Anda di halaman 1dari 20

IMUNISASI PADA

LANSIA

Nailah Rahmah 406181048


Pembibing : dr. Yulia
PENDAHULUAN

Pengaruh aging terhadap sistem imun tubuh

 Fungsi sistem imunitas tubuh menurun sesuai umur

 Produksi immunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga

berkurang jumlahnya

 tubuh orang tua kehilangan kemampuan untuk membedakan benda asing

yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu bagian dari dalam

tubuhnya sendiri  peningkatan resiko penyakit autoimun

 Thymic involution : Volume jaringan timus kurang dari 5%, maka banyak sel

T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan penyakit


Imunisasi pada lansia

 Kurang berkembangnya imunisasi disebabkan oleh


karena adanya keraguan dari masyarakat maupun
petugas pelayanan kesehatan terhadap keamanan
vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai, akses
yang sulit, fasilitas yang kurang memadai dan
vaksin yang tidak tersedia
 Imunisasi dewasa dianjurkan bagi mereka yang berusia

diatas 12 tahun dan ingin mendapat kekebalan

 Pada usia lanjut (>60 tahun) akan terjadi penurunan

sistim imun nonspesifik, seperti penurunan produksi

airmata, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan

pengaturan suhu, serta perubahan fungsi sel sistem

imun, baik selular maupun humoral


Definisi Imunisasi

 Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten,


adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan
dengan cara memasukkan vaksin ke dałam tubuh manusia
 Kebal : tubuh mempunyai daya kemampuan untuk
mengadakan pencegahan penyakit dałam rangka
menghadapi serangan kuman penyakit tertentu.
 Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, belum tentu
kebal terhadap penyakit lain
Jenis Vaksin
 Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccines). proses melemahkan antigen tersebut

dilakukan melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik pada suhu rendah atau

pengurangan gen pathogen secara selektif. vaksin ini memberikan imunitas jangka panjang

 Vaksin Dimatikan ( Killed Vacciine/Inactivated vaccine). mengandung organisme yang tidak

aktif setelah melalui pemanasan dan penambahan bahan kimia

 Vaksin rekombinan. Susunan vaksin ini (misal hep B) memerlukan epitop organisme yang

patogen. sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop

bagi sel penerima vaksin

 Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA vaccines). dibuatkan berdasarkan isolasi DNA miroba

mengandung kode antigen yang patogen, masih dalam penelitian.


Persiapan

 Pasien : HALO  health, age, lifestyle, and


occupation  untuk menilai status kekebalan tubuh
pasien
 Vaksin : visual (kadaluarsa, warna, kejernihan, ada
gumpalan atau tidak)
Penyimpanan Vaksin

 Vaksin live attenuated : varicella dan zoster dapat di simpan di

dalam freezer (-15 s.d -250C), MMR dapat di simpan di frezer

dan kulkas, tifoid oral, yellow fever dan janesse encephalitis

dapat disimpan di kulkas

 Vaksin inactivated seperti vaksin tetanus, difteri, pertusis

(Td/Tdap) HPV, trivalent inactivated influenza vaccine (TIV),

hepatitis A, hepatitis B, haemophilus influenza tipe b (Hib),

pneumococcal polisakarida, meningococcal polisakarida dan


Cara pemberian

 Oral : polio
 Subkutan : campak
 IM : DPT, Hib, HB
 Intradermal : BCG
Indikasi

 Riwayat Pajanan: Tetanus toksoid, Rabies

 Resiko Penularan : Influenza, Hepatitis A, Tipoid, MMR

 Usia lanjut: Pneumokokus, Influenza, Herpes zoster

 Resiko Pekerjaan: Hepatitis B, Rabies

 Imunokompromais : Pneumokokus, Influenza, Hepatitis B, Hemofilus

Influenza tipe B

 Rencana bepergian: japenese B ensefalitis, Tifoid, Hepatitis A, Yellow

fever

 Jemaah haji: Meningokous, Influenza.


Contoh Sediaan
 Tetanus dan difteri,pertusis aselular ( Td/Tdap) : (IM) daerah
deltoid dengan dosis 0,5mL (pediacel®, tripacel ®, infanrix®,
infanrix-Hib®)
 MMR : Subkutan (SC) didaerah deltoid dengan dosis 0,5mL
Jenis vaksin; live-attenuated , Sediaan: Trimovax®, M-M-R II®
 Influenza : (IM) didaerah deltoid dengan dosis 0,5mL Jenis
Vaksin: inactivated dan live-attenuated, Sediaan : Afluria®,
Agriflu®, Fluarix®,Flulava®l, Fluvirin®, Fluzone®, FluMist®
Contoh Sediaan
 Pneumokok : (IM/SC) dengan dosis 0,5mL Jenis vaksin: Polisakarida ,

sediaan: Pneumo-23®

 Hep A : IM dengan dosis ( imunisasi Pasif dengan pemberian

immunoglobulin 0.02-0.06ml/kgBB), (imunisasi aktif dengan dosis 1ml)

Jenis vaksin: Virus inactivated, Sediaan: Havrix®, Vaqta®, Twinrix®

 Hep B : IM daerah deltoid, dosis remaja 5µg/mL (recombivaxHB®) atau

10µg/mL (engerix B), dewasa 10µg/mL (recombivaxHB®) atau 10µg/mL

(engerix B®), pasien hemodialisis 40µg/mL (recombivaxHB®) atau 40µg/mL

(engerix B®), pasien imunokompromais 10µg/mL (recombivaxHB®) atau

40µg/mL (engerix B®) Jenis Vaksin: DNA rekombinan


Contoh Sediaan

 Meningokok : IM dosis 0.5mL, Jenis Vaksin: Virus dilemahkan,


terdapat dua jenis vaksin polisakarida: 1. plain olysaccharide
vaccines, vaksin bivalen A&C. 2 Conjugated vaccines, serogroup
Cconjugated. Sediaan :Menactra®, Menveo®
 Varisela : SC dosis 0.5mL Jenis vaksin: live-attenuated : sediaan :
Varivax®
 Demam tifoid : IM/SC, dosis 0.5mL Jenis vaksin: Virus dilemahkan
dan virus mati , Sediaan: Typherix®, Typhim Vi®
Contoh Sediaan
 Yellow fever : . Diberikan subkutan 0.5mL dosis tunggal dan ulangan dapat diberikan dengan

interval 10 tahun, pasien yang sudah di-booster mendapat kekebalan menetap 30-35 tahun atau

seumur hidup. Jenis vaksin: live-attenuated, Sediaan : Arilvax®, YF-VaX®

 Japanese encephalitis : dosis primer diberikan 1ml subkutan diberikan pada hari-0,7,30 dan

booster 1mL diberikan dengan interval 2tahun Jenis Vaksin: Live-attenuated. Sediaan JE-Vax®

( belum tersedia di Indonesia)

 Rabies : IM di daerah deltoid atau paha anterolateral, dengan metode Zagreb 2-1-1 ( 2 dosis@

0.5cc pada hari ke-0; 1 dosis @0.5cc pada hari ke-7; dan 1 dosis @0.5cc pada hari ke-21 ).

Intradermal dengan dosis 0.1ml berupa twoside intradermal regimen (2-2-20-1-1) pada hari ke-

0, ke-3, ke-7, ke-28 dan hari ke-90. Jenis vaksin: Live-attenuated, Sediaan: RabAvert®


Contoh Sediaan

 H. Zoster : diberikan dosis tungal secara subkutan


pada region deltoid. Jenis Vaksin: Virus hidup,
Sediaan : Zostavax®
KIPI
 Perlu diketahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin ayang diberikan

ataukah secara kebetulan

 Efek tidak langsung dari vaksin dapat disebabkan kesalahn teknik pembuatan, pengadaan

dan distribusi vaksin, kesalahn prosedur, kesalahan teknik imunisasi atau kebetulan

 Gejala KIPI dapat timbul cepat maupun lambat dan bias berupa gejala local, sistemik,

reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya

 Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin berat gejalanya

 Reaksi ikutan pasca imunisasi disebabkan allergen yang terdapat pada vaksin,

mekainsmenya dapat berupa reaksi melalui Ig E ( Ig E Mediated) berupa eritema,

pruritus,edema, nyeri, urtikaria, spasme bronkus, hipotensi, aritmia, dan reaksi non Ig E

( Non Ig E mediated)
DAFTAR PUSTAKA
 Fatmah. Respons Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Makara
Kesehatan Vol. 1.2006:47-53
 Djauzi S, Anindito B: Manfaat imunisasi pada orang dewasa. Dalam: Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR, editor: Pedoman
Imunisasi Pada Orang Dewasa tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012
 CDC.Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) Recommended Immunization Schedules for Persons Aged 0 Through 18
Years and Adults Aged 19 Years and Older — United States, Early Release / Vol. 62 January 28, 2013
 Djauzi S, Rambe DS, Imunisasi:dahulu kini dan perkembangannya dimasa depan. Dalam: Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR,
editor: Pedoman imunisasi pada orang dewasa tahun 2012. Jakarta:Badan Penerbit FK UI; 2012
 Siegrist CA. Vaccine Immunology, Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA, (editor). Vaccines.Ed.5 Philadelphia: sauders Elsevier.
2008:17-36
 Winulyo EB. Imunisasi dewasa. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et all (editor): Buku ajar ilmu penyakit dalam.jilid I ed.VI:
Jakarta. Interna Publishing 2014:951-6.
 Yonata A, Karyadi TH. Tata cara Pemberian Imunisasi. Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR, editor: Pedoman Imunisasi
Pada Orang Dewasa tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012
 Rengganis I, Karjadi TH, Koesnoe S. Prosedur imunisasi. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et all (editor): Buku ajar ilmu penyakit
dalam.jilid I ed.VI: Jakarta. Interna Publishing 2014:939-46
 diunduh 18 januari 2015 dari http://www.historyofvaccines.org/content/howvaccines-work
 Jadwal Imunisasi Dewasa. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2017
 Loucq C. Vaccines today, vaccines tomorrow: a perspective: Clin Exp Vaccine Res 2013;2:4-7
 Siegrist CA. Vaccine Immunology, Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA, (editor). Vaccines.Ed.5 Philadelphia: sauders Elsevier.
2008:17-36
 Ahani AR, Koesno S, Idhayu AT. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Imunisasi.Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR,
editor: Pedoman Imunisasi Pada Orang Dewasa tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012
 Winulyo EB, mahdi DS, Herdiana D. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR, editor:
Pedoman Imunisasi Pada Orang Dewasa tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012

Anda mungkin juga menyukai