018 jika dilihat dari Rasio Pertumbuhan PAD, Rasio
Pertumbuhan Pendapatan Daerah, dan Rasio Pertumbuhan Belanja Daerah sudah
mengalami pertumbuhan yang positif walaupun masih mengalami kenaikan dan
penurunan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Triyono, H. (2013). Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten
Sukoharjo APBD 2009-2011.
Ulum, I. (2009). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
20