KGD KULIT
Disusun oleh :
Pembimbing :
Nailah Rahmah (406181048)
dr. Gina Triana Sutedja, SpKK
Ivany Lestari Goutama (406181049)
Kartika Sanra Dila (406181084) dr. Novia Yudhitiara, SpKK
Latar Belakang
• KGD suatu keadaan medik serius yang membutuhkan
pertolongan segera mengancam nyawa.
• KGD mengenai seseorang /sekelompok orang pada
setiap saat dan di mana saja.
• Saat KGD terjadi tindakan pertolongan harus segera
dilakukan (pertolongan pertama - pertolongan yang di RS)
↓ mortalitas & morbiditas.
• Dibidang kulit penyakit KGD: Pemphigus vulgaris,
Sindrom Steven Johnson - Nekrolisis Epidermal Toksik, dan
Eritroderma kasus2 membutuhkan pertolongan yang
cepat & tepat ↓ kecacatan - kematian.
KGD KULIT
Pemphigus Vulgaris
PEMPHIGUS VULGARIS
• Epidemiologi :
• Autoimun :
• Tempat : awal pada mukosa mulut (dapat juga di hidung, faring, laring, dan vagina), lalu
beberapa bulan kemudian diikuti dengan lesi yang sama ditempat lain (kepala, wajah, dada,
axila, lipat paha, punggung, dan umbilikus). Dapat juga akut langsung diseluruh tubuh namun
jarang
• Sifat : tidak gatal, namun nyeri seperti rasa panas terbakar lesi pada mulut menurunkan
nafsu makan, suara serak, dan disfagia
• Lesi : tampak multiple, tersebar secara acak, diskret-konfluens, ukuran bervariasi mulai dari
lentikuler-plakat, kering (jika pecah maka basah), batas tegas, dengan efloresensi vesikel dan
bulla, flaccid, mudah pecah dan keluar cairan serosa dengan makula eritema disekitarnya. Jika
pecah erosi dan mudah berdarah.
Krusta (jika di kepala), mukosa jarang vesikel/bula dan lebih sering erosi
Lesi berupa erosi dengan
perdarahan, berjumlah
multiple, tersebar secara
acak, diskret, basah.
• Kulit : tampak vesikel/bula dengan atau tanpa erosi dan pendarahan dengan makula
eritema disekitarnya pada area predileksi. Dirasakan nyeri dan rasa panas seperti
terbakar + Nikolsky sign (+)
• PP :
sign (-). Jika sudah maka reduksi setengah dosis, dan tapering off sampai dengan dosis meintanance
• Imunosupresif
Plasmapharesis
• Sepsis
• Kakhesia
• Electrolite imbalance
• Ad sanationam : ad malam
KGD KULIT
• Pria = Wanita
• 80% : obat-obatan
1. CD8+
2. Sel NK
3. Makrofag
Pathogenesis
Exfoliatve Dermatitis
(Erythroderma)
Exfoliatve Dermatitis
(Erythroderma)
Definisi
• Eritroderma ialah kelainan kulit yang dtandai dengan
adanya eritema universalis (90%-100%), biasanya
disertai skuama. Bila eritemanya antara 50%-90%
pre-eritroderma.
• Mutlak eritema
• Skuama tidak selalu terdapat eritroderma karena
alergi obat sistemik
Epidemiologi
• Dapat terjadi pada usia berapapun namun jarang terjadi
pada anak-anak. Pria memiliki prevalensi yang lebih
tinggi dari wanita. Psoriasis merupakan penyakit kulit
utama yang mendasari terjadinya ED (Exfoliative
Dermatitis).
Etiologi
• Dapat disebabkan oleh berbagai penyakit kulit dan penyakit sistemik. Tidak
ada etiologi yang mendasarinya diidentifikasi pada sekitar 20% kasus DE
(kisaran,7% -33%) dan kasus-kasus ini diklasifikasikan sebagai idiopatik.
Psoriasis adalah penyakit kulit yang paling umum yang mendasari
menyebabkan ED (23% kasus), diikuti oleh spongiotik dermatitis (20%).
Kemungkinan pemicu untuk ED psoriasis:
• Obat-obatan, seperti litium, terbinafin dan antimalaria;
• Obat topikal iritan, termasuk tar;
• Penyakit sistemik;
• Menghentikan obat topikal kortikosteroid atau oral yang poten, metotrexate, atau
biological (efalizumab);
• Infeksi, termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV);
• Kehamilan;
• Stres emosional;
• Phototherapy burns.
Etiologi
• Dapat disebabkan oleh berbagai penyakit kulit dan penyakit sistemik. Tidak
ada etiologi yang mendasarinya diidentifikasi pada sekitar 20% kasus DE
(kisaran,7% -33%) dan kasus-kasus ini diklasifikasikan sebagai idiopatik.
Psoriasis adalah penyakit kulit yang paling umum yang mendasari
menyebabkan ED (23% kasus), diikuti oleh spongiotik dermatitis (20%).
Kemungkinan pemicu untuk ED psoriasis sertakan yang berikut:
• Obat-obatan, seperti litium, terbinafin dan antimalaria;
• Obat topikal iritan, termasuk tar;
• Penyakit sistemik;
• Menghentikan obat topikal kortikosteroid atau oral yang poten, metotrexate, atau
biological (efalizumab);
• Infeksi, termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV);
• Kehamilan;
• Stres emosional;
• Phototherapy burns.
Patofisiologi
• Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat
diketahui ialah akibat suatu agent dalam tubuh, maka
tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang universal.
Manifestasi Klinis
• Perluasan ukuran patch eritematosa dan menyatu
menjadi eritema dengan penampilan mengkilap,
melibatkan lebih dari 90% permukaan kulit pasien.
• Perubahan rambut Sisik di kulit kepala, alopecia, dan
dalam beberapa kasus, efluvium difus dapat dilihat.
• Perubahan kuku onikolisis, hiperkeratosis subungual,
perdarahan splinter, paronychia, Beau’s line, dan,
kadang-kadang, onikomadesis.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
• anemia, leukositosis, limfositosis, eosinofilia, peningkatan IgE, penurunan
albumin serum, dan tingkat sedimentasi eritrosit yang meningkat.
• Kehilangan cairan kelainan elektrolit dan fungsi ginjal yang abnormal
(peningkatan kadar kreatinin)
• Peningkatan kadar IgE telah dicatat pada pasien dengan DE yang tidak
terkait dengan dermatitis atopik, termasuk pada ED psoriatik.
• Histopatologi
• Temuan histopatologi berbeda, tergantung pada etiologi yang mendasari.
• Spesimen biopsi sering memberikan gambaran nonspesifik
hiperkeratosis, parakeratosis, acanthosis, dan infiltrasi inflamasi kronis.
Diagnosis Banding
Komplikasi
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
termoregulasi, gagal jantung berefek tinggi, syok
kardiogenik, sindrom gangguan pernapasan akut,
dekompensasi penyakit hati kronis, dan ginekomastia.
• Hipoalbuminemia
• Disregulasi suhu tubuh
• Sepsis
Tatalaksana
• Kortikosteroid
• Antihistamin
• Antibiotik
Prognosis
• Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik baik.
• Pada eritroderma yang belum diketauhi penyebabnya,
pengobatan kortikosteroid hanya mengurangi gejala dan
pasien akan mengalami ketergantungan dengan
kortikosteroid (corticosteroid dependece).
• Sindrom Sezary buruk
Pencegahan
• Obat dan iritasi yang sebelumnya menyebabkan ED
harus dihindari.
• Steroid sistemik harus dihindari psoriasis. Untuk
mencegah flare rebound.
• Mendidik pasien dengan penyakit yang mendasari
(misalnya, psoriasis, dermatitis atopik) tentang
kemungkinan pemicu ED (iritasi, penghentian tiba-tiba
terapi tertentu) juga dapat membantu mencegah ED.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
Wolff K. 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine ed VIII. McGraw-Hill Companies. United States.
2. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. Int
ed. Saunders Elsevier. Philadelpia, USA. 2013
3. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular
Immunology. 6th ed. Saunders Elsevier. Philadelpia, USA.
2007
4. Menaldi SLSW. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed
7. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.