Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS METODE VALUE FOR MONEY UNTUK PENGUKURAN KINERJA

ORGANISASI

Dinar Gusti Nabilah, Mahadevi Pramudyawardhani


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Latar Belakang

Kepemimpinan suatu daerah dapat mencerminkan kinerja daerahnya. Hal tersebut


tercermin dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemberian Hak Otonomi Daerah kepada
Pemerintah Daerah. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan (UU Nomor 32 Tahun
2004). Hak otonomi kepada masing-masing daerah akan memberikan kebebasan untuk
mengelola dan meningkatkan sumber pendapatannya, demi kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan daerah tersebut.

Undang-undang otonomi daerah mengatur para pimpinan daerah untuk melakukan


perencanaan seperti perencanaan anggaran maupun perencanaan kegiatan sebagai bentuk
nyata realisasi anggaran yang akan direalisasikan pada tahun jabatannya. Periode jabatan
setiap pemimpin di daerah adalah 3 tahun. Sehingga setiap periode pemimpin yang sedang
menjabat tentu memiliki kebijakan dan program yang diatur untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Seperti pada tahun 2021 Kota Surabaya telah mengalami pergantian
walikota, yang mana saat ini Kota Surabaya di pimpin oleh Eri Cahyadi. Dalam masa jabatan,
beliau memiliki program yang berfokus pada peningkatan pekerjaan untuk rakyat Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menggerakkan ekonomi kerakyatan. Cara yang
kita lakukan yakni bagaimana agar semua produk UMKM yang dihasilkan oleh masyarakat
itu bisa naik kelas," ujar Eri Cahyadi (SINDOnews.com). melalui peningkatan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM), mengurangi bayi stunting, pemerataan pembangunan dan
masih banyak lagi. Rencana – rencana kegiatan tersebut tentu diharapkan dapat menghasilkan
pelayanan publik yang baik dan tepat sasaran.

Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Surabaya tahun 2021 terlihat
bahwa terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dengan realisasinya. Dalam post jumlah
belanja Pemerintah Kota Surabaya terjadi Surplus dengan prosentase 165,62% pada
realisasinya yang semestinya dianggap defisit pada anggaran.
Kesuksesan otonomi daerah tergantung dari kinerja pemerintah dalam mengelola
keuangan daerahnya dan menunjang kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya rancangan
anggaran dan program kerja yang disusun maka pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan
tepat sasaran. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik
tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang
publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Pengukuran kinerja
pemerintah daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat diukur menggunakan metode
value for money, yakni ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (Khikmah,2014). Value for
money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan efektifitas (Mardiasmo,2004). Pengukuran kinerja
ini memiliki dua manfaat, antara lain (Jumingan, 2006): (1) digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pengelolaan keuangan; dan (2) mengetahui dalam mendayagunakan
semua asset yang dimiliki oleh suatu daerah. Sehingga masyarakat menuntut adanya
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja organisasi, termasuk kinerja Pemerintah daerah
Kota Surabaya dalam mengelola keuangan daerahnya. Apalagi Kota Surabaya yang sekarang
sudah mengalami pergantian walikota dan apakah untuk kepemimpinan yang saat ini sedang
berlangsung sudah menggunakan konsep value for money dengan ekonomi, efisien, dan
efektifitas.

Dari uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja Pemerintah Kota Surabaya dalam mengelola keuangan daerahnya menggunakan
prinsip value for money dan apakah metode value for money masih penting digunakan
hingga saat ini

Tinjauan Pustaka

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran adalah artikulasi dari sebuah perumusan strategi dan perencananaan


strategik yang telah dibuat (Nurkholis, 2019). Anggaran yakni sebuah perkiraan /
perhitungan / aturan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas untuk periode yang
akan datang (KBBI, 2022). Dalam berjalannya sebuah pemerintahan dibutuhkan
anggaran untuk menunjang kegiatan dan kebijakan yang akan dilaksanakan dengan
tujuan memberi pelayanan dan kesejahteraan masyrakat. Dengan adanya kebijakan
hak otonomi, dimana pemerintah daerah diberi wewenang dalam mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri. Termasuk diberikan anggaran yang disebut
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa


APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Perda.
APBD juga mencerminkan sebuah pilihan ekonomis dan sosial masyarakat suatu
daerah untuk menjalankan peran yang dimandatkan masyarakat (Enre D. T., 2020).
Fungsi dari adanya APBD dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pengumpulan sumber daya yang mencukupi dengan cara yang tepat, yang
berkaitan dengan penerimaan pendapatan APBD;
2. Pengalokasian dan penggunaan sumber daya tersebut secara responsive,
efisien, dan efektif, yang berkaitan dengan pengeluaran (belanja).

2. Value For Money

Value for money adalah suatu konsep dari pengukuran kinerja (Kemenkeu,
2022). Value for money juga menjadi indikator kinerja pada sektor publik untuk
memberikan informasi apakah dana anggaran yang dibelanjakan menghasilkan nilai
tertentu bagi masyarakat. Karena kinerja dari pemerintah tidak hanya diukur dari
output yang diberikan kepada masyarakat, namun ikut mempertimbangkan 3 hal yaitu
input, output, dan outcome. Adapun tiga elemen utama dalam value for money
(Yuesti, 2020), yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Menurut Halim dan Kusufi
(2013:132), value for money mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai
uang. Hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan
sebagaimana mestinya.

Indikator yang menjadi bagian dari value for money adalah indikator alokasi
biaya dan indikator kualitas pelayanan. Pihak internal maupun eksternal dapat
memanfaatkan indikator kinerja tersebut. Dimana pihak internal menggunakannya
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan serta efisiensi biaya.
Dengan kata lain tujuan adanya value for money adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik. Sedangkan pihak eksternal menggunakannya sebagai control dan
informasi dalam mengukur tingkat akuntabilitas publik.

3. Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan gambaran derajat keberhasilan dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana
strategis organisasi. (Yulitiawati & Rusmidarti, 2021). Dengan demikian kinerja
menggambarkan hasil atau kinerja seorang individu atau organisasi selama periode
waktu tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Menurut (Maryanti & Munandar, 2021)
Pengukuran kinerja adalah evaluasi atas pencapaian-pencapaian suatu organisasi dari
kegiatannya terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta kriteria dan
standar yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini akan menjadi acuan
untuk menetapkan standar kinerja di masa mendatang. Mengukur tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan
ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu pengukuran kinerja adalah faktor penting di
dalam suatu organisasi, termasuk juga untuk organisasi sektor public.

Pada organisasi sektor publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks,


karena hal-hal yang dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat
abstrak sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu
variabel saja. Dengan kata lain tidaklah mudah melakukan pengukuran kinerja pada
organisasi sektor publik terutama yang pure nonprofit seperti pemerintah. Pengukuran
kinerja organisasi sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama,
untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan
untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit
kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi
sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik
digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Organisasi

Organisasi adalah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama


dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu
yang telah ditetapkan Bersama. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari
sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Institusi pemerintahan, partai politik, sekolah, rumah sakit merupakan
organisasi sektor public. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan
dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang
dibayar melalui pajak atau pendapat negara lain yang diatur dengan hukum.
Pelayanan terhadap masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor publik. Oleh
karena itu, akuntabilitas kinerja menjadi faktor penting dalam mempertahankan atau
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Organisasi sektor
publik adalah organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik, jika dilihat secara
garis besar organisasi sektor publik meliputi instansi pemerintah daerah, misalnya
Pemerintah Kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan yang berada di kota


Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak kedua
setelah Jakarta. Dengan banyaknya penduduk tersebut menjadikan kota Surabaya
menjadi sorotan dalam pelayanan publik. Selain itu kota Surabaya telah diresmikan
menjadi sebuah kota otonom, yang mana mengharuskan Kota Surabaya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta mendapat kebebasan untuk
mengelola dan meningkatkan sumber pendapatan daerahnya untuk kesejahteraan
masyarakat.

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Variabel yang Hasil Penelitian


Peneliti digunakan

1 Alayyal Pengukuran Kinerja Rasio Ekonomis berdasarkan konsep value


Khikmah Pemerintah Daerah for money diperoleh bahwa
Rasio Efisiensi
Kabupaten Lamongan kinerja pemerintah
Berdasarkan Konsep Rasio Efektivitas cenderung cukup efisien
Value For Money dan efektif namun tidak
ekonomis.

2 Miftakul Pengukuran kinerja Rasio Ekonomis dikatakan pada penelitian


erviani dengan pendekatan ini BPKPD Kota Surabaya
Rasio Efisiensi
(2021) value for money memiliki rasio ekonomis
sebagai perwujudan Rasio Efektivitas <100%, rasio efisiensi
good governance <100%, dan rasio
efektivitas >100%.
sehingga dapat dikatakan
bahwa BPKPD Kota
Surabaya sudah sangat
ekonomis, sangat Efisien,
dan sangat efektif

3 Yunita Konsep value for Rasio Ekonomis Berdasarkan konsep value


maharani money untuk for money diperoleh
Rasio Efisiensi
pengukuran kinerja bahwa kantor imigrasi
pada kantor imigrasi Rasio Efektivitas pangkalpinang sudah dapat
pangkalpinang dikatakan ekonomis,
efisien dan efektifitas

4 Yolandha Evaluasi pengukuran Rasio Ekonomis Berdasarkan hasil


aisyah kinerja pemerintah penelitian terlihat bahwa
Rasio Efisiensi
hadaryen desa dengan secara ekonomis tiap tahun
(2021) menggunakan konsep Rasio Efektivitas terjadi peningkatan yang
value for money (studi lebih baik, dari segi efisien
kasus pada kantor menunjukkan hasil efisien
desa tembokrejo secara konsisten, dan pada
kecamatan gumukmas tingkat efektifitas
kabupaten jember) walaupun mengalami
kenaikan dan penurunan
yang tidak signifikan
namun masih dinyatakan
sangat efektif karena
berada diatas rasio 100%

5 Kurnia Analisis penilaian Rasio Ekonomis Berdasarkan hasil analisis


anggrahiny kinerja berdasarkan data diperoleh bahwa
Rasio Efisiensi
(2021) konsep value for penerimaan bea perolehan
money untuk Rasio Efektivitas ha katas tanah dan
penerimaan bea bangunan di kota Surabaya
perolehan hak atas termasuk ekonomis,
tanah dan bangunan di efisien, dan efektif.
kota Surabaya

Dari tabel di atas terlihat bahwa dengan organisasi menggunakan metode value for
money untuk mengukur penilaian kinerja terjadi perubahan yang lebih baik pada ukuran
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas di setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada penelitian
Novitasari (2021) di BPKPD Kota Surabaya rasio ekonomis pada tahun 2018 dan 2019
berada dibawah 100%, yaitu sebesar 97,19% dan 97,28%. Dimana jika rasio <100% akan
dinyatakan ekonomis. Sedangkan untuk rasio efisiensi juga berada dibawah 100%. Terakhir,
pada rasio efektivitas pada tahun menunjukkan rata – rata di atas 100%, dimana berada pada
kategori sangat efektivitas.

Hasil dari penelitian terdahulu yang peneliti kumpulkan, terlihat bahwa penerapan
Value for Money dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat membantu suatu
instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat dan
sesuai sasaran sehingga terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber
daya yang ekonomis dan efisien.. Penerapan konsep Value for Money dalam pengukuran
kinerja pada organisasi sektor publik tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu
sendiri maupun masyarakat. Manfaat yang dikehendaki dalam pelaksanaan Value for Money
pada organisasi sektor publik yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi
sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil
guna) dalam mencapai tujuan dan sasaran (Mahmudi 2013: 80).

Metode Penelitian

1. Objek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kota Surabaya yang


berpusat di Jl. Jimerto No 25-27, Kota Surabaya

2. Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian berasal dari data sekunder. Contoh data sekunder
antara lain berupa catatan atau laporan historis yang disusun dalam arsip baik
yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder
yang digunakan berasal dari laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang
berisi mengenai Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Surabaya periode 2021 yang diperoleh dari website Pemerintah Daerah Kota
Surabaya tahun 2021.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menjadi rangkaian dalam penelitian yang mencakup


pencatatan peristiwa baik sebagian atau seluruh populasi yang akan mendukung
penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode
dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah salah satu metode
untuk mendapatkan data dan memperoleh informasi baik dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, maupun tulisan angka atau gambar yang ada pada laporan serta
keterangan yang mendukung. Sedangkan studi kepustakaan merupakan salah satu
cara pengumpulan data dengan mengkaji literatur maupun jurnal atau penelitian
ilmiah untuk memperoleh landasan teoritis yang kuat.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


deskriptif kualitatif. Langkah – langkah dalam melakukan analisis data adalah
sebagai berikut: (1) Mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi data pada
Pemerintah Kota Surabaya, (2) Mendeskripsikan data penelitian yang berkaitan
dengan kajian peneliti pada Pemerintah Kota Surabaya, (3) Melakukan analisis
data dan pembahasan mengenai pengukuran dengan metode value for money, (4)
Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian
yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya, pengukuran metode value for money adalah
sebagai berikut:

a.) Pengukuran Ekonomi


Ekonomi dalam value for money adalah perolehan input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Dalam pengukuran ekonomi akan
mempertimbangkan masukan yang digunakan. Kinerja akan dikatakan
ekonomis jika realisasi anggaran lebih kecil dari target anggaran dan mencapai
output yang telah ditetapkan. Perhitungannya yaitu :

Realisasi biayauntuk memperoleh pendapatan


Ekonomi = x 100%
anggaran biaya untuk memperoleh pendapatan
Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio ekonomis dari perhitungan
yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio ekonomi adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio ekonomi.

Persentase Kriteria

<100% Ekonomis

=100% Ekonomis seimbang

>100% Kurang Ekonomis

(sumber : Purwiyanti, 2017)

b.) Pengukuran Efisiensi


Efisiensi dalam value for money merupakan perbandingan output/input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Pengukuran efisiensi menggunakan perbandingan antara output yang
dihasilkan terhadap input yang digunakan. Rumus perhitungannya adalah

realisasi biaya untuk memperoleh pendapatan


Efisiensi = x 100%
realisasi pendapatan

Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio efisiensi dari perhitungan


yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio efisiensi adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio efisiensi.

Persentase Kriteria

<100% Efisien

=100% Efisien seimbang

>100% Tidak Efisien

(sumber : Purwiyanti, 2017)

c.) Pengukuran Efektivitas


Efektivitas dalam value for money adalah tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Pada elemen ini tidak akan
dinyatakan seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan.
Namun, organisasi dinyatakan efektif adalah Ketika tujuan tercapai sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Rumusnya adalah sebagai berikut :

realisasi pendapatan
Efektivitas = x 100%
target pendapattan

Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio efektivitas dari perhitungan


yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio efektivitas adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio efektivitas.

Persentase Kriteria

<100% Kurang Efektif

=100% Efektivitas seimbang

>100% Efektif

(sumber : purwiyanti, 2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran kinerja pemerintah daerah Kota Surabaya didasarkan pada data keuangan berupa
APBD dan RAPBD.

Tabel 1. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya Tahun 2021
(dalam jutaan rupiah)

Kode Uraian Anggaran Tahun 2021 Realisasi Tahun 2021

1 Pendapatan

1.1 Pendapatan asli daerah

1.1.1 Pendapatan pajak daerah 4.245.952.242.350 3.649.732.215.700,00

1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 354.044.747.943 235.591.662.262,54

1.1.3 Pendapatan hasil pengelolaan 164.173.248.498 160.867.394.117,45


kekayaan daerah yang
dipisahkan

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli 558.639.903.759 681.089.357.589,70


daerah yang sah

Jumlah pendapatan asli daerah 5.322.810.142.550 4.727.280.629.669,69

1.2 Pendapatan transfer

1.2.1 Transfer pemerintah pusat-


dana perimbangan

1.2.1. Dana bagi hasil 388.066.857.835 603.035.148.835,00


1

1.2.1. Dana alokasi umum 1.182.439.723.000 1.167.156.329.918,00


2

1.2.1. Dana alokasi khusus (DAK) 24.475.615.000 15.584.019.460,00


3 fisik

1.2.1. Dana alokasi khusus (DAK) 443.304.711.000 368.562.931.123,00


4 non fisik

Jumlah transfer pemerintah pusat 2.038.286.906.835 2.154.338.429.336,00


– dana perimbangan

1.2.2 Transfer pemerintah pusat


lainnya

1.2.2. Dana insentif daerah (DID) 48.197.603.000 48.197.603.000,00


1

1.2.2. Dana penyesuaian - -


2

Jumlah transfer pemerintah pusat 48.197.603.000 48.197.603.000,00


lainnya

1.2.3 Transfer pemerintah propinsi

1.2.3. Pendapatan bagi hasil pajak 896.816.014.263 1.013.160.682.323,00


1

1.2.3. Pendapatan bagi hasil lainnya - -


2

1.2.3. Bantuan keuangan prop 3.575.400.000 3.225.400.000,00


3 lainnya

Jumlah transfer pemerintah 900.391.414.263 1.016.416.082.323,00


propinsi

Jumlah pendapatan transfer 2.986.875.924.098 3.218.952.114.659,00

1.3 Lain-lain pendapatan yang sah

1.3.1 Pendapatan hibah - 15.255.315.783,60

1.3.2 Pendapatan dana darurat - -

1.3.3 Pendapatan lainnya 365.322.180.486 365.390.016.114,00

Jumlah lain-lain pendapatan yang 365.322.180.486 380.645.331.897,60


sah

Jumlah pendapatan 8.675.008.247.134 8.326.878.076.226,29

2 Belanja

2.1 Belanja operasi

2.1.1 Belanja pegawai 2.510.065.269.214 2.353.630.642.870,00

2.1.2 Belanja barang dan jasa 4.821.136.771.841 3.911.678.188.866,20

2.1.5 Belanja hibah 219.567.952.056 506.066.200.592,00

2.1.6 Belanja bantuan social 64.559.800 58.944.000,00

2.1.7 Belanja bantuan keuangan - -

Jumlah belanja operasi 7.550.834.552.911 6.771.433.976.328,20

2.2 Belanja modal

2.2.1 Belanja tanah 175.524.457.912 171.876.414.740,00

2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 191.860.424.405 163.131.234.366,00

2.2.3 Belanja Gedung dan bangunan 368.592.657.205 345.118.654.570,00


2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan 650.404.320.891 329.418.247.818,00
jaringan

2.2.5 Belanja asset tetap lainnya 7.170.816.992 6.791.951.896,00

2.2.6 Belanja asset lainnya - -

Jumlah belanja modal 1.393.552.677.405 1.016.336.503.390,00

2.3 Belanja tidak terduga

2.3.1 Belanja tidak terduga 34.178.160.389 28.251.407.155,37

Jumlah belanja tidak terduga 34.178.160.389 28.251.407.155,37

2.4 Transfer

2.4.1 Transfer bagi hasil

2.4.1. Bagi hasil pajak - -


1

2.4.1. Bagi hasil retribusi 3.055.434.672 3.055.434.672,00


2

2.4.1. Bagi hasil pendapatan lainnya - -


3

Jumlah transfer 3.055.434.672 3.055.434.672,00

Jumlah belanja 8.981.620.825.377 7.819.077.321.545,57

Surplus/(defisit) (306.612.578.243) 507.800.754.680,72

3 Pembiayaan

3.1 Penerimaan daerah

3.1.1 Penggunaan sisa lebih 316.612.578.243 316.612.578.242,77


perhitungan anggaran (SILPA)

3.1.2 Pencairan dana cadangan - -


3.1.3 Hasil penjualan kekayaan - -
daerah yang dipisahkan

3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah - -

3.1.5 Penerimaan Kembali - 11.172.724,00


pemberian pinjaman daerah

3.1.6 Penerimaan piutang daerah - -

Jumlah penerimaan daerah 316.612.578.243 316.623.750.966,77

3.2 Pengeluaran daerah

3.2.1 Pembentukan dana cadangan - -

3.1.1 Penyertaan modal (investasi) 10.000.000.000 -


pemerintah daerah

3.1.2 Pembayaran utang pokok - -

3.1.3 Pemberian pinjaman daerah - -

Jumlah pengeluaran daerah 10.000.000.000 -

Pembiayaan netto 306.612.578.243 316.623.750.966,77

3.3 Sisa Lebih pembiayaan - 824.424.505.647,49


anggaran (SILPA)

Jumlah sisa lebih pembiayaan - 824.424.505.647,49


anggaran

Analisis metode value for money

Pengukuran kinerja pemerintah daerah kota Surabaya dengan menggunakan APBD dan
RAPBD kota Surabaya menggunakan analisis rasio kinerja value for money, yaitu:

1. Rasio Ekonomis
Tingkat ekonomi dalam mengelola keuangan dapat dilihat melalui
perbandingan antara anggaran belanja dengan realisasinya dengan presentase tingkat
pencapaiannnya. Perbandingan ini dapat mengukur tingkat kehematan dari
pengeluaran – pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik. Apabila sumber
daya yang dikeluarkan berada di bawah anggaran maka terjadi penghematan.
Sebaliknya, apabila sumber daya yang dikeluarkan di atas anggaran maka terjadi
pemborosan. Berikut perhitungan perbandingan realisasi pengeluaran dan anggaran
pengeluaran kota Surabaya tahun 2021:

Realisasi Pengeluaran
Rasio ekonomis ¿ x 100%
Anggaran Pengeluaran

Rp . 7.819.077 .321 .545,57


Rasio ekonomis ¿ x 100%
Rp 8.981 .620.825 .377,00

Rasio ekonomis ¿87%

Tabel 3. Rasio Ekonomis Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun 2021

Tahun Anggaran Pengeluaran Realisasi Pengeluaran Rasio


Ekonomis

2021 Rp 8.981.620.825.377,00 Rp. 7.819.077.321.545,57 87%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kinerja pemerintah kota Surabaya


pada tahun 2021 dapat dikatakan telah ekonomis dengan hasil rasio sebesar 87%.
Kinerja pemerintah kota Surabaya dikatakan ekonomis dikarenakan telah merealisasi
biaya dengan lebih rendah dari anggarannya. Hal tersebut membuktikan bahwa
kinerja pemerintah sangat baik dalam mengalokasikan anggaran daerahnya. Dan
ditemukan dalam data laporan realisasi anggaran bahwa belanja jalan, irigasi, dan
jaringan (JIJ) memiliki anggaran sebesar Rp650.404.320.891,00 dan realisasi
Rp329.418.247.818,00 dengan persentase 50,65% sehingga terjadi penghematan pada
realisasi anggaran belanja JIJ.

Rasio Efisiensi

Renyowijoyo (2013:4) menyebutkan bahwa efisiensi merupakan pencapaian


keluaran (output) yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Semakin besar output
dibandingkan input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Perhitungan efisiensi pemerintah kota Surabaya tahun 2021 adalah sebagai berikut:

Realisasi biayauntuk memperoleh pendapatan


Rasio efisiensi ¿ x
Realisasi Pendapatan
100%

Rp. 7.819 .077 .321.545,57


Rasio efisiensi ¿ x 100%
Rp . 8.326 .878 .076.226,29

Rasio efisiensi ¿ 94 %

Tahun Realisasi Belanja Realisasi Pendapatan Rasio


Efisiensi

2021 Rp. 7.819.077.321.545,57 Rp. 8.326.878.076.226,29 94%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rasio efisiensi pemerintah kota


Surabaya tahun 2021 sebesar 94%, dimana termasuk dalam kategori efisien karena
berada dibawah 100%. Melalui analisa rasio efisien dapat diketahui seberapa besar
efisien dalam belanja daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah kota Surabaya.
Jika meninjau kinerja Pemeritah Kota Surabaya dari segi efisiensi maka apabila output yang
dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan input yang digunakan dimasukkan dalam
kategori efisien (Andriani, 2019). Artinya anggaran pendapatan yang diperoleh Pemerintah
Kota Surabaya lebih besar dibandingkan dengan realisasi pengeluarannya. Sehingga hal yang
menjadi fokus bagi Pemerintah Kota Surabaya menghasilkan suatu produk atau hasil kerja
tertentu yang dicapai dengan menggunakan sumber daya atau dana yang minimal.

2. Rasio Efektivitas

Pengukuran efektivitas merupakan pencapaian hasil program dengan target yang


telah ditetapkan. Pengukuran ini memiliki hubungan antara keluaran dengan tujuan.
Efektivitas juga dapat diartikan sebagai ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuan. Berikut perhitungan rasio efektivitas pemerintah kota Surabaya
tahun 2021:

Realisasi Pendapatan
Rasio efektivitas ¿ x 100%
Anggaran Pendapatan

Rp . 8.326 .878 .076.226,29


Rasio efektivitas ¿ x 100%
Rp . 8.675 .008.247 .134,00

Rasio efektivitas ¿ 96 %

Tahun Realisasi Pendapatan Anggaran Pendapatan Rasio


Efektivitas

2021 Rp. 8.326.878.076.226,29 Rp. 8.675.008.247.134,00 96%

Terlihat pada tabel diatas bahwa pemerintah kota Surabaya tahun 2021 dapat
dinyatakan efektif dengan rasio 96%, dimana nilai tersebut berada antara 90% -
100%. Dilihat melalui hasil rasio dapat dikatakan bahwa pemerintah kota Surabaya
berhasil dalam merealisasikan anggaran pendapatan lebih besar dari target pendapatan
yang telah ditetapkan. Selain itu, dapat menunjukkan pula bahwa pemerintah kota
Surabaya berhasil dalam menjalankan program kerjanya, dikarenakan realisasi
anggaran sudah mendekati target anggaran.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan
semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan
outcome secara bersama-sama. Karena output yang dihasilkan pemerintah tidak selalu
berupa output yang berwujud tetapi kebanyakan juga bersifat tidak berwujud.

SARAN DAN KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, beberapa kesimpulan yang sehubungan
dengan cara mengukur kinerja Pemerintah Kota Surabaya menggunakan metode
value for money dengan tiga pendekatan adalah sebagai berikut :

a. Hasil Analisa menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Surabaya pada tahun
2021 berdasarkan rasio value for money tergolong baik. Dimana hasil rasio
ekonomis berada pada nilai 87%. Nilai ini masuk ke dalam kategori ekonomis
karena berada dibawah 100%. Sedangkan untuk hasil rasio efisiensi berada pada
nilai 94%. Dimana masuk ke dalam kategori efisien karena berada dibawah 100%.
Serta untuk hasil rasio efektivitas berada pada nilai 96%. Nilai ini masuk ke dalam
kategori efektif karena berada diantara 90% - 100%.

b. Dari hasil analisa peneliti menyimpulkan bahwa metode value for money masih
dapat diterapkan untuk mengukur kinerja suatu organisasi. Baik untuk mengukur
keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
yang baik di Pemerintah Kota Surabaya tahun 2021 dan didukung oleh penelitian
terdahulu.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Pemerintahan Kota Surabaya, maka
saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu :

a. Bagi Pemerintah Kota Surabaya diharapkan pada saat penyusunan perencanaan


anggaran belanja barang sebaiknya melakukan survei harga pasar terlebih dahulu untuk
menghindari perbandingan jauh pada realisasi dan anggaran ditahun berikutnya.

b. Pelayanan dapat dikatakan baik apabila fasilitas yang disediakan telah sesuai
standar operasional prosedur dan menjunjung kenyamanan publik. Maka
sebaiknya anggaran dapat terealisasi sebagaimana mestinya yaitu tidak
mengurangi kebermanfaatan dari apa yang direalisasikan. Sehingga pelayanan
yang diberikan akan tetap maksimal meskipun anggaran yang direalisasikan untuk
program kerja diminimalkan. Agar kedepannya Pemerintah Kota Surabaya
mampu meningkatkan kinerjanya agar pelayanan publik semakin baik dan
mendapat respon kepuasan public yang maksimal pada tahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

(Yulitiawati & Rusmidarti, 2021)

(Maryanti & Munandar, 2021)

(Inapty et al., 2017)

(Indrayani & Khairunnisa, 2019)

(Sanjaya & Priyadi, 2019)

(Andayani W., 2019)

(Perdana et al., 2020)

(Maros & Juniar, 2016)

(Pemerintah Kota Surabaya, 2021)

(Haryanto et al., 2007)

(ERAWAN et al., 2019)

(Agustin & Subardjo, 2017)

(Hafandi & Romandhon, 2020)

Anda mungkin juga menyukai