ORGANISASI
Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Surabaya tahun 2021 terlihat
bahwa terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dengan realisasinya. Dalam post jumlah
belanja Pemerintah Kota Surabaya terjadi Surplus dengan prosentase 165,62% pada
realisasinya yang semestinya dianggap defisit pada anggaran.
Kesuksesan otonomi daerah tergantung dari kinerja pemerintah dalam mengelola
keuangan daerahnya dan menunjang kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya rancangan
anggaran dan program kerja yang disusun maka pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan
tepat sasaran. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik
tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang
publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Pengukuran kinerja
pemerintah daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat diukur menggunakan metode
value for money, yakni ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (Khikmah,2014). Value for
money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan efektifitas (Mardiasmo,2004). Pengukuran kinerja
ini memiliki dua manfaat, antara lain (Jumingan, 2006): (1) digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pengelolaan keuangan; dan (2) mengetahui dalam mendayagunakan
semua asset yang dimiliki oleh suatu daerah. Sehingga masyarakat menuntut adanya
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja organisasi, termasuk kinerja Pemerintah daerah
Kota Surabaya dalam mengelola keuangan daerahnya. Apalagi Kota Surabaya yang sekarang
sudah mengalami pergantian walikota dan apakah untuk kepemimpinan yang saat ini sedang
berlangsung sudah menggunakan konsep value for money dengan ekonomi, efisien, dan
efektifitas.
Dari uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja Pemerintah Kota Surabaya dalam mengelola keuangan daerahnya menggunakan
prinsip value for money dan apakah metode value for money masih penting digunakan
hingga saat ini
Tinjauan Pustaka
1. Pengumpulan sumber daya yang mencukupi dengan cara yang tepat, yang
berkaitan dengan penerimaan pendapatan APBD;
2. Pengalokasian dan penggunaan sumber daya tersebut secara responsive,
efisien, dan efektif, yang berkaitan dengan pengeluaran (belanja).
Value for money adalah suatu konsep dari pengukuran kinerja (Kemenkeu,
2022). Value for money juga menjadi indikator kinerja pada sektor publik untuk
memberikan informasi apakah dana anggaran yang dibelanjakan menghasilkan nilai
tertentu bagi masyarakat. Karena kinerja dari pemerintah tidak hanya diukur dari
output yang diberikan kepada masyarakat, namun ikut mempertimbangkan 3 hal yaitu
input, output, dan outcome. Adapun tiga elemen utama dalam value for money
(Yuesti, 2020), yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Menurut Halim dan Kusufi
(2013:132), value for money mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai
uang. Hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Indikator yang menjadi bagian dari value for money adalah indikator alokasi
biaya dan indikator kualitas pelayanan. Pihak internal maupun eksternal dapat
memanfaatkan indikator kinerja tersebut. Dimana pihak internal menggunakannya
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan serta efisiensi biaya.
Dengan kata lain tujuan adanya value for money adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik. Sedangkan pihak eksternal menggunakannya sebagai control dan
informasi dalam mengukur tingkat akuntabilitas publik.
3. Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan gambaran derajat keberhasilan dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana
strategis organisasi. (Yulitiawati & Rusmidarti, 2021). Dengan demikian kinerja
menggambarkan hasil atau kinerja seorang individu atau organisasi selama periode
waktu tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Menurut (Maryanti & Munandar, 2021)
Pengukuran kinerja adalah evaluasi atas pencapaian-pencapaian suatu organisasi dari
kegiatannya terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta kriteria dan
standar yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini akan menjadi acuan
untuk menetapkan standar kinerja di masa mendatang. Mengukur tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan
ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu pengukuran kinerja adalah faktor penting di
dalam suatu organisasi, termasuk juga untuk organisasi sektor public.
Organisasi
Penelitian Terdahulu
Dari tabel di atas terlihat bahwa dengan organisasi menggunakan metode value for
money untuk mengukur penilaian kinerja terjadi perubahan yang lebih baik pada ukuran
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas di setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada penelitian
Novitasari (2021) di BPKPD Kota Surabaya rasio ekonomis pada tahun 2018 dan 2019
berada dibawah 100%, yaitu sebesar 97,19% dan 97,28%. Dimana jika rasio <100% akan
dinyatakan ekonomis. Sedangkan untuk rasio efisiensi juga berada dibawah 100%. Terakhir,
pada rasio efektivitas pada tahun menunjukkan rata – rata di atas 100%, dimana berada pada
kategori sangat efektivitas.
Hasil dari penelitian terdahulu yang peneliti kumpulkan, terlihat bahwa penerapan
Value for Money dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat membantu suatu
instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat dan
sesuai sasaran sehingga terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber
daya yang ekonomis dan efisien.. Penerapan konsep Value for Money dalam pengukuran
kinerja pada organisasi sektor publik tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu
sendiri maupun masyarakat. Manfaat yang dikehendaki dalam pelaksanaan Value for Money
pada organisasi sektor publik yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi
sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil
guna) dalam mencapai tujuan dan sasaran (Mahmudi 2013: 80).
Metode Penelitian
Sumber data penelitian berasal dari data sekunder. Contoh data sekunder
antara lain berupa catatan atau laporan historis yang disusun dalam arsip baik
yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder
yang digunakan berasal dari laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang
berisi mengenai Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Surabaya periode 2021 yang diperoleh dari website Pemerintah Daerah Kota
Surabaya tahun 2021.
Persentase Kriteria
<100% Ekonomis
Persentase Kriteria
<100% Efisien
realisasi pendapatan
Efektivitas = x 100%
target pendapattan
Persentase Kriteria
>100% Efektif
Pengukuran kinerja pemerintah daerah Kota Surabaya didasarkan pada data keuangan berupa
APBD dan RAPBD.
Tabel 1. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya Tahun 2021
(dalam jutaan rupiah)
1 Pendapatan
2 Belanja
2.4 Transfer
3 Pembiayaan
Pengukuran kinerja pemerintah daerah kota Surabaya dengan menggunakan APBD dan
RAPBD kota Surabaya menggunakan analisis rasio kinerja value for money, yaitu:
1. Rasio Ekonomis
Tingkat ekonomi dalam mengelola keuangan dapat dilihat melalui
perbandingan antara anggaran belanja dengan realisasinya dengan presentase tingkat
pencapaiannnya. Perbandingan ini dapat mengukur tingkat kehematan dari
pengeluaran – pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik. Apabila sumber
daya yang dikeluarkan berada di bawah anggaran maka terjadi penghematan.
Sebaliknya, apabila sumber daya yang dikeluarkan di atas anggaran maka terjadi
pemborosan. Berikut perhitungan perbandingan realisasi pengeluaran dan anggaran
pengeluaran kota Surabaya tahun 2021:
Realisasi Pengeluaran
Rasio ekonomis ¿ x 100%
Anggaran Pengeluaran
Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi ¿ 94 %
2. Rasio Efektivitas
Realisasi Pendapatan
Rasio efektivitas ¿ x 100%
Anggaran Pendapatan
Rasio efektivitas ¿ 96 %
Terlihat pada tabel diatas bahwa pemerintah kota Surabaya tahun 2021 dapat
dinyatakan efektif dengan rasio 96%, dimana nilai tersebut berada antara 90% -
100%. Dilihat melalui hasil rasio dapat dikatakan bahwa pemerintah kota Surabaya
berhasil dalam merealisasikan anggaran pendapatan lebih besar dari target pendapatan
yang telah ditetapkan. Selain itu, dapat menunjukkan pula bahwa pemerintah kota
Surabaya berhasil dalam menjalankan program kerjanya, dikarenakan realisasi
anggaran sudah mendekati target anggaran.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan
semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan
outcome secara bersama-sama. Karena output yang dihasilkan pemerintah tidak selalu
berupa output yang berwujud tetapi kebanyakan juga bersifat tidak berwujud.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, beberapa kesimpulan yang sehubungan
dengan cara mengukur kinerja Pemerintah Kota Surabaya menggunakan metode
value for money dengan tiga pendekatan adalah sebagai berikut :
a. Hasil Analisa menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Surabaya pada tahun
2021 berdasarkan rasio value for money tergolong baik. Dimana hasil rasio
ekonomis berada pada nilai 87%. Nilai ini masuk ke dalam kategori ekonomis
karena berada dibawah 100%. Sedangkan untuk hasil rasio efisiensi berada pada
nilai 94%. Dimana masuk ke dalam kategori efisien karena berada dibawah 100%.
Serta untuk hasil rasio efektivitas berada pada nilai 96%. Nilai ini masuk ke dalam
kategori efektif karena berada diantara 90% - 100%.
b. Dari hasil analisa peneliti menyimpulkan bahwa metode value for money masih
dapat diterapkan untuk mengukur kinerja suatu organisasi. Baik untuk mengukur
keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
yang baik di Pemerintah Kota Surabaya tahun 2021 dan didukung oleh penelitian
terdahulu.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Pemerintahan Kota Surabaya, maka
saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu :
b. Pelayanan dapat dikatakan baik apabila fasilitas yang disediakan telah sesuai
standar operasional prosedur dan menjunjung kenyamanan publik. Maka
sebaiknya anggaran dapat terealisasi sebagaimana mestinya yaitu tidak
mengurangi kebermanfaatan dari apa yang direalisasikan. Sehingga pelayanan
yang diberikan akan tetap maksimal meskipun anggaran yang direalisasikan untuk
program kerja diminimalkan. Agar kedepannya Pemerintah Kota Surabaya
mampu meningkatkan kinerjanya agar pelayanan publik semakin baik dan
mendapat respon kepuasan public yang maksimal pada tahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA