Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

DIABETES MELLITUS
NAILAH RAHMAH 406181048
KEPANITRAAN ILMU GERIATRI PANTI JOMPO WERDHA KRISTEN HANA
PENDAHULUAN
 Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan meningkatnya populasi lansia di seluruh dunia, tak terkecuali

Indonesia

 Berbeda dengan dewasa muda, penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul

akibat penyakit dan proses menua

 Selain itu, gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, dan pola makan yang kurang baik juga menjadi

masalah pokok utama

 Faktanya, prevalensi merokok lansia pada kelompok umur 55-64, 65-74 dan 75+ cukup tinggi yaitu di atas 30%, dan
paling tinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (37,5%) dengan rerata jumlah batang rokok/hari sebanyak 13 batang rokok

 Sehingga dapat muncul berbagai faktor resiko yang menyebabkan lebih rentan untuk muncul berbagai

penyakit tidak menular dan degenerative lainnya yang salah satunya adalah diabetes melitus
EPIDEMIOLOGI
 RISKESDAS 2013  terutama paling banyak diderita oleh kelompok usia 55-64 tahun, lalu diikuti oleh usia 65-
74 tahun ,dan usia +75 tahun
 Prevalensi DM terus meningkat sesuai bertambahnya usia, oleh karena itu DM menjadi salah satu masalah
kesehatan utama pada lansia
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
TINJAUAN PUSTAKA

 Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes melitus merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya

 Berdasarkan keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan mengeluhkan apa yang disebut

4P : polifagi dengan penurunan berat badan, Polidipsi dengan poliuri, juga keluhan tambahan lain
seperti sering kesemutan, rasa baal dan gatal di kulit
PATOGENESIS

 Kerusakan sel beta pankreas oleh karena proses autoimun :

a. Harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini

b. Keadaan lingkungan seperti infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme pemicu, tetapi agen noninfeksius
juga dapat terlibat

c. Insulitis, sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monosit/makrofag dan limfosit T teraktivasi

d. Perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel asing

e. Perkembangan respon imun. Karena sel pulau sekarang dianggap sebagai sel asing, terbentuk antibodi sitotoksik
dan bekerja sama dengan mekanisme imun seluler  perusakan sel beta dan penampakan diabetes
PATOGENESIS
FAKTOR RESIKO
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
 Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan kedalam prediabetes yang
meliputi Tes Glukosa Terganggu (TGT) dan Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT), atau pemeriksaan HbA1c 5,7 – 6,4%
 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembenanan antara 140-199 mg/dl dan hasil pemeriksaan TTGO glukosa
plasma – 2 jam < 140 mg/dl
 GDPT : hasil pemeriksaan TTGO glukosa plasma – 2 jam 140 – 199 mg/dl dan glukosa darah puasa antara < 100 mg/dl
TATALAKSANA

 Tujuan : mencegah komplikasi akut dan kronik, meningkatkan kualitas

hidup dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderita DM


terkontrol sehingga sama dengan orang normal

 4 PILAR : Edukasi, Modifikasi pola makan, olahraga, obat


PRINSIP TERAPI PADA LANSIA
 Terdapat banyak guideline yang membahas mengenai pengobatan diabetes pada lansia, namun dikarenakan banyaknya

penyakit penyerta akibat penurunan berbagai fungsi tubuh, tatalaksana pada lansia memiliki standar yang tidak dapat
disamakan dengan dewasa normal. Berikut beberapa rekomendasi sari para ahli untuk pengobatan lansia :

1. Lansia yang masih dalam keadaan baik secara fungsional yang artinya tidak terdapat penurunan kognitif, dan masih

memiliki harapan hidup tinggi maka pengobatan disamakan dengan dewasa normal

2. Goal therapy pada lansia dapat berbeda yaitu sering lebih tinggi dari nilai normal dan disesuaikan oleh tiap individu.

Tetapi apabila sudah terdapat gejala akan timbulnya komplikasi akut maka harus segera diterapi dengan baik

3. Faktor resiko yang berkaitan dengan kardiovaskular seperti hipertensi, kolesterol harus diterapi dengan baik

4. Skrining untuk komplikasi harus dilakukan guna mencegah gangguan fungsional lainnya

5. ADA goals untuk kontrol glikemik tidak spesifik berdasarkan usia, namun kadar HbA1c harus < 7%
EDUKASI

 Materi tentang perjalanan penyakit DM


 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
 Penyulit DM dan risikonya
 Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan
 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti hiperglikemia oral atau insulin serta
obat-obatan lain.
 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya
jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)
 Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia. o Pentingnya latihan jasmani yangteratur.
o Pentingnya perawatan kaki.
EDUKASI
TERAPI GIZI
Tujuan terapi gizi ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan :
 Kadar glukosa darah yang mendekati normal
 Glukosa darah berkisar antara 90-130 mg/dl
 Glukosa darah 2 jam post prandial < 180 mg/dl
 Kadar HbA1c < 7%
 Tekanan darah <130/80
 Profil lipid :
 Kolesterol LDL <100 mg/dl
 Kolesterol HDL >40 mg/dl
 Trigliserida <150 mg/dl
 Berat badan senormal mungkin, BMI 18 – 24,9
TERAPI GIZI
 Kebutuhan basal : Laki-laki = berat badan ideal (kg) x 30 kalori; Wanita = berat badan ideal (kg) x 25 kalori

 Koreksi (umur) : 40-59 th (-5%), 60-69 (-10%), >70% (-20%)

 Aktivitas

 Istirahat : +10%
 Aktivitas ringan : +20%
 Aktivitas sedang : +30%
 Aktivitas berat : +50%
 Berat badan (IMT) : Kegemukan (- 20-30%) ,Kurus (+20-30%), stress metabolik (+ 10-30%)

 Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20%, makan siang 30% dan makan malam 25%,
serta 2-3 porsi ringan 10-15% diantara porsi besar
 Komposisi nutrien berdasarkan konsensus nasional adalah Karbohidrat 45-65%, Lemak 20-25% dan Protein 10-
20%.
OLAHRAGA
 Tidak seperti dewasa muda, pada lansia olahraga menjadi sulit dilakukan akibat banyaknya penyakit penyerta, konsumsi
banyak obat, serta penurunan berbagai fungsi tubuh yang mengakibatkan limitasi aktivitas sehari-har
 Tujuan aktivitas pada lansia bukan hanya semata untu menurunkan kadar gula darah, namun lebih penting untuk
meningkatkan kemandirian, percaya diri, dan kualitas hidup
 Meski olahraga yang sangat baik dan terbukti dapat menurunkan kadar gula pada pasien diabetes adalah aerobik, namun
pada lansia hal ini harus melalui persetujuan dokter dan dapat dilakukan pada lansia yang masih mampu
 Pada lansia yang telah rapuh dan rentan hanya disarankan untuk aktivitas yang bersifat resistif, artinya yang dalam
keadaan duduk
 Untuk pasien lansia yang mengalami masalah tulang, terutama osteoarthritis, olahraga yang paling bagus adalah yang
melawan gravitasi contohnya adalah berenang
 Frekuensi olahraga adalah minimal 3X/minggu untuk aerobik dan 2X/minggu pada olahraga resistif

 Hati-hati pada lansia yang memiliki sindrom geriatri, akan lebih mudah hipoglikemia, hipotensi ortostatik, yang akan
diperparah juga dengan dehidrasi
OBAT
INDIKASI INSULIN
 Penurunan berat badan yang cepat

 hiperglikemia yang berta disertai ketosis

 ketoasidosis diabetic

 hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

 hiperglikemia dengan asidosis laktat

 gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang hampir maksimal

 stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

 kehamilan dengan DM/DM Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan

 gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat, kontraindikasi atau alergi OHO
INSULIN
KOMPLIKASI

 Akut : KAD, HHS, Hipoglikemia

 Kronik :

 Mikrovaskular : retinopati, neuropati, nefropati

 Makrovasklar : PJK, stroke, PAD

 lansia memiliki prevalensi tertinggi dalam amputasi kaki, infark miokard, gangguan

pengelihatan, dan end stage renal disease dimana dalam hal ini lansia ≥ 75 tahun memiliki

prevalensi lebih tinggi dibandingkan usia 65 – 74 tahun. Angka kematian akibat hiperglikemik

juga lebih besar dan lansia usia ≥ 75 tahun memiliki prevalensi tertinggi.
KOMPLIKASI AKUT
 Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yangditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yangtinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat.Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap
 Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat.
 Hipoglikemia ditamdai dengan penurunan kadar gula darah <70mg/dl
KOMPLIKASI KRONIK

 Retinopati diabetik : retinopati diabetik nonproliferatif, karena hiperpermeabilitas dan inkompetens vasa. Pada

retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina yang progresif yang merangsang neovaskularisasi yang
menyebabkan kebocoran protein-protein serum dalam jumlah besar. Dianjurkan penyandang diabetes
memeriksakan matanya 3 tahun sekali sebelum timbulnya gejala dan setiap tahun bila sudah mulai ada kerusakan
mikro untuk mencegah kebutaan

 Nefropati diabetik : Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit pada minimal 2x

pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Teradi hiperfiltrasi patogenik  proteinuria  peningkatan tekanan
intragolmerulus  inflamasi kronik  nefritis reversible  nefritis irreversible  CKD

 Neuropati diabetik : hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
PENCEGAHAN

 Primer

 Sekunder

 Tersier

 Pada lansia

Dapat dilakukan skrining untuk menemukan apakah terdapat diabetes atau prediabetes. ADA merekomendasi lansia
mulai dari usia ≥ 45 tahun yang memiliki berat badan lebih dan dengan faktor resiko harus dilakukan skrining GDP,
HbA1C, atau TTGO. Setelah terkonfirmasi maka dapat dilakukan segera modifikasi makanan dan obat-obatan.
Intervensi pengobatan pada lansia dapat berupa kontrol glikemik, penurunaan kadar lipid, pengendalian tekanan
darah, dan skrining untuk komplikasi kronik.
DAFTAR PUSTAKA
 Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. McGraw-Hill,USA. 2015
 Kemenkes RI 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
 Kemenkes RI 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia; PUSDATIN. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
 Kemenkes RI 2007. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
 Kemenkes RI 2011. Sistem Informassi Rumah Sakit; SIRS. Jakarta: Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI
 Kemenkes RI. Sistem Informasi Kesehatan Haji Indonesia; Siskohatkes. Jakarta: Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan RI
 Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1906.
 Kirkman MS, Briscoe VJ, Clark N, et al. Diabetes in Older Adults. Journal of the American Geriatrics Society. 2012: vol 35; 2650
 Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 2011
 Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV.
Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1857.
 Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196.
 PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI
 Gustavani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1873
 Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses/ Sylvia Anderson price, Lorraine Mc Carty
Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit[et.al.]editor bahasa Indonesia. Jakarta;2005; hal.1259
 PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta. 2006
 Ferriolli E, Pessanha FPAS, Marchesi JCLS. Diabetes and Exercise in the Elderly. Mes Sport Sci. Basel, Karger. 2014

Anda mungkin juga menyukai