Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PSORIASIS VULGARIS
FITRAH AMALIA (105101103820)

Pembimbing : DR. dr. Muji Iswanty, S.H.,M.H.,Sp.KK,M.Kes


BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kronis, diperantarai oleh sistem
imun, yang melibatkan terutama kulit dan persendian, dan mungkin
semakin memburuk seiring dengan usia. Manifestasi klinis psoriasis
berupa plak eritema yang berbatas tegas dengan skuama tebal diatasnya.
Lesi psoriasis biasanya tersebar simetris pada kulit kepala, siku, lutut,
daerah lumbosakral, dan lipatan tubuh. Ukuran lesi bervariasi dari
papula yang berukuran kecil sampai plak yang menutupi sebagian besar
tubuh. Etiologi psoriasis multifaktorial dan melibatkan interaksi yang
rumit antara faktor genetik, imunitas, dan lingkungan.
NEXT…
Berdasarkan perkiraan lembaga kesehatan dunia world health
organization (WHO) jumlah penderita psoriasis di setiap negara
mencapai 1-3 % dari total jumlah penduduk. Pada tahun 1999, Cholis
dkk melaporkan prevalensi psoriasis pada 10 rumah sakit pendidikan di
Indonesia yaitu antara 0,59%-0,92%. Secara umum berdasarkan data
epidemiologi di beberapa Negara tidak terdapat perbedaan rasio angka
kejadian psoriasis vulgaris pada laki-laki dan perempuan. Psoriasis dapat
timbul pada semua kelompok usia, namun 75% onsetnya sebelum usia
40 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Karunrung

Pekerjaan : Petani
• ANAMNESIS
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan gatal pada
bagian punggung yang dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Awalnya
muncul bercak bewarna merah pada bagian punggung dengan ukuran
seperti biji jagung dan terasa gatal. Karena terasa gatal pasien tersebut
sering menggaruk. Lama kelamaan bercak dirasakan semakin melebar
dan menebal, kulit pada ruam terkelupas, serta tampak bewarna putih.
Riwayat alergi di sangkal. Pasien dan riwayat keluarga yang memiliki
keadaan yang sama dengan penderita disangkal. Pasien tidak memiliki
riwayat hipertensi, diabetes dan penyakit jantung koroner.
• RIWAYAT
Riwayat penyakit : Tidak ada
Riwayat Keluarga : Tidak ada
Riwayat Kontak : Tidak ada
Hygiene
• PEMERIKSAAN KLINIS
Keadaan Umum : Sakit (ringan, sedang, berat)
Kesadaran : Composmentis/Uncomposmentis
Tanda Vital : Dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik : Dalam batas normal
Pemeriksaan Dermatologi
- Auspitz Sign : Positif
- Koebner Phenomena : Positif
- Karsvlek Phenomena : Positif
Pemeriksaan Histopatologi : Tidak dilakukan
• STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : Punggung dan Abdomen
Distribusi : Regional
Effloresensi : Makula Eritematous, berbatas tegas, disertai skuama putih
Tampak plak Eritematosa, berbatas tegas
dilapisi dengan skuama tipis berwarna
putih mengkilap pada abdomen

Tampak eritematosa, berbatas tegas


dilapisi skuama tipis berwarna putih
mengkilap di punggung
• DIAGNOSIS BANDING
1. Pityriasis Rosea
2. Dermatitis Seboroik
3. Tinea Corporis

• DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka pasien didiagnosa dengan Psoriasis Vulgaris

PENATALAKSANA
 AN
TERAPI TOPIKAL  TERAPI SISTEMIK
1. Kortikosteroid 1. Metotreksat
2. Vitamin D3 dan analog 2. Asitretin
3. Retinoid 3. Siklosporin
4. Antrhalin 4. Ester asam fumarat
5. Tar batubara 5. sulfasalazine
6. Inhibitor calsineurin topikal
7. Emolien

PENATALAKSANA
 AN
PHOTOTHERAPY  TERAPI BIOLOGIS
1. Ultraviolet A (UVA) dan 1. alefacept
ultrabiolet B (UVB) 2. efalizumab,
2. Psoralen dan terapi sinar 3. infliximab
ultraviolet B (PUVA) 4. ustekunab
• PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionim : dubia ad bonam

Ad sanactionam : dubia ad malam


BAB III
PEMBAHASAN
• DEFINISI
Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal,
ketombe atau ruam, meskipun sebagian besar pasien tidak
mengeluhkan rasa gatal. Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit
yang kronik dengan predisposisi genetik yang kuat dan memiliki ciri
patogenetik autoimun. Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak
eritem berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis, dan
transparan; disertai fenomena tetesan lilin, tanda Auspits dan Koebner.
• EPIDEMIOLOGI
Psoriasis menyebar diseluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis
bervariasi di setiap wilayah. Prevalensi anak-anak berkisar 0% di
Taiwan sampai dengan 2,1% di Itali. Sedangkan pada dewasa di
Amerika Serikat 0,98% sampai dengan 8% di temukan di Norwegia.
Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar
dengan angka prevalensi pada tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-
turut 0,62%; 0,59% dan 0,92%. Psoriasis terus mengalami
peningkatan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan di abnyak daerah
di Indonesia. Remisi dialami oleh 17-55% kasus, dengan beragam
tenggang waktu
• ETIOLOGI
Penyebab dasarnya belum diketahui pasti. Dahulu diduga berkaitan
dengan gangguan primer keratinosit, namun berbagai penelitian telah
mengetahui adanya peran imunologis. Psoriasis adalah penyakit
multifaktorial yang dipengaruhi oleh predisposisi genetik, lingkungan,
dan inflamasi yang dimediasi sistem imun.
• PATOGENESIS
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai
patogenesis psoriasis, tetapi peranan autoimun dan genetik dapat
merupakan akar yang dipakai dalam prinsip terapi. Mekanisme
peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang melibatkan berbagai
sitokin, kemokin maupun faktor pertumbuhan yang mengakibatkan
gangguan regulasi keratinosit, sel-sel radang, dan pembuluh darah,
sehingga lesi nampak menebal dan berskuama tebal berlapis-lapis.
• PATOGENESIS
 Aktivasi sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah sel makrofag
penangkap antigen (antigen presenting cell/APC) melalui Major
Compatibility Complex (MHC) mempresentasikan antigen tersangka
dan diikat oleh ke sel T naif. Pengikatan sel T terhadap antigen
tersebut selain melalui reseptor sel T harus dilakukan pula oleh ligan
dan reseptor tambahan yang dikenal dengan kostimulasi. Setelah sel T
teraktivasi sel ini berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori
kemudian masuk dalam sirkulasi sistemik dan bermigrasi ke kulit .
• PATOGENESIS
Dalam peristiwa imunologi tersebut rentetan mediator menentukan
gambaran klinis. Akibat peristiwa banjirnya efek mediator terjadi
perubahan fisiologis kulit normal menjadi keratinosit akan
berproliferasi lebih cepat dan pembuluh darah berdilatasi, berkelok-
kelok, angiogenesis dan hipermeabilitas vaskular diperankan oleh
VEGF dan VPF yang dikeluarkan oleh keratinosit
• GEJALA KLINIS
Keluhan biasanya berupa bercak merah bersisik mengenai bagian
tubuh terutama daerah ekstensor dan kulit kepala. Disertai rasa gatal.
Pengobatan menyembuhkan sementara kemudian dapat muncul
kembali. Dapat pula dijumpai keluhan berupa nyeri sendi, bercak
merah disertai dengan nanah, dan bercak merah bersisik seluruh
tubuh
TIPE PSORIASIS :
1. Psoriasis tipe plak
2. Psoriasis gutata
3. Psoriasis pustulosa generalisata dan lokalisata
4. Psoriasis inversa
5. Eritroderma psoriatika
6. Psoriasis arthritis
7. Psoriasis kuku
• DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang :
Dermatologi :
- fenomena tetesan lilin
- Fenomena auspitz
- Fenomena koebner
4. Histopatologi
• DIAGNOSIS
BANDING
• PITYRIASIS ROSEA
- DEFINISI : Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit
akut yang sembuh sendiri, dimulai dengan
sebuah lesi inisial berbentuk eritem dan
skuama halus
- ETIOLOGI : dipicu oleh agen virus
- GEJALA KLINIS : malese, nyeri kepala,
nausea, hilang nafsu makan, demam dan
artralgia. Terjadi di badan bentuk oval, anular
serta ruam terdiri atas eritem dan skuama halus
dipinggir
• DERMATITIS SEBOROIK
- DEFINISI : Dermatitis Seboroik (DS)
adalah penyakit papulskuamosa kronis yang
menyerang bayi dan juga orang dewasa. DS
ditemukan pada bagian tubuh yang tinggi
kosentrasi folikel sebasea
- GEJALA KLINIS : Lokasi yang terkena
sering kali di daerah kulit kepala berambut;
Dapat ditemukan skuama kuning berminyak,
eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa
gatal dan menyengat. Ketombe tanda awal
manifestasi dermatitis seboroik
• TINEA CORPORIS
- DEFINISI : Tinea Corporis yaitu dermatofitosis
yang menyerang daerah kulit yang tidak berambut
(glabrous skin), misalnya wajah, badan, lengan dan
tungkai. Dinamakan Tinea Corporis karena berdasarkan
bagian tubuh yang terkena, yaitu badan disebabkan oleh
golongan jamur Epidermophyton, Tricophyton dan
microsporum
- GEJALA KLINIS : lesi bulat dan lonjong, berbats tegas
terdiri dari eritem, skuama, kadang-kadang vesikel dan
papul ditepi. Daerah tengahnya biasa lebih tenang.
Kadang kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan
• EDUKASI
1. Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit kronik residif dan
pengobatan yang diberikan hanya bersifat menekan keluhan kulit
bukan menyembuhkan
2. Menghindari faktor pencetus (infeksi, obat-obatan, stress, dan
merokok)
3. Control secara teratur dan patuh terhadap pengobatan
DISKUSI
Efloresensi yang didapatkan pada pasien berupa makula eritematous,
berbatas tegas, skuama tebal putih, kering, kasar dan berlapis-lapis.
Lesi ini sesuai dengan lesi psoriasis vulgaris. Pada pemeriksaan
dermatologi didapatkan auspitz sign, koebner phenomena, dan
karsvlek phenomena yang positif. Auspit sign dan karsvleks
phenomena merupakan tanda yang didapatkan pada lesi psoriasis.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut
menderita psoriasis vulgaris dan diagnosis banding yang ada dapat
disingkirkan. Pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
psoriasis vulgaris mencakup pengobatan topikal, sistemik, fototerapi,
dan agen biologi. Untuk prognosis dari psoriasi vulgaris adalah Quoad
vitam ad bonam, Quoad functionam ad bonam, dan Quoad
sanationamdubia ad malam.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai