SKENARIO
Mahasiswa AB, 18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatalgatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar
badan, dan sering gatal pada daerah-daerah tertentu, bila keadaan
umum tidak stabil, dan stress. Disamping itu dalam keluargapun
kadang-kadang ada yang menderita gatal. Sering tidak mengikuti
kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang dirasakan
terutama bila cuaca dingin dan panas sekali. Sering menarik diri dalam
pergaulan.
KATA KUNCI
Mahasiswa, 18 tahun
K.U : Pruritus, eritema, skuama
pada sebagian besar badan.
Gatal pada daerah tertentu, bila
keadaan umum tidak stabil dan
stress
Keluarga ada yang menderita gatal
Gatal bertambah berat pada cuaca
dingin dan panas
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi dan histologi kulit!
2. Jelaskan bagaimana fisiologi pada kulit!
3. Jelaskan patomekanisme gatal, pembentukan sisik, dan bercak
merah!
4. Mengapa gatal bertambah berat pada cuaca dingin dan panas dan
dalam keadaan tidak stabil atau stress ? dan jelaskan macammacam eflouresensi!
5. Jelaskan adakah hubungan RPK dengan keluhan yang di derita ?
jelaskan etiologi gatal!
6. Jelaskan alur diagnosis pada skenario!
7. Jelaskan differential diagnosis 1!
8. Jelaskan differential diagnosis 2!
9. Jelaskan differential diagnosis 3!
8
4
1.
2.
3.
4.
Stratum korneum
Pore (pori-pori)
Batang rambut
Stratum lucidum
5.
6.
7.
8.
Stratum granulosum
Stratum spinosum
Stratum basale
Dermal papillae
14
12
11
15
9
9
10
13
13
16
16
9. Glandula sebasea
10. Kelenjar ekrin
11. Arrector pili muscle
12. Badan krause
FUNGSI
PROTEKSI
FUNGSI
ABSORPSI
FUNGSI
EKSRESI
FUNGSI
PERSEPSI
FUNGSI
TERMOGULASI
FUNGSI
PEMB.
PIGMEN
FUNGSI
KREATINISASI
FUNGSI
PEMB. VIT D
Pelepasan mediator
SEL MAS BASOFIL
Mensensitisasi
ujung serabut
saraf C
Histamin,
Prostaglandin, dll
Permeabilitas kapiler
meningkat
(Vasodilatasi).
impuls diteruskan ke
serabut radiks
dorsalis medulla
spinalis thalamus
Pruritus
Eritema
Kadar nukleotida yg
abnormal. (terutama
cAMP siklik dan
cGMP siklik)
Proliferasi dan
migrasi sel-sel
epidermis dg cepat
Epidermis menebal
Skuama
Terlepasnya mediator
radang (histamin, PG,
dll)
cAMP/cGMP
Vasodilatasi
kapiler
Mitosis sel2
epidermis
Pencetus Psoriasis
Pato vol 1 hal.164-165. Pato vol 2 hal, 1440. IPKK UI hal, 174
Etiologi Pruritus
Kehamilan
Senilitas
Penyakit
Hepar
Penyakit
Ginjal
Penyakit
Neoplastik
Mikosis
Fungoides
Pruritus
Neurologik
Pruritus
Psikologik
Penyakit
Endokrin
Penyakit
Lain
PSORIASIS
Epidemiologi:
Penyebaran di seluruh
dunia sekitar 1-2%
10-25% pasien mengalami
psoriasis arthritis.
Terjadi usia 20an - 50an.
Etiologi:
Trauma fisik
Infeksi
Stress
Obat
Faktor Pencetus:
Patofisilogi
epidermis
menjadi tebal
dan diliputi
keratin yang
tebal (sisik
yang
berwarna
seperti perak).
Jumlah sel-sel
basal yang
bermitosis
meningkat
Menuju
permukaan
epidermis
yang menebal
Gejala Klinis
Bercak-bercak eritema
yang meninggi (plak)
dengan skuama di
atasnya. Eritema
sirkumskrip dan merata
Skuama berlapis-lapis,
kasar dan berwarna putih
spt mika, serta
trasnparen.
Besar kelainan bervariasi:
letikuler, numuler atau
plakat, dapat
berkonfluensi
Terdapat fenomena
tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner
Penatalaksanaan:
Pengobatan untuk pasien
psoriasis bergantung pada
lokasi, tipe, dan keparahan
dari penyakit. Beberapa agen
yang sering digunakan yaitu :
a. Agen sistemik :
- Methotrexate, golongan
antimetabolit.
- Sintesis retinoid
- siklosporin
b. Analog vitamin D.
c. Sinar UV-B
d. Psoralen PUVA (UV-A)
pemeriksaan laboratorium :
1.pemeriskaan darah rutin,
mencari penyakit infeksi,
2.pemeriksaan gula darah,
kolesterol untuk penyakit
diabetes mellitus.
Prognosis:
Meskipun psoriasis tidak
menyebabkan kematian,
tetapi bersifat kronis dan
residif.
DEFINISI
ERITRODERMA
epidemiologi
ETIOLOGI
1. Eritroderma eksfoliativa primer
2. Eritroderma eksfoliativa sekunder
GAMBARAN KLINIS
Eritroderma akibat alergi
obat secara sistemik
Mula-mula kulit berwarna
kemerahan yang menyeluruh
tanpa disertai skuama. Pada
waktu penyembuhan baru
timbul skuama
TATALAKSANA
Beberapa prinsip tatalaksana eritroderma adalah:
1. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi
menyebabkan terjadinya penyakit ini.
2. Rawat pasien di ruangan yang hangat.
3. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah
medis sekunder (misalnya dehidrasi, gagal
jantung, dan infeksi).
4. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti.
5. Berikan steroid sistemik jangka pendek (bila
pada permulaan sudah dapat di diagnosis
adanya psoriasis, maka mulailah mengganti
dengan obat-obat anti-psoriasis).
6. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk
penyakit yang melatarbelakanginya.
KOMPLIKASI
Gagal jantung
Gagal ginjal
Kematian mendadak akibat hipotermi sentral.
PROGNOSIS
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni
karena alergi obat secara sistemik, prognosisnya
baik.
PITIRIASIS ROSEA
Definisi
Erupsi kulit akut
dan sering dijumpai
bersifat swarsirna
dimulai dengan lesi
inisial berbentuk
eritema dan
skuama halus,
Disusul oleh lesilesi yang lebih kecil
di badan, lengan
dan paha atas yang
tersusun sesuai
dengan lipatan kulit
Sembuh dalam 3-8
minggu
Contoh Gambar
Epidemiologi
Etiologi
Pitiriasis rosea
didapati pada
semua umur,
terutama antara 1540 tahun.
Pada wanita dan
pria sama
banyaknya
Belum diketahui
Ada yang
mengemukakan
hipotesis bahwa
penyebab virus,
karena penyakit ini
merupakan penyakit
swasima (self limiting
disease), umumnya
sembuh sendiri
dalam waktu 3-8
minggu.
PITIRIASIS ROSEA
Gejala Klinis
Gatal ringan
Pada umumnya tidak ada gejala konstitusi
Penyakit mulai dengan lesi pertama
(Herald Patch), umumnya di badan Soliter,
oval dan anular, diameter 3 cm
Diagnosis Banding
Tinea korporis
Penatalaksanaan
Simtomatik
Gatal : Sedativa
Topikal : bedak asam
salisilat + menthol 0.05%
Kortikosteroid topikal
sedang
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
Buku ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI
Slide kuliah dr.Nizamuddin
FISIOLOGI SHERWOOD halaman 485-487
Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK
UI, 1999: 126-31.
Debson RL, abele DC. The practise of dematology. Philadelphia: Haper & Row Publisher, 1990: 35-43.
Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK
UI, 1999: 126-31.