Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN USULAN MINI PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan Oleh:
Nama : Rachmat Albikz
N.P.M : 22919048
JUDUL : Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dengan Pengendalian
Internal Sebagai Variabel Moderasi.

1. Latar Belakang
Sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk menyediakan atau memproduksi
barang dan kebutuhan untuk masyarakat. Dengan semakin banyaknya tuntutan kebutuhan
masyarakat atas transparansi keuangan negara di Indonesia saat ini, maka kualitas laporan
keuangan pun sangat di butuhkan untuk memenuhi transparansi laporan keuangan tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa laporan keuangan merupakan media bagi sebuah entitas,
dalam hal ini pemerintah berwenang untuk mempertanggung jawabkan kinerja keuangannya
kepada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung
informasi keuangan yang berkualitas.
Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Undang-Undang Nomor 71 Tahun
2010 tentang SAP dijelaskan bahwa “laporan keuangan berkualitas itu memenuhi
karakteristik, relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami”. Di suatu organisasi
yang didirikan diberlakukan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang pertimbangan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan terus dilakukan evaluasi dan evolusi,
selanjutnya reformasi pengelolaan keuangan Negara oleh pemerintah salah satunya
ditetapkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara. Pada Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 khususnya pasal 31, disebutkan bahwa
“Gubernur/Bupati/Wali Kota wajib menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kepada DPRD berupa laporan keuangan”. Maka sebab itu laporan keuangan yang harus
disajikan kepada pihak DPRD harus berkualitas dengan beberapa kualitas yaitu relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat di pahami.
Laporan keuangan ialah alat bagi suatu entitas publik terutama pemerintah dalam
memberikan pertanggung jawaban atas kinerja keuangan yang dilaksanakan . Laporan
keuangan yang di sajikan oleh pihak pemerintah harus berisi informasi keuangan yang
berkualitas. Informasi keuangan yang berkualitas menurut PSAK memiliki 9 karakteristi
yaitu Dapat dipahami, Relevan, Materialitas, Keandalan, Penyajian Jujur, Subtansi
Mengungguli Bentuk, Netralitas, Pertimbangan Sehat, Kelengkapan. Namun dalam entitas
pemerintahan telah di atur dalam SAP Undang-Undang Nomor 71 tahun 2010 tentang SAP
dijelaskan bahwa “laporan keuangan berkualitas itu memenuhi karakteristik, relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami”.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Upaya konkrit untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang
dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti SAP
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan keuangan pemerintah
kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun komponen laporan keuangan yang disampaikan
tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
“Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut”
PSAK (2009). Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (2009) , menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi.

Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1


tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar
pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk
mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya.
Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola
kepemerintahan yang baik (good government governance), yaitu pengelolaan keuangan yang
dilakukan secara transparan dan akuntabel, yang memungkinkan para pemakai laporan
keuangan untuk dapat mengakses informasi tentang hasil yang dicapai dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 menyatakan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) setelah pemeriksaan selesai
dilakukan. Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 menyatakan “laporan
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat opini”. Opini adalah pernyataan
profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Badan pemeriksa keuangan dapat memberikan empat
jenis opini terhadap laporan pertanggung jawaban yang disajikan oleh pemerintah, yaitu
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) termasuk Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf
Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW) dan Tidak
Memberikan Pendapat (TMP). Ketika BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), artinya dapat dikatakan
bahwa laporan keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan
secara wajar dan berkualitas.
Secara umum, banyak faktor yang mempengaruhi keterandalan laporan keuangan
daerah. Untuk meningkatkan keterandalan laporan keuangan daerah terdapat beberapa faktor
yang menentukan, diantaranya adalah komitmen organisasi, penerapan standar akuntansi
pemerintah berbasis akrual, pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian
internal akuntansi. Menurut (Dodopo, 2015) komitmen yang kuat dalam organisasi dapat
menciptakan keyakinan dan dukungan serta loyalitas dari pegawai terhadap nilai dan sasaran
yang ingin dicapai organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi sangat
penting dalam organisasi, karena memiliki hubungan yang erat dengan kinerja pegawai, di
mana setiap pegawai dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dalam pekerjaannya.
Standar Akuntansi Pemerintahan menurut (Mardiasmo, 2018) yaitu pedoman atau
prinsip- prinsip yang mengatur tentang perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan. Penerapan
akuntansi berbasis akrual diperlukan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih
baik, serta untuk memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan
akuntabel. Kesuksesan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual sangat
diperlukan sehingga pemerintah dapat memiliki tata kelola keuangan yang baik dan
menghasilkan informasi yang andal dan berkualitas. Pemerintah daerah berkewajiban untuk
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah
kepada pelayanan publik. Selain itu dengan menggunakan teknologi informasi salah satunya
komputer dalam menghitung dan menyusun laporan keuangan akan lebih cepat, akurat dan
konsisten dari pada menggunakan sistem manual (Komarasari, 2016).
Dalam penyusunan laporan keuangan tentu saja sering terjadi kesalahan baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja, oleh karena itu untuk meyakinkan stakeholder
maupun publik mengenai keakuratan laporan keuangan yang dibuat oleh pemerintah daerah
dibutuhkan sistem pengendalian internal yang optimal. Pembuatan sistem pengendalian
internal tidak dimaksudkan untuk meniadakan semua peluang terjadinya kesalahan atau
penyelewengan, akan tetapi dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik dapat
menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan dalam batas- batas yang dapat dianggap
layak, serta seandainya hal tersebut terjadi maka akan segera cepat untuk diketahui dan
diatasi (Komarasari, 2016).
Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) seluruh Indonesia menunjukkan masih banyak pemerintah daerah yang
belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Untuk tahun pelaporan 2015,
BPK mencatat hanya 58% atau 312 LKPD yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengeculian
(WTP). Sementara itu LKPD lainnya tercatat memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) sebanyak 187 LKPD, Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) sebanyak 30 LKPD, dan
masih ada 4 LKPD yang memperoleh opini Tidak Wajar (TW). Namun secara keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah semakin baik setiap tahun, hal ini ditandai dengan terus
meningkatnya persentase opini WTP, penurunan WDP dan TMP. Dibandingkan dengan
tahun 2014, LKPD yang mendapat opini WTP mengalami kenaikan dari 47% menjadi 58%.
Kenaikan kualitas ini didukung oleh upaya pemerintah daerah memperbaiki kelemahan yang
terjadi sepanjang tahun 2014 (Kalumata, 2014).
Hal tersebut menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintah
daerah dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang
berlaku. Hasil evaluasi BPK menunjukkan bahwa LKPD yang memperoleh opini WTP dan
WDP pada umumnya memiliki pengendalian internal yang telah memadai. Adapun LKPD
yang memperoleh opini TW dan TMP memerlukan perbaikan pengendalian internal
(Kalumata, 2014).
Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Pemerintahan Kabupaten Sleman pada tahun 2017
menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman mampu mempertahankan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) selama 6 kali berturut-turut dan penyerahan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) selalu tepat waktu (Harianmerapi.com, 2018). Berdasarkan hal
tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti apa saja yang membuat Kabupaten Sleman
mampu mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 6 kali berturut-
turut.

2. Rumusan Masalah
a) Apakah ada pengaruh Akuntabilitas terhadap Kuaalitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah ?
b) Apakah ada pengaruh Transparansi terhadap Kuaalitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah ?
c) Apakah ada pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kuaalitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dengan Pengendalian Intern sebagai Variabel Moderasi?

3. Tujuan Penelitian
a. Guna menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi
terhadap Kuaalitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ?

b. Guna menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi


terhadap Kuaalitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan Pengendalian Intern
sebagai Variabel Moderasi?

4. Manfaat Penelitian
a. Menjadi bahan guna Pengaplikasian teori yang diterima diperkuliahan dengan
kenyataan yang ada didalam pemerintahan serta lebih mendalami dan memahami lagi
mengenai kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, Akuntabilitas, Transparansi
dan Pengendalian Internal.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai
masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah baik Kabupaten Sleman untuk
mengetahui pentingnya akuntabilitas dan Transparansi juga Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

5. Tinjauan Pustaka
a. Teori keagenan mengadopsi pendapat Jensen, 1976 dalam (Situmorang, 2016) yang
menggambarkan bahwa hubungan rakyat dengan pemerintah dapat disebut sebagai
hubungan keagenan yaitu hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang
ditetapkan oleh rakyat sebagai principal yang menggunakan pemerintah sebagai agent
untuk menyediakan jasa yang menjadi kepentingan rakyat. Teori keagenan pada
dasarnya merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara
principal dan agent. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu semata-
mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent.
b. Menurur Donaldson (1989) mendefinisikan teori stewardship sebagai situasi di mana
para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan
pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori stewardship
mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk menjelaskan situasi di
mana manajer sebagai stewards dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik
(Dupe, 2018). Teori stewardship ini dibangun berdasarkan asumsi filosofi mengenai
sifat manusia yaitu dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab,
memiliki integritas, serta dapat berlaku jujur pada pihak lain. Teori ini
menggambarkan hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi.
Kesuksesan pada sebuah organisasi dapat dicapai dengan cara maksimalisasi utilitas
principals dan manajemen (Sukaesih, 2017).
c. Menurut Lukito (2014) akuntabilitas adalah kewajiban penyelenggara kegiatan publik
untuk dapat menjelaskan dan menjawab segala hal menyangkut langkah seluruh
keputusan dan proses yang dilakukan, serta pertanggungjawaban terhadap hasil dan
kinerja. Menurut Wicaksono (2015) menyatakan bahwa akuntabilitas adalah
pengendalian terhadap organisasi publik pada level organisasional yang dimaksudkan
untuk menjadi landasan dalam memberikan penjelasan kepada berbagai pihak baik
dari internal maupun eksternal yang berkepentingan melakukan penilaian dan evaluasi
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik tersebut.
d. Menurut Mahmudi (2016) transparansi memiliki arti keterbukaan organisasi dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik
kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan. Transparansi juga berarti
adanya penjelasan manajemen organisasi sektor publik tentang aktivitas, program dan
kebijakan yang sudah, sedang dan akan dilakukan beserta sumber daya yang
digunakannya. Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip good
governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Menurut Ritonga dan
Syahrir (2016) transparansi tidak hanya sebatas ketersediaan informasi dan informasi
tersebut dapat diakses oleh publik, namun juga disajikan (dipublikasikan) dengan
tepat waktu. Informasi yang dipublikasikan dengan tepat waktu tentunya akan lebih
bermanfaat dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan publik terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
keuangan daerah.
e. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO) dalam Buku Modern Auditing Boynton, Johnson, dan Kell yang
diterjemahkan oleh Budi (2003) bahwa Pengendalian intern adalah suatu proses, yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut: (a) keandalan pelaporan keuangan;
(b) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku; dan (c) efektivitas dan
efisiensi operasi.

f. Menurut Bastian (2006) yaitu: “Laporan keuangan daerah merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan dalam pemerintah daerah yang mempresentasikan secara
terstruktur posisi keuangan dari transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pemerintah daerah”. Menurut Sam Setyautama (2008:9), mengemukakan bahwa
kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Kualitas laporan keuangan adalah
idealnya laporan keuangan harusnya mencerminkan gambaran yang akurat tentang
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Informasinya harus berguna untuk menilai
masa lalu dan masa yang akan datang. Semakin tajam dan semakin jelas gambar yang
disajikan lewat data financial, dan semakin mendekati kebenaran.”

6. Penelitian Terdahulu
a. Istiqamah, Nadirsyah, Syukriy Abdullah. 2023. The Influence of Apparatus
Competency, The Role of Government Internal Supervisory Apparatus, and
The Effectiveness of The Government's Intern Control System on The
Performance of The Aceh Government's Regional Financial Management.
International Journal of Current Science Research and Review. ISSN: 2581-
8341. Volume 06 Issue 02 February 2023. DOI: 10.47191/ijcsrr/V6-i2-28,
Impact Factor: 5.995.
b. Pratolo, Suryo dan Affan Ghaffar Fadilah. 2022. The Effects of Human
Resources and Information Technology Utilization toward Transparency of
Village Financial Management with Organizational Commitment as a
Moderated Variable (Empirical Study in Bantul Regency). Advances in
Economics, Business and Management Research, volume 201.

c. Saputra, Gati Reditya. 2022. Influence of Human Resource Competence,


Internal Control System, Participation in Budget Preparation, and Accounting
Control on Performance Accountability of Local Government Agencies.
Advances in Economics, Business and Management Research, volume 201.

d. Sari, Mawar Permata., et.al. 2023. Effect of Environmental Uncertainty,


Competence of Human Resources and Infrastructure on Quality of Financial
Statements. International Journal Of Latest Technology In Engineering,
Management & Applied Science (Ijltemas). ISSN 2278-2540 | DOI:
10.51583/IJLTEMAS | Volume XII, Issue I

7. Variabel Pokok / Utama Yang Diteliti


Variabel utama dalam penelitian ini adalah Kualitas Laporan Keuangan, Akuntabilitas,
Transparansi dan Pengendalian Internal

8. Indikator Variabel :
e. Kualitas Laporan Keuangan
 Relevan

 Andal

 Dapat dibandingkan

 dapat dipahami.

f. Akuntabilitas
 Keberadaan Kualitas Moral Yang Memadai.
 LegitimasiBagiParaPembuatKebijakan.
 Kepekaan.
 Keterbukaan.
 Pemanfaatan Sumber Daya Secara Optimal.
 Upaya Peningkatan Efisiensi Dan Efektivitas. (Raba, 2006)

c. Transparansi
 Penyediaan informasi yang jelas.

 Kemudahan akses informasi.

 Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau
permintaan untuk membayar uang suap.

 Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa dan


lembaga non pemerintah. (Krina, 2003)

d. Pengendalian Internal
 Lingkungan Pengendalian.
 Penilaian Risiko.
 Aktivitas Pengendalian.
 Informasi dan Komunikasi.
 Aktivitas Pemantauan. (Supriyono, 2018)
9. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal (hubungan
sebab akibat) dimana “jika variabel dependen dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y”
(Erlina, 2011). Unit analisis dalam penelitian ini yaitu Badan Pengelolaan Pajak dan
Retribusi Daerah Kabupaten Sleman.
10. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh pegawai akuntansi Badan Pengelolaan Pajak
dan Retribusi Daerah Kabupaten Sleman dan sampel yang di ambil dalam penelitian ini
adalah pegawai akuntansi Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten
Sleman. Peneliti menggunakan sampel dan populasi ini dikarenakan di Indonesia
pencatatan dan pembuatan atas laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh
Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah, maka dari itu melihat akuntabilitas dan
transparansi yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan tersebut mampu dilihat
dari Internal Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Sleman agar
mampu menilai lebih relevan.
11. Definisi Operasional
a. Kualitas Laporan Keuangan Daerah: Kualitas laporan keuangan daerah adalah suatu
hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah. Dengan
indicator pengukuran:
1. Relevansi
2. Reliabel (Andal)
3. Dapat Dibandingkan
4. Mudah Dipahami
b. Akuntabilitas: Akuntanbilitas merupakan bentuk dari pertanggungjawaban baik
secara finansial, maupun ketaatan pada peraturan yang berlaku. Akuntanbilitas salah
satu kunci dalam mewujudkan tata –kelola pemerintahan yang baik. Dengan indicator
pengukuran:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran
2. Akuntabilitas manajerial
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan
5. Akuntabilitas finansial
c. Transparansi: Transparansi adalah asas agar setiap orang dapat memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan dan terjaminnya kebebasan untuk mengakses
informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap
1. Penyampaian Laporan Keuangan melalui media baik Elektronik maupun Massa.
2. Kelengkapan informasi terkait dengan pencatatan Laporan Keuangan masyarakat,
proses penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, serta hasil yang telah dicapai.
3. Pembaruan informasi pencatatan
4. Kemudahan akses informasi public
d. Pengendallian Internal: Pengendalian intern adalah salah satu wujud pengawasanatau
controlling yang harusa ada dalam setiap organisasi baik itu swasta maupun organisasi
publik. Sistem pengendalian intern diukur dengan kuisioner yang sebelumnya digunakan
oleh Yuda (2012) yang terdiri dari 4 Indikator sebgai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
2. Pemantauan
3. Penilaian Risiko
4. Aktivitas Pengendalian
5. Informasi dan Komunikasi

12. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yaitu angket yang
disajikan dalam bentuk google form sehingga responden hanya perlu memilih pada
kolom atau tempat yang sesuai dengan jawaban mereka. Pertanyaan terstruktur terdiri
dari beberapa pertanyaan dengan pengukuran berdasarkan persepsi modified likert-type,
dengan skala pengukuran 5 ( 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 =
setuju, 5 = sangat setuju ). Kuesioner tersebut ditujulan kepada kepala bagian dan staff
yang berkaitan dengan pengelolaan akuntansi sektor publik.
Tabel 1. Modified likert-type
Jawaban Nilai / skor
STS = Sangat Tidak Setuju 1
TS = Tidak Setuju 2
N = Netral 3
S = Setuju 4
SS = Sangat Setuju 5

13. Metode Analisis Data


Sesuai dengan permasalahan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan serta
kepentingan pengujian hipotesis maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
menggunakan Structural Equation Model (SEM), dengan menggunakan software
SmartPLS versi 3. PLS adalah salah satu metode penyelesaian Struktural Equation
Modeling (SEM) yang dalam hal ini lebih dibandingkan dengan teknik-teknik SEM
lainnya. SEM memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi pada penelitian yang
menghubungkan antara teori dan data, serta mampu melakukan analisis jalur (path)
dengan variabel laten sehingga sering digunakan oleh peneliti yang berfokus pada ilmu
sosial. Partial Least Square (PLS merupakan metode analisis yang cukup kuat karena
tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data juga tidak harus berdistribusi normal
multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat
digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar (Gozali, 2012). Partial
Least Square (PLS) selain dapat mengkonfirmasi teori, namun juga untuk menjelaskan
ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Selain itu PLS juga digunakan untuk
mengkonfirmasi teori, sehingga dalam penelitian yang berbasis prediksi PLS lebih cocok
untuk menganalisis data. Partial Least Square (PLS juga dapat digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. Partial Least Square (PLS dapat
sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif.
Model Struktural atau Inner Model : Inner model (inner relation, structural model dan
substantive theory) menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada
teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
variabel dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive elevance dan uji t serta
signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Di samping melihat nilai R-square,
model Partial Least Square (PLS) juga dievalzuasi dengan melihat Q-square prediktif
relevansi untuk model onstruktif. Q square mengukur seberapa baik nilai observasi
dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya.
Pengujian Hipotesis: Dalam full model structural equation modeling selain
mengkonfirmasi teori, juga menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel
laten (Ghozali, 2012). Pengujian hipotesis dengan melihat nilai peritungan Path
Coefisien pada pengujian inner model. Hipotesis dikatakan diterima apabila nilai T
statistik lebih besar dari T tabel 1,96 (α 5%) yang berarti apabila nilai T statistik setiap
hipotesis lebih besar dari T tabel maka dapat dinyatakan diterima atau terbukti.

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Boynton, William C, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell. Tanpa tahun. Modern Auditing,
Jilid 1. Terjemahan oleh Ichsan Setiyo Budi. 2003. Edisi Ketujuh.Jakarta: Erlangga.

Dodopo, Y., J, S. J., & Tinangon, J. j. 2015. Pengaruh Komitmen Organisasi, Pengendalian
Intern Akuntansi, Peran Internal Audit, Pendidikan, dan Kualitas Pelatihan Terhadap
Keterandalan Laporan Keuangan Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Halmahera
Utara. Universitas Sam Ratulangi.

Donaldson, Lex., Davis, J. H. 1989. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO


Governance and reholder Returns. Journal of Management.

Dupe, Apriani Erna, S. A. 2018. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Penerapan SAP
Berbasis Akrual Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dengan Sistem
Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Pemerintah
Kabupaten Klaten). Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Erlina dan Sri Mulyani. 2011. Metodologi Penelitian dan Bisnis. Medan: USU Press.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro.

Governmental Accounting Standards Boards (GASB). 1999. Concepts Statement No. 1:


Objectives of Financial Reporting in Governmental Accounting Standards Boards
Series Statement No. 34: Basic Financial Statement and Management Discussion and
Analysis for State and Local Government. Norwalk.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jakarta : Salemba Empat.

Istiqamah, Nadirsyah, Syukriy Abdullah. 2023. The Influence of Apparatus Competency, The
Role of Government Internal Supervisory Apparatus, and The Effectiveness of The
Government's Intern Control System on The Performance of The Aceh Government's
Regional Financial Management. International Journal of Current Science Research
and Review. ISSN: 2581-8341. Volume 06 Issue 02 February 2023. DOI:
10.47191/ijcsrr/V6-i2-28, Impact Factor: 5.995.

Komarasari, W. 2016. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfatan Teknologi


Informasi dan Pengendalian Intern Akuntansi terhadap Keterandalan Pelaporan
Keuangan Daerah (Pada SKPD Kabupaten Bantul Bagian Akuntansi dan Keuangan).

Krina, L.P.L. 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan
Partisipasi. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Lukito, Penny, Kusumastuti, (2014), Membumikan Transparansi Dan Akuntabilitas Kinerja


Sektor Publik: Tantangan Demokrasi KeDepan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.

Mahmudi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. UII Press Yogyakarta.

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik.

Merlyn C. T. Kalumata, Ventje Ilat, J. D. L. W. (2014). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya


Manusia, Teknologi Informasi, Reviu Laporan Keuangan dan Sistem Pengendalian
Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara.

Pratolo, Suryo dan Affan Ghaffar Fadilah. 2022. The Effects of Human Resources and
Information Technology Utilization toward Transparency of Village Financial
Management with Organizational Commitment as a Moderated Variable (Empirical
Study in Bantul Regency). Advances in Economics, Business and Management
Research, volume 201.

Raba, Manggaukang. 2006. Akuntabilitas konsep dan implementasi. UMM Press. Makassar.
Republik Indonesia.2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi
Pemerintahan.

_______.2003. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

_______. 2004. Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

_______.2004. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004. tentang Pemerintah Daerah.

Riduwan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alpabeta, Bandung.

Ritonga, I. T., & Syahrir, S. 2016. Mengukur transparansi pengelolaan keuangan daerah di
Indonesia: berbasis website. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 20(2), 110–126.
https://doi.org/10.20885/jaai.vol20.iss2.art4

Saputra, Gati Reditya. 2022. Influence of Human Resource Competence, Internal Control
System, Participation in Budget Preparation, and Accounting Control on Performance
Accountability of Local Government Agencies. Advances in Economics, Business and
Management Research, volume 201.

Sari, Mawar Permata., et.al. 2023. Effect of Environmental Uncertainty, Competence of


Human Resources and Infrastructure on Quality of Financial Statements. International
Journal Of Latest Technology In Engineering, Management & Applied Science
(Ijltemas). ISSN 2278-2540 | DOI: 10.51583/IJLTEMAS | Volume XII, Issue I

Situmorang, J. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pengelola


Keuangan SKPD Dalam Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel Pemoderasi
Pada Pemerintah Kabupaten Samosir. Universitas Sumatera Utara.

Sukaesih, S. 2017. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi


Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Sleman).
Supriyono, R.A. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Gadjah Mada University Press.

Wicaksono, Kristian Widya. 2015. Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik. Jurnal Kebijakan
& Administrasi Publik Vol. 19, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai