Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELTIAN

PERAN GOOD GOVERNANCE SEBAGAI PEMODERASI DALAM


PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA AMBON
(Studi Empiris Pemerintah Kota Ambon)

Oleh :

JAINAP PADILA HENAULU

2019 30 073

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

untuk suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menjelaskan

kinerja perusahaan (SAK, 2009). Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2009, tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang membantu banyak

pengguna dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban dari

pelaksanaan kinerja yang berhubungan dengan keuangan selama periode

tertentu kepada para pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan haruslah

menyajikan seluruh informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pengguna, dan

tentunya informasi yang disajikan tersebut haruslah berkualitas dan juga dapat

dijadikan dasar evaluasi bagi pemeriksa keuangan dalam memberikan

pendapat atau opininya. Tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi tentang kondisi keuangan, kinerja dan arus kas

perusahaan. Informasi ini membantu berbagai pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan alokasi sumber daya yang dibuat perusahaan untuk

aktivitas yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan bahwa, informasi yang disajikan

1
dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan

informasi dari semua kelompok pengguna.

Oleh karena itu, pelaporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk

memenuhi kebutuhan spesifik setiap kelompok pengguna. Akan tetapi, karena

laporan keuangan pemerintah merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah, maka unsur-unsur

laporan yang harus diajukan sekurang-kurangnya meliputi jenis laporan dan

item informasi yang dipersyaratkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan (Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010).

Laporan keuangan daerah digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

oleh berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, DPRD dan

pemerintah daerah. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai dengan

kebutuhan pemakai. Pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan tersebut untuk keperluan perencanaan,

pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang terdapat

dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus memenuhi beberapa

karakteristik kualitatif yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu relevan, andal,

dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

Dalam laporan keuangan sering kali terjadi masalah diantaranya

permasalahan tersebut yakni terkait dengan pertanggungjawaban belanja

barang dan jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan, sehingga mempengaruhi

2
kewajaran penyajian laporan keuangan Pemerintah Kota Ambon, pihak BPK

memberikan Opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas laporan keuangan

Pemerintah Daerah Kota Ambon tahun anggaran 2020 dari opini ini

mengalami penurunan dari tahun anggaran sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan BPK memberikan opini disclaimer dikarenakan

DPRD belum mampu melakukan pengelolaan keuangan secara baik dan benar

sebab hal ini merupakan tanggungjawab bersama selaku Aparatur Sipil Negara

di Pemerintah Kota Ambon.

Seperti diketahui, LKPD telah menerima disclaimer untuk tahun anggaran

2021. LKPD telah kembali menerima laporan WDP tahun anggaran 2020.

Selain itu, Kota Ambon untuk pertama kalinya membuat sejarah dan

mendapatakan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), ini akan disimpan dalam

LKPD tahun anggaran 2018-2019. Sekarang giliran LKPD tahun anggaran

2017 Pemerintah Kota Ambon mendapat opini tertinggi dengan pengecualian

(WDP).

Berdasarkan hasil penyelidikan ditemukan bahwa Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) Provinsi Maluku tidak dapat memberikan opini penilaian

atau disclaimer terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kota

Ambon Tahun Anggaran 2021. BPK tidak memberikan pendapat terhadap

LHP LKPD Kota Ambon lantaran BPK menemukan permasalahan

pengendalian intern maupun ketidakpatuhan yang sangat material dan

signifikan sehingga BPK menyimpulkan opini tidak menyatakan pendapat

3
atau disclaimer. (https://www.malukuterkini.com/2022/05/20/laporan-

keuangan-pemkot-ambon-tahun-2021-disclaimer-simak-penjelasan-bpk/).

Pemerintahan yang baik (good governance) meliputi profesionalitas,

akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi dan partisipasi,

efesiensi dan efektivitas, supermasi hukum, bervisi strategis. Tjokromidjoj

dalam Sinambela (2006) dan United Nation Development Program (UNDP)

dalam Mardiasmo (2004).

Good governance bisa menjadi bagian dari upaya untuk menjalankan asas-

asas demokrasi dan demokratisasi, untuk membawa tingginya aspek

pemenuhan hak untuk rakyat, ditetapkannya solidaritas dan keadilan nilai, dan

adanya penekanan HAM dalam berbagai kegiatan kehidupan Negara. Good

governance dipahami sebagai konsep ideologi politik untuk membuat pokok

dan prinsip umum tentang pemerintahan untuk dijadikan pegangan untuk

menyelenggarakan kehidupan masyarakat. Pelanggaran dalam menyajikan

laporan keuangan pada saat ini masih sering terjadi, misalnya melakukan

pemalsuan laporan untuk merugikan beberaapa kalangan.

Berkembangnya akuntansi sektor publik di Indonesia semakin cepat dalam

melaksanakan kegiatan otonomi daerah, otonomi daerah adalah syarat

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Pemerintah daerah yang

merupakan yang memegang amanah wajib untuk memberikan

tanggungjawaban, melaporkan, menyajikan dan mengungkapkan kegiatan-

kegiatan untuk memberi tanggungjawab untuk pihak pemberi perintah.

Pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan atas pelaksanaan dana

4
pemerintah untuk dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan

masyarakat.

Untuk mengukur berhasil atau tidaknya perspektif pengelolaan keuangan

sebuah organisasi pemerintahan dilihat dari pengelolaan keuangannya yang

baik yang dapat memberikan kepastian tentang suatu kegitan yang nantinya

pemerintah akan melakukan macam-macam upaya peningkatan akuntabilitas

dan transparansi pengelolaan keuangan daerah, (Ruspina 2013). Pengelolaan

keuangan daerah yang baik menjamin keberhasilan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, akuntabilitas dan pengawasan keuangan

daerah (Halim dan Damyanti 2007:23), hasil penelitian terdahulu.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah

sistem pengendalian internal. Sistem pengendalian intern terus dipelihara oleh

manajemen dan seluruh pegawai untuk mencapai keamanan yang akan dicapai

melalui operasi yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, serta

perlindungan dan perlindungan aset milik negara, kepatuhan hukum untuk

memastikan tujuan organisasi dan peraturan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian

intern yang dilaksanakan secara luas oleh pemerintah pusat dan daerah

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008). Menurut

Mahmudi (2010) dalam Muliani (2011) mengatakan bahwa sistem

pengendalian internal adalah sebagai berikut, Sistem pengendalian internal

adalah proses yang integral dari tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh

manajemen (eksekutif) dan jajarannnya kepastian atau kepercayaan yang

5
wajar untuk mencapai tujuan organisasi melalui operasi yang efektif dan

efisien, pelaporan keuangan yang andal, perlindungan aset pemerintah, dan

kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan.

Menurut Randal dan Alvin dalam Depitasari, et al., (2014: 2) Sistem

Pengendalian Internal memiliki beberapa elemen yang sangat penting dalam

pengelolaan suatu akuntabilitas daerah, elemen-elemen tersebut adalah

lingkungan pengendalian, risiko pengendalian, aktivitas pengendalian,

informasi dan komunikasi. Salah satu unsur sistem pengendalian internal

adalah lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan

elemen fundamental dari kegiatan operasional perusahaan yang aman, sehat

dan mampu berkembang dengan baik.

Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan

dimana presentase sebagai pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dapat disimpulkan bahwa partisipasi sistem pengendalian internal

berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Artinya jika sistem

pengendalian internal baik maka kualitas laporan keuangan pun akan baik.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Firmnsyah dan

Sinambela (2020) yang berjudul “Pengaruh Sistem Pengendalian Internal

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu pada variabel penelitian dan lokasi penelitian.

Pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel Sistem

Pengendalian Internal dan meneliti pada Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Provinsi Jawa Barat di tahun 2020, sedangkan pada penelitian ini

6
meneliti pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Ambon

2022. Perbedaan lainnya yaitu peneliti menambahkan variabel Good

Governance sebagai variable moderasi, variabel independen yang di replikasi

dari penelitian Maramis (2018). Semakin baik penerapan Good governance

sebagai variable moderasi maka semakin bagus pula kualitas suatu laporan

keuangan pada pemerintah daerah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Peran Good Governance

Sebagai Pemoderasi dalam Pengaruh Sistem Pengendalian Internal

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pemerintah Kota

Ambon).”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Sistem Pengendalian Internal berpengaruh Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan ?

2. Apakah Good Governance mampu Memoderasi Pengaruh Sistem

Pengendalian Internal Terhadap kualitas Laporan Keuangan

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh sistem pengendalian internal

terhadap kualitas laporan keuangan pada OPD Pemerintah Kota Ambon.

7
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh good governance sebagai

pemoderasi dalam pengaruh sistem pengendalian internal terhadap kualitas

laporan keuangan pada OPD Pemerintah Kota Ambon.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

cuan unuk digunakan sebagai beriku:

1. Manfaat Teoritis

 Bagi Dinas Pemerintah Kota Ambon

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

bagi para pegawai keuangan yang bekerja pada OPD Pemerintah Kota

Ambon.

2. Manfaat Praktis

 Bagi Peneliti

Penelitin ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan atau pertimbangan

bagi peneliti selanjutnya dalam menjalankan dan mengembangkan peran

good governance sebagai pemoderasi dalam pengaruh sistem pengendalian

internal terhadap kualitas laporan keuangan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi ang mengadopsi pendapat jensen & Meckling (1976),

Hendriksen (2005) dijelaskan bahwa hubungn rakyat dengan pemerintah dapat

dikatakan sebagai hubungan keagenan yaitu hubungan yang timbul karena adanya

kontrak yang ditetapkan oleh rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai

agen, unruk menyediakan jasa yang menjadi kepetingan rakyat. Untuk mengawasi

perilaku pemerintah serta menyelaraskan tujuan rakyat dan pemerintah, rakyat

mewajibkan pemerintah untuk mempertanggungjawaban pengelolaan sumber

daya yang dipercayakan kepada pemerintah melalui mekanisme pelaporan

keuangan secara periodik. Dari laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab

pemerintah, rakya melalui legislatif dapat mengukur, menilai sekaligus

mengawasi kinerja pemerintah.

Teori keagenan juga menyatakan bahwa agen cenderung tidak menyukai

resiko. Tanggungjawab yang ditunjukan peerintah daerah sebagai pihak eksekutif

tidak yang berupa penyajian laporan keuangan yang lengkap dan wajar, tetapi

juga bagaimana mereka mampu membuka akses untuk para pengguna laporan

keuangan. Pemerintah daerah sebagai agen akan menghindari resiko berupa

ketidak percayaan stakeholders terhadap kinerja mereka. Oleh karena itu,

9
pemerintah daerah akan berusaha untuk menunjukan bahwa kinerja mereka

selama ini baik dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan daerah (Safari,2009).

2.2. Kualitas Laporan Keuangan

2.2.1. Defenisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan

atau instansi pada periode akuntansi yang dapat digunakan untuk kinerja

perusahaan atau kinerja instansi. Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Berikut penjelasan pengertian laporan keuangan : Menurut Irham

Fahmi (2014:2) menyatakan bahwa definisi laporan keuangan adalah :

“Suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan,

dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja

keuangan perusahaan tersebut.”

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 No.1 paragraf 10, menyatakan bahwa

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas.”

Sedangkan menurut PP No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, mengemukakan bahwa :

“Laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan

dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama

periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui sumber daya

10
ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional

pemerintah, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisien suatu

entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan

perundang-undangan.”

2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

tujuan laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi

pemakainya guna untuk pengambilan keputusan. Berikut tujuan laporan keuangan

adalah :

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah.

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan

sumber daya ekonomi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya.

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan

entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

11
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

2012 No.1 paragraf 10, menjelaskan bahwa :

“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas

pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

2.2.3. Pengertian Kualitas

Menurut Iman Mulyana (2010:96) , mengemukakan bahwa Kualitas

diartikan sebagai kesesuaian standar, diukur berbasis kadar ketidaksesuaian, serta

dicapai melalui pemeriksaan.

Sedangkan menurut Goetsch dan Davis dalam Hessel Nogi S Tangkilisan

(2007:209), pengertian kualitas sebagai berikut: “Kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah

keadaan yang dapat memenuhi harapan atau tingkat baik buruknya sesuatu. Bagi

suatu instansi dalam pemerintahan, kualitas dari berbagai hal perlu diperhatikan

baik kualitas pegawai maupun kualitas sistem informasi pada teknologinya.

Berbagai hal yang dimiliki oleh instansi pemerintahan apabila instansi tersebut

berkualitas maka akan dapat memberikan nilai tambah yang menguntungkan bagi

instansi tersebut.

12
2.2.4. Pengertian Kualitas Laporan Keuangan

Pengertian kualitas laporan keuangan mendefinisikan kualitas laporan

keuangan diantaranya, sebagai berikut :

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:146), menyatakan bahwa Kualitas

laporan keuangan merupakan kriteria persyaratan laporan akuntansi keuangan

yang dianggap dapat memenuhi keinginan para pemakai atau pembaca laporan

keuangan.

Sedangkan menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston yang

dialihbahasakan oleh Sam Setyautama (2008:7), mengemukakan bahwa kualitas

laporan keuangan adalah :

„‟Kualitas laporan keuangan adalah idealnya laporan keuangan harusnya

mencerminkan gambaran yang akurat tentang kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Informasinya harus berguna untuk menilai masa lalu dan masa yang

akan datang. Semakin tajam dan semakin jelas gambar yang disajikan lewat data

financial, dan semakin mendekati kebenaran.”

2.2.5. Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan

Menurut Mursyidi (2013:47), menjelaskan karakteristik kualitatif laporan

keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini

merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah

dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu :

13
1. Relevan

2. Andal

3. Dapat dibandingkan

4. Dapat dipahami

2.3. Good Governance

Good governance merupakan suatu rancangan pendekatan yang

berprioritas terhadap pembangunan sektor public dari pemerintah yang baik.

Negara dengan birokrasi pemerintah diharuskan untuk merubah pola pelayanan

daribirokratis etis ke birokratis populis. (Mardiasmo dalam Cahyadi 2016:480).

Menurut PP No. 101 Tahun 2000 menerangkan definisi good government

governance adalah “kepemerintahan yang mengemban, menerapkan prinsip-

prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, demokrasi, efisiensi,

efektivitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”. 18

Good governance dapat diartikan sebagai kepengurusan manajemen

pembangunan yang bersatu dan mempunyai tanggungjawab sesuai aturan

demokrasi secara efisien, meminimalisasi kesalahan penempatan dana investasi

dan penanggulangan korupsi baik, menerapkan ketaatan anggaran serta

menciptakan legal political frame work untuk berkembangnya aktifitas usaha,

sementara itu birokrasi di daerah masih belum kuat. Kondisi tersebut, diperlukan

adanya keraguan pada pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya. Di sisi

lain mereka juga harus mereformasi diri dari pemerintahan yang korupsi menjadi

pemerintahan yang bersih dan transparan.

14
Menurut Hasyim (2014) dan Mandalika, et al (2018) good governance

ialah kesepakatan menyangkut pengaturan suatu wilayah yang diciptakan oleh

pemerintah, masyarakat dan sektor swasta, kesepakatan tersebut mencakup

pembentukan seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana

masyarakat mengutarakan kepentingan mereka. Menurut Ristina dan Indah (2014)

manfaat yang diterima dari pelaksanakan good governance adalah peningkatan

kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih

baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan

pelayanan kepada stakeholder.

2.3.1 Konsep Good Governance

Good governance berfokus pada tindakan, fakta atau tingkah laku

Goverming yaitu mengarahkan atau mengatur atau mempengaruhi masalah public

dalan suatu Negara. (Horby dalam Jimung (2015:44).

2.3.2 Prinsip Good Governance

Ada beberapa prinsip-prinsip good governance menurut Priansa (2018)

yaitu :

1. Partisipasi

Setiap warga punya hak suara dalam memberikan keputusan

baik langsung maupun tidak langsung.

2. Penerapan Hukum

Hukum dilakukan secara adil, terutama untuk hukum hak asasi

manusia.

15
3. Transparansi

Dibuat atas dasar kebebasan informasi yang dapat diterima oleh

mereka yang membutuhkan informasi.

4. Responsivitas

Lembaga-lembaga dan proses kelembagaan harus melayani

setiap stakeholders.

5. Orientasi

Menjadi perantara kepentingan berbeda untuk mendapatkan

pilihan baik bagi kepentingan yang lebih luas.

6. Keadilan

Semua warga Negara mempunyai kesempatan untuk

meningkatkan kesejahtraan mereka.

7. Efektivitas

Menghasilkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan

dengan menggunakan sumber yang sudar ada sebaik mungkin.

8. Akuntabilitas

Bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga

stakeholder.

9. Strategi Visi

Pemimpin dan public mempunyai perspektif Good Governance

dan penegmbangan manusia yang luas dan jauh kedepan.

2.4. Pengendelian Internal

16
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP ialah Sistem Pengendalian

Intern dilaksanakan diseluruh lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Tujuan Sistem Pengendalian Internal menurut Mulyadi (2013: 163) ialah

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi serta mendorong dipatuhinya kebijakan atasan.

Menurut Valery G. Kumaat (2011) Pengendalian Internal adalah suatu

cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi.

Pengendalian Intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan

berbagai kepentingan. Istilah Pengendalian intern diambil dari terjemahan istilah

“Internal Control” meskipun demikian penulis menterjemahkan sebagai

pengawasan intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah menjadi masalah karena

tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.

Sebagaimana diketahui bahwa definisi Pengendalian Intern yang

dikemukakan commite on Auditing Procedur American Institute of Carified

Public Accountant (ICPA) adalah sebagai beirkut :

Istilah “Pengendalian Intern” baru resmi digunakan oleh IAI pada tahun

2001. Sebelumnya istilah yang dipakai adalah sebagai berikut: Sistem

Pengendalian Intern, Sistem Pengawasan Intern, dan Struktur Pengendalian

Intern. Pengendalin Intern itu sendiri mempunyai definisi yang berbeda sesuai

dengan istilahnya pada masa itu, namun dalam definisinya tujuan kurang lebih

tetap sama.

17
Menurut Mulyadi (2001), “Sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasiakan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. Sistem

pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk

memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai

tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut

pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian intern entitas tersebut.

Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip Sawyer dkk.

(2005) adalah “Pengendalian (control) intern dirancang untuk memberikan

keyakinan yang memadai tentang pencapaian dalam efektifitas dan efisiensi

operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan

yang berlaku”. Menurut Sukrisno (2004), pengendalian intern terdiri dari lima

komponen sebagai berikut:

a) Lingkungan Pengendalian, Lingkungan pengendalian menetapkan corak

suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang –

orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua

komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

b) Penaksiran Risiko, Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan

analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,

membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus

dikelola.

18
c) Aktivitas Pengendalian, Aktifitas pengendalian adalah kebijakan dan

prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen

dilaksanakan.

d) Informasi dan Komunikasi, Informasi dan komunikasi adalah

pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu

bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung

jawab mereka.

e) Pemantauan, Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja

pengendalian intern sepanjang waktu. Walaupun banyak manfaat yang di

dapat dari penerapan pengendalian intern, namun pengendalian intern itu

sendiri pastilah mempunyai kelemahan atau keterbatasan. Sukrisno (2004)

menyatakan bahwa terlepas dari bagaimana bagusnya desain operasinya,

pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi

manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan

pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut

dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian

intern. Hal ini mencakup kenyataan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Berikut ringkasan-ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini.

19
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1 Faisal (2016 ) Pengaruh Sistem (X1) Variabel


Pengendalian Intern Sistem Sistem
Terhadap Kualitas Pengendalian Pengendalian
Laporan Keuangan Pada Intern Intern
SKPD Pemrintah (Y) Berpengruh
Kabupaten Lamongan Kualitas Signifikan
Laporan Terhadap
Keuangan Kualitas
Laporan
Keuangan
2 Maramis, et al. Pengaruh Penarapan (X1) Variabel Good
(2018) Good Governance dan Good Governance
Sistem Akuntansi Governance dan Sistem
Keuangan Terhadap (X2) Akuntansi
Kualitas Laporan Sistem Keuangan
Keuangan Pada Akuntansi berpengaruh
Pemerintah Kota Keuangan terhadap
Manado (Y) Kualitas
Kualitas Laporan
Laporan Keuangan
Keuangan

3 AgustiningTyas Pengaruh Good (X1) Variabel Good


(2020) Governance, Sistem Good Governance,
Pengendalian Intern Governance (SPIP),
Pemerintah, Kompetensi (X2) Kompetensi
Sumber Daya Manusia Sistem Sumber Daya
Terhadap Kualitas Pengendalian Manusia
Laporan Keuangan Intern berpengaruh
Pemerintah Daerah Pemerintah signifikan
(LKPD) Pada OPD Kota (X3) terhadap
Malang Kompetensi Kualitas
Sumber Daya Laporan

20
Manusia Keuangan
(Y)
Kualitas
Laporan
Keuangan
4 Firmansyah Pengaruh Sistem (X1) Variabel
dan Sinambela Pengendalian Internal Sistem Sistem
(2020) Terhadap Kualitas Pengendalian Pengendalian
Laporan Keuangan Pada Internal Internal
Badan Pengelolaan (Y) Berpengaruh
Keuangan dan Aset Kualitas Positif
Daerah Provinsi Jawa Laporan terhadap
Barat Keuangan Kualitas
Laporan
Keuangan

2.6. Pengembangan Hipotesis

2.6.1. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan

Berdasarkan teori keagenan yang menyatakan bahwa agen cenderung tidak

menyukai risiko. Tanggungjawab yang ditunjukkan pemerintah daerah yang

eksekutif tidak hanya berupa penyajian laporan keuangan yang lengkap dan wajar,

tapi juga bagaimana mereka mampu membuka akses untuk para pengguna laporan

keuangan. Pemerintah daerah sebagai agen akan menghindari risiko berupa

ketidakpercyaan stakeholders terhadap kinerja mereka. Oleh karena itu,

pentingnya sistem pengendalian internal dalam pembuatan laporan keuangan

karena sistem pengendalian internal merupakan prosedur atau sistem yang

dirancang untuk mengontrol, mengawasi, mengarahkan organisasi agar dapat

mencapai suatu tujuan. Pengendalian internal biasanya di audit oleh auditor

21
internal satu bulan sekali saat akan melakukan audit laporan keuangan agar tidak

terjadi ketidakakuratan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem

pengendalian internal yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko,

aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan secara

simultan memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.

Mahmudi dalam Tuti Herawati (2014: 7) menyatakan bahwa untuk

menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan proses dan tahap-

tahap yang harus dilalui yang diatur dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.

Sistem akuntansi didalamnya mengatur tentang sistem pengendalian intern (SPI),

kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh bagus tidaknya sistem

pengendalian intern yang dimiliki pemerintah daerah. Hasil penelitian

sebelumnya, Indra Firmansyah, Rani Tarida Sinambela (2020), Ahmad Faishol

(2016) membuktiktan bahwa Sistem Pengendalian Internal bepengaruh terhadap

Kualitas Laporan Keuangan.

H1 : Sistem Pengendalian Internal bepengaruh signifikan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan.

2.6.2. Pengaruh Good Governance Sebagai Variabel Moderasi Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

Berdasarkan teori agensi yang digunakan mengatakan bahwa teori agensi

muncul karena keberadaan hubungan antara rakyat dengan pemerintah dapat

dikatakan sebagai hubungan keagenan yaitu hubungan yang timbul karena adanya

kontrak yang ditetapkan oleh rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai

22
agen, unruk menyediakan jasa yang menjadi kepetingan rakyat. Untuk mengawasi

perilaku pemerintah serta menyelaraskan tujuan rakyat dan pemerintah, rakyat

mewajibkan pemerintah untuk mempertanggungjawaban pengelolaan sumber

daya yang dipercayakan kepada pemerintah melalui mekanisme pelaporan

keuangan secara periodik. Dari laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab

pemerintah, rakya melalui legislatif dapat mengukur, menilai sekaligus

mengawasi kinerja pemerintah.

Dapat dikatakan bahwa Good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana

investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal political frame work bagi

tumbuhnya aktifitas usaha. Padahal, selama ini birokrasi daerah dianggap tidak

kompeten. Dalam kondisi demikian, pemerintah daerah selalu diragukan

kapasitasnya dalam menjalanakan desentralisasi. Karakteristik kualitas laporan

keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehinggga dapat memenuhu tujuannya. Dengan adanya pengelolaan

keuangan daerah yang baik bisa memberikan kepastian tentang keberhasilan suatu

kegiatan yang mencakup semua perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Halim dan Damyanti

2007:23). Hasil Penelitian sebelumnya, Miranda Miryam Maramis, Jenny Morasa,

Heince R.N. Wokas (2018) membuktikan bahwa Good Governance dan Sistem

Akuntansi Keuangan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

23
H2 : Good Governance mampu Memoderasi Pengaruh Sistem
Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

2.7. Model Penelitian

Sebagaimana uraian diatas maka penulis mencoba membuat Model

Penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Penelitian

Sistem Pengendalian Kualitas Laporan


Internal Keuangan
(X1) (Y)

Good Governance
(Z)

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat yang mampu memberikan data-

data yang diperlukan oleh penulis untuk mendapatkan gambaran atau keadaan

yang sebenarnya. Penelitian ini berlokasi di Dinas Pemerintah Kota Ambon

dengan objek penelitian pada pegawai bagian keuangan.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Arikunto (2002) populasi yaitu objek yang secara keseluruhan

digunakan untuk penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai

bagian keuangan yang ada pada OPD di Pemerintah Kota Ambon.

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengembalian Sampel

Menurut sugiono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi harus menggambarkan

keadaan populasi yang sebenarnya atau mewakili keseluruhan populasi. Sampel

dalam penelitian ini adalah Pegawai yang bekerja pada OPD di Pemerintah

Ambon bagian kepala keuangan, bendahara dan staf bagian keuangan.

25
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling,

yaitu yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel.

Ghozali (2011). Adapun kriteria sampel adalah :

1) Pegawai yang bekerja tetap (ASN).

2) Lama bekerja > 1 tahun

3) Kepala keuangan, bendahara dan staf bagian keuangan.

Tabel 3.1
Responden Penelitian

Jumlah
NO Nama Dinas Pegawai
Keuangan
1 Dinas Kesehatan 3
2 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3
3 Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian 3
4 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro 3
5 Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan 3
6 Dinas Pariwisata 3
7 Dinas Pemuda dan Olahraga 3
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
8 3
Anak, Masyarakat dan Desa
9 Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan 3
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
10 3
Terpadu Satu Pintu
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
11 3
Berencana
12 Dinas Pendidikan 3
13 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 3
14 Dinas Perdagangan dan Perindustrian 3
15 Dinas Perhubungan 3
16 Dinas perikanan 3
17 Dinas perpustakaan dan kearsifan 3

26
18 Dinas Pertanian dan ketahanan pangan 3
Dinas perumahan rakyat dan kawasan
19 3
permukiman
20 Dinas Sosial 3
21 Dinas Tenaga Kerja 3
22 Satuan Polisi Pamong Praja 3
23 Sekretariat DPRD 3
24 Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM 3
25 Badan Pengelola Keuangan & Aset Daerah 3
Badan Perencanaan Pembangunan & Penelitian
26 3
Pengembangan Daerah
27 Badan Penanggulangan Bencana 3
28 Badan Pengelola pajak & Retribusi Daerah 3
29 Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik 3
30 Inspektorat 3
31 Bagian Hukum 3
32 Bagian Komunikasi Pimpinan & Protokoler 3
33 Bagian Kesejahteraan Rakyat 3
34 Bagian Organisasi 3
35 Bagian Tata Pemerintahan 3
36 Bagian Umum & Perlengkapan 3
37 Bagian Pengadaan Barang & Jasa 3
38 Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam 3
39 Bagian Administrasi Pembangunan 3
40 Kecamatan Nusaniwe 3
41 Kecamatan Teluk Ambon Baguala 3
42 Kecamatan Teluk Ambon 3
43 Kecamatan Leitimur Selatan 3
44 Kecamatan Sirimau 3
Jumlah 132

3.3. Jenis Penelitian dan Sumber data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif yang berupa skor atas jawaban yang diberikan oleh

27
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner.

Beradasarkan Sugiyono (2012), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada logika dan benar-benar terjadi

(nyata), digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Dalam

penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sugiyono (2014). Data primer pada penelitian ini diperoleh

langsung dari pegawai bagian keuangan pada 21 Dinas di Pemerintah Kota

Ambon melalui kuisioner.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode

angket (kuesioner). Sejumlah pernyataan diajukan kepada responden dan

kemudian responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk

mengukur pendapat responden digunakan skala likert 5 poin, yaitu mulai dari

sangat setuju (SS = 5), setuju (S = 4), netral (N = 3), tidak setuju (TS = 2), sampai

dengan sangat tidak setuju (STS = 1).

3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam

mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk

melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan

cara pengukuran construct yang lebih baik. Indriantoro dan Supomo (2012). Ada

28
dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan variabel

dependen.

Variabel Definisi Indikator


Good Governance Good governance merupakan 1. Partisipasi (participation)
(Priansa 2018) suatu sistem dan mekanisme 2. Supremasi Hukum (rule
yang mengatur pola hubungan of law)
antara pemerintah, dunia 3. Transparasi
usaha/swasta, dan masyarakat (transparency)
dalam rangka 4. Daya tanggap
penyelenggaraan pemerintah (responsiveness)
yang bersih, demokratis, 5. Orientasi persetujuan
efektiv, dan efisien sesuai (consens orientation)
cita-cita terbentuknya 6. Ekuitas
masyarakat madani yang (equity)
makmur, sejahtera dan 7. Efisiensi dan efektivitas
mandiri. (effeciency and
effectiveness)
8. Pertanggungjawaban
(accountability)
9. Visi strategi (visi
strategis).

(D Widiyaningsih 2019)

Sistem System Pengendalian Internal 1. Lingkungan pengendalian


Pengendalian adalah kebijakan dan 2. Penilaian risiko
Internal prosedur yang dirancang 3. Informasi dan
I Gusti Agung Rai untuk memberikan keyakinan komunikasi
(2008:283) yang memadai bagi 4. Pemantauan
manajemen bahwa organisasi 5. Kegiatan pengendalian.
mencapai tujuan dan Menurut Communittee Of
sasarannya. Sponsoring Organization Of
The Threadway
Commission (COSO).

(Rizky Rahmaidha 2016)

29
Kualitas Laporan Kualitas laporan keuangan 1. Relevan
Keuangan berhubungan dengan kinerja 2. Dapat dipahami
Sumber ; Ikatan keseluruhan 3. Kehandalan
Akuntann instansi/perusahaan. Hal ini 4. Dapat dibandingkan.
Indonesia dalam menyatakan bahwa laba yang
SAK (2012:5) berkulitas tinggi terlefsikan (Ni Made Sudiarianti, dkk
pada laba yang dapat 2015)
berkesenambungan untuk
suatu periode yang lama.
Pelaporan keuangan
dikatakan tinggi/berkualitas
jika laba tahun berjalan dapat
menjadi indikator untuk laba
instansi/perusahaan di masa
yang akan datang.

3.6. Alat Analisis Data

Dalam suatu penelitian, jenis data dan hipotesis sangat menentukan dalam

ketepatan pemilihan metode analisis. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

maka digunakan beberapa metode analisis data sebagai berikut:

3.6.1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015).

3.6.2. Uji Kualitas Data

3.6.2.1. Uji Validitas

30
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2013). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson

correlation yaitu dengan melakukan korelasi antar skor butir pernyataan dengan

total skor konstruk atau variabel. Cara melihat r tabel yaitu n (jumlah sampel)

dengan signifikasi 5% (tingkat kepercayaan 95% atau alpha 0,05) pada distribusi

nilai r tabel product moment. Dengan kriteria sebagai berikut :

a) Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 5%) maka

instrument atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan

terhadap skor total (dinyatakan valid).

b) Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 5%) maka

instrument atau item-item pernyataan tidak berkorelasi signifikan

terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

3.6.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2013). Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan coefficient cronbach’s alpha.

Cronbach’s alpha merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas antar item

yang paling popular dan merupakan indeks konsistensi reliabilitas yang cukup

31
sempurna, semakin tinggi koefisien Cronbach’s alpha, berarti semakin baik

pengukuran suatu instrumen. Apabila nilai Cronbach Alpha ˃ 0,6 maka,

menunjukkan instrumen yang digunakan reliabel (Ghozali, 2013)

3.6.3. Uji Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu

distribusi data. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan One

Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Kaidah yang digunakan untuk menguji normalitas pada teknik

KolmogorovSmirnov adalah dengan melihat skor Sig (Asymtotic Significance),

yaitu :

a) Jika angka Sig > 0,05 maka residual berdistribusi normal.

b) Jika angka Sig < 0,05 maka residual berdistribusi tidak normal

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,

2018). Uji Multikolinieritas dapat dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance

dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Uji multikolinieritas

dibuktikan dengan nilai VIF dan nilai tolerance. Jika hasil pengujian menyatakan

bahwa :

32
a) Nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.10 dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikolinieritas.

b) Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0.10 maka dinyatakan terjadi

multikolinieritas

3.6.3.3 Uji Heterokedastisitas.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2018). Jika varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedatisitas dan jika

berbeda disebut heterokedastisitas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

metode Glejser, dimana untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah

sebagai berikut :

a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas

b) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas

3.6.4. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau pernyataan sementara yang perlu

dibuktikan kebenarannya. Regresi linier berganda merupakan salah satu pengujian

hipotesis untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (independen) terhadap

variabel tetapnya (dependen). Selain itu, uji hipotesis yang lainnya yaitu Uji T dan

Uji R².

33
3.6.4.1 Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated Regression Analysis (MRA) adalah menguji hubungan kausal

antara variabel independen dengan variabel dependen yang diperkuat atau

diperlemah dengan adanya variabel pemoderasi. Pada penelitian ini Analisis

Moderated Regression Analysis (MRA) digunakan untuk menguji hipotesis ke 2

(H2) dengan menggunakan metode interaksi. Model pengujian dalam persamaan

sebagai berikut:

1. Meregresikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)


sehingga akan diperoleh
Persamaan I:
Y = α + β1X + ε

2. Meregresikan variabel independen (X) dan variabel moderasi (Z) terhadap


variabel dependen (Y) sehingga akan diperoleh
Persamaan II:
Y = α + β1X + β2Z + ε

3. Meregresikan variabel independen (X), variabel moderasi (Z) dan variabel


interaksi (XZ) terhadap variabel dependen (Y) sehingga akan diperoleh
Persamaan III:
Y =α + β1X + β2Z + β3X*Z + ε

Keterangan:
Y : Kualitas Laporan Keuangan
Α : konstanta
β1, β2, : koefisien regresi
X1 : Sistem Pengendalian Internal
Z : Good Governance
X*Z : Interaksi antara variabel X dengan Y
ε : variabel pengganggu/eror

34
Hasil dari uji MRA menggunakan metode interaksi akan menjadi dasar untuk
mengetahui jenis variabel moderasi yang didalam penelitian ini. Menurut
(Solimun, 2011) Variabel moderasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu
Pure Moderator (moderasi murni), Quasi Moderator (moderasi semu),
Homologiser Moderator (moderasi potensial) dan Predictor Moderator (moderasi
sebagai predictor).

Tabel 3.3
Jenis Variabel Moderasi

Kriteria
Jenis variable
β2 pada Persamaan II Β3 pada Persamaan III
β2 ≠ 0 β3 = 0
Predictor
(Signifikan) (Tidak Signifikan)
β2 = 0 β3 = 0
Homologizer
(Tidak Signifikan) (Tidak Signifikan)
β3 ≠ 0
Quasi Moderator β2 ≠ 0 (Signifikan)
(Signifikan)
β2 = 0 β3 ≠ 0
Pure Moderator
(Tidak Signifikan) (Signifikan)

3.6.4.3 Uji T (Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2013).

Pengujian Dirumuskan dengan t tabel = (α/2 ; n-k-1) dimana α adalah

tingkat signifikansi 5% (tingkat kepercayaan 95%), n yaitu jumlah sampel dan k

adalah jumlah variabel. Kriteria yang digunakan adalah :

35
a) Jika t hitung < t tabel maka variabel independen Tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

b) Jika t hitung > t tabel maka artinya variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

c) Jika nilai Sig < 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

3.6.4.2 Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien Determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan

variabelvariabel independen menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2013).

Setiap tambahan satu variabel maka R2 akan meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh sebab itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

nilai adjuted R2 saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2,

nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila suatu variabel independen

ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013).

36
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.


Rineka Cipta
Cahyadi Arif (2016). (Penerapan Good Governance Dalam Pelayanan Publik
(Studi Tentang Kualitas Pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk
Perbasis Good Governance Dikecamatan Sukulilo Surabaya). Jurnal
Penelitian Administrasi Publik. Vol. 2 No. 2, hal. 479 – 494
Fahmi, Irham. (2014). Analisa Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta

Faishol, Ahmad. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas


Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada SKPD Pemerintah Kabupaten
Lamongan) Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi. Volume I No

Firmansyah, Sinambela, 2020. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap


Kualitas laporan Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah Provinsi Jawa Barat. Land Journal Volume 1, Nomor 1

Goetsch, David L, and Stanley B, Davis. 2006. 5 Edition. Quality Management.


New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program Husen,
Umar. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Gramedia Putaka Utama
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivera dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Herawati, Tuti. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas


Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda
Cianjur). Jurnal accounting Vol XI, No. 1
Halim dan Damayanti (2007). Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua.
Cetakan: Pertama. Yogyakarta.Penerbit : UUP STIM YKPM
Imam Mulyana. 2010. Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba
Empat
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE-Yogyakarta.
Jensen, Michael C. Dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3. hal. 305-360.

37
Jimung Martin. Politik Lokal Dan Pemerintah Daerah Dalam Prespektif Otonomi
Daerah, Yogyakarta: Pustaka Nusantara. 2015
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
Andi.

Miramis, Morasa, R.N Wokas. 2018. Pengaruh Penerapan Good Governance Dan
Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada
Pemerintah Kota Manado. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern.

Mulyadi. 2001 Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.

Nubatonis, Rusmiwari, Suwasono. 2014. Implementasi Prinsip-Prinsip Good


Governance dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik.
Jurnal Politik Vol. 3, No

Pangestika, Fierda, 2016. Pengaruh Pengendalian Internal, Good Governance, dan


Komitmen organisasi Terhadap Kinerja Pegawai. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintahan.

Priansa, Domi Juni. (2018). Manajemen Organisasi Publik Mengembangkan


Organisasi Modern Berorientasi Publik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Purba, BR N Indria. 2018. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


(SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan pada Kantor Keuangan
Desa Wilayah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammdiyah Sumatera Utara Medan,
skripsi

Ruspina R (2013). Delivery Of Public Services –The Way Forward 31st Edition.
`New Delhi India : Agni School Of Business Excellence.

Sawyer, Dittenhofer, S. Cheiner, 2005. Internal Auditing, Buku Satu, Edisi


Kelima, Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. A
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.

38
Sukrisno, Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik, Edisi ketiga, Jilid 1, Lembaga Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta
Solimun, 2011. Analisis Variabel moderasi dan mediasi. Program Studi Statistika
FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Valery G kumaat, 2011, Internal Audit. Jakarta : Penerbit Erlangga.

(https://www.malukuterkini.com/2022/05/20/laporan-keuangan-pemkot-ambon-

tahun-2021-disclaimer-simak-penjelasan-bpk/)

39
LEMBAR KUESIONER

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN SISTEM PENGENDALIAN


INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris Pada Dinas di Pemerintah Kota Ambon)

A. PETUNJUK

Bapak/Ibu diminta untuk memberi tanda tickmark (√) pada salah satu
kotak yang tersedia. Yakinlah bahwa Bapak/Ibu tidak memberikan tanda
tickmark (√) lebih dari satu kotak dan tidak ada pertanyaan yang belum
dijawab atau terlewatkan.

B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :……………………………………
2. Jabatan : …… ………………………………
3. Status Kepegawaian : PNS P3K
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
5. Umur : ……………………………………
6. Tingkat Pendidikan : SMA D3 S1
S2
7. Lama Bekerja : <1 Thn 1-5 Thn >5
Thn

Mohon di isi dengan memberikan tanda centang (√ ) pada salah satu skala
1 s.d 5 dengan keterangan sebagai berikut :

STS = Sangat Tidak Setuju N = Normal SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju S = Setuju

40
1. Good Governance

Partisipasi (Participation) STS TS N S SS


Masyarakat memperoleh data dan informasi untuk
memberikan bahan masukan dalam penyusunan
rencana pengelolaan keuangan daerah dari
1 pemerintah daerah
Pihak OPD memiliki peran aktif dalam proses
penyusunan anggaran mulai dari memberikan
2 pendapat dan kritik
Kepastian Hukum (Rule of Law)
Peraturan Daerah dan kebijakan public lainnya
3 disusun demi kepentingan masyarakat
Pemerintah daerah menjamin adanya kepastian
hukum dalam penyelenggaraan pengelolaan
keuangan pemerintah daerah dan telah dilaksanakan
4 tanpa diskriminasi dan adanya benturan kepentingan
Transparansi (Transparency)
Dalam menyusun anggaran segala proses dan
tahapan penyusunan dilakukan secara tertib, aman,
5 dan terbuka
Data dan informasi yang menyangkut pengelolaan
keuangan dapat diperoleh oleh pengguna laporan
6 tersebut demi kepentingan bersama
Responsiveness
Terdapat sistem pengaduan masyarakat yang telah
disusun dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan public khususnya dalam hal pengelolaan
7 keuangan
Cepat dan tanggap menindaklanjuti kritik dan saran
8 atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
Consensus Orientation
Rencana kerja OPD khususnya pengelolaan
keuangan disusun berdasarkan program dan kegiatan
periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan
usulan program serta kegiatan yang berasal dari
9 masyarakat
10 Memfasilitasi forum OPD yang membahas prioritas
program dan kegiatan sebagai upaya
menyempurnakan rancangan rencana kerja OPD

41
yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan
Equity
Pemerintah daerah menyusun program yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
11 masyarakat
Bantuan financial maupun non financial dapat
diperoleh oleh masyarakat dalam rangka
12 peningkatan kesejahteraannya
Efektifitas dan Efisiensi
Tingkat keberhasilan pelaksanaan program telah
13 sejalan dengan penyusunan anggaran dan target
Penggunaan anggaran pada OPD telah sesuai dengan
14 alokasinya
Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan
dilaksanakan secara periodik melalui Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
15 dan disampaikan tepat pada waktunya
Penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik harus
berorientasi pada prinsip-prinsip akuntabilitas
dengan menerapkan prosedur operasional standar
16 yang berlaku
Strategic Vision
Pemerintah daerah menyusun visi dan misi yang
bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan
17 (sustaniable development)
Anggaran yang disusun dalam pengelolaan keuangan
SKPD telah ditetapkan sesuai dengan visi dan misi
18 pemerintah daerah
Sumber : D Widiyaningsih (2019)

42
2. Sistem Pengendalian Internal

 Lingkungan Pengendalian STS TS N S SS


Di instansi tempat saya bekerja, pengendalian dan
pemeriksaan atas segalah catatan dan dokumen yang
1 penting sudah dilakukan secara baik
Di instansi tempat saya bekerja, pimpinan selalu
melakukan evaluasi terhadap tugas yang dilakukan
2 pegawai
Penilaian Risiko
Di instansi tempat saya bekerja, pimpinan sudah
melaksanakan tanggungjawabnya sesuai dengan
3 peraturan dari pemerintah
Sistem Pengendalian Internal yang ada di instansi
tempat saya bekerja sudah mempertimbangkan
4 risiko yang berasal dari luar
Informasi dan Komunikasi
Pemanfaatan teknologi informasi (penggunaan
password, mendokumentasikan dokumen secara
terstruktur, dll) telah dimanfaatkan dengan baik di
5 tempat saya bekerja
Sistem informasi yang ada di dalam instansi selalu
diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi
6 yang ada
Pemantauan
Adanya pemantauan dari pimpinan/instansi dapat
membantu mengatasi tindak kecurangan yang
7 dilakukan oleh pegawai
Di instansi tempat saya bekerja, pemantauan atas
aktivitas operasional yang ada dalam seluruh
8 instansi dilakukan secara terus menerus
Kegiatan Pengendalian
Di instansi tempat saya bekerja, pemeriksaan fisik
atas kekayaan instansi (kas, piutang, dll) dilakukan
9 setiap saat
Pembagian fungsi untuk setiap tugas telah dilakukan
10 oleh instansi tempat saya bekerja
Sumber : Rizky Rahmaidha (2016)

43
3. Kualitas Laporan Keuangan

 Relevan STS TS N S SS
Laporan keuangan yang saya susun sesuai dengan
SAP, dengan informasi yang lengkap mencakup
semua informasi akuntansi yang dapat digunakan
1 dalam pengambilan keputusan
Laporan keuangan yang saya susun selesai secara
tepat waktu sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan saat ini dan mengoreksi
2 keputusan masa lalu (feedback value)
Kehandalan
Informasi yang saya sajikan dalam laporan keuangan
telah benar dan memenuhi kebutuhan para pengguna
dan tidak berpihak pada kepentingan pihak tertentu
3 sehingga teruji kebenarannya
Informasi yang sajikan dalam laporan keuangan
menggambarkan dengan jujur transaksi dan
peristiwa lainnya sehingga bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan yang bersifat
4 material
Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
yang saya susun selalu dapat dibandingkan dengan
5 laporan keuangan periode sebelumnya
Dalam penyusunan laporan keuangan, saya telah
menggunakan kebijakan akuntansi yang berpedoman
6 pada SAP dari tahun ke tahun
Dapat dipahami
Laporan yang saya buat disusun secara sistematis
7 sehingga mudah dimengerti dan dipahami
Informasi yang saya sajikan dalam laporan keuangan
telah jelas dan disajikan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
8 pengguna
Sumber : Ni Made Sudiarianti, dkk (2015)

44

Anda mungkin juga menyukai