Anda di halaman 1dari 4

Rendi Dwi Prasetyo

2050302209

DIABETES MELITUS TIPE 2

Definisi
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel


terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal.
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin (resistensi insulin).

Epidemiologi

Diabetes mellitus merupakan permasalahan kesehatan yang dianggap penting karena


termasuk penyakit tidak menular yang menjadi target tata laksana didunia. Jumlah penderita
Diabetes Mellitus secara global terjadi peningkatan tiap tahunnya, penyebabnya antara lain
peningkatan jumlah populasi, usia, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Diperkirakan 578,4
juta penduduk dengan diabetes pada tahun 2030 dibandingkan 463 juta di tahun 2019 dan tahun
2045 jumlahnya akan meningkat menjadi 700,2 juta. Kasus diabetes secara global meningkat
hampir dua kali lipat. Hal ini menandakan adanya kenaikan faktor risiko berat badan yang
berlebih atau obesitas. Menurut International Diabetes Federation (2019) diprediksi adanya
peningkatan kasus DM di Indonesia dari 10,7 juta pada tahun 2019 menjadi 13,7 juta pada tahun
2030. Riskesdas, 2018 menyebutkan kasus diabetes mellitus di Indonesia merupakan salah satu
dari 10 besar penyakit yang di alami lansia

1
Patogenesis

Menjadi tua atau menua (aging) adalah suatu keadaan yang terjadi karena suatu proses
yang disebut proses menua. Proses menua merupakan fenomena universal, yang kecepatannya
atau laju prosesnya bervariasi dari satu ke lain individu. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
faktorfaktor endogen (genetis dan biologis) serta faktor-faktor eksogen (lingkungan, gizi, pola
dan gaya hidup, sosial, budaya, ekonomi dan penyakit). Menua adalah proses sepanjang hidup,
yang dimulai sejak permulaan kehidupan itu sendiri, tidak dimulai dari umur 55 tahun, atau umur
60 tahun, atau dari umur 65 tahun sebagai batas umur usia lanjut menurut WHO. Oleh karena itu
proses menua merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang dimulai dari sejak kehidupanjanin,
berkembang ke kehidupan bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan
akhirnya proses menua ini akan sampai pada segmen akhir kehidupan. Segmen akhir kehidupan
menurut Krammer dan Schrier dibagi menjadi tiga subkelas, yaitu kelasyoung old, umur antara
65-74 tahun, kelas aged (old) umur antara 75-84 tahun, dan yang terakhir oldest old atau extreme
aged ialah mereka yang berumur lebih dari 84 tahun.

Toleransi tubuh terhadap glukosa merupakan manifestasi dari tanggung jawab beberapa
komponen tubuh yang mengampu satu fungsi, yaitu fungsi ambilan glukosa. Komponen yang
dimaksud di atas adalah selsel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan
target yang menggunakan glukosa, sistem lain seperti sistem saraf dan peran hormonhormon lain
yang diproduksi oleh berbagai organ seperti glukagon, kortikosteroid, epinefrin dan lain
sebagainya. Walaupun demikian kornpleksnya fungsi homeostasis glukosa tersebut, tetapi tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankannya. Namun demikian, seperti halnya mesin, akhirnya
terjadi kecacatan yang dapat kita amati dengan timbulnya apa yang disebut gangguan toleransi
glukosa (GTG). Dikatakan bahwa 50-92% usia lanjut menderita GTG. Gangguan toleransi
glukosa yang timbul pada ~sia lanjut tersebut, ada yang masuk kriteria toleransi glukosa
terganggu, ada yang masuk kriteria diabetes melitus. Hal tersebut menggarnbarkan adanya
penurunan kemampuan ambilan glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran, khususnya otot rangka.

Skrining untuk diabetes dan pradiabetes

Orang dewasa yang lebih tua berisiko tinggi untuk diabetes dan pradiabetes, ADA
merekomendasikan bahwa orang dewasa yang kelebihan berat badan dengan faktor risiko dan

2
semua orang dewasa berusia ≥45 tahun sebaiknya diskrining dalam pengaturan klinis setiap 1–3
tahun menggunakan tes FPG, A1C, atau tes toleransi glukosa oral.

Rekomendasi tersebut didasarkan pada bukti tidak langsung yang substansial untuk
manfaat pengobatan dini diabetes tipe 2, fakta bahwa diabetes tipe 2 biasanya sudah ada selama
bertahun-tahun sebelum diagnosis klinis, dan bukti bahwa tanda-tanda komplikasi lazim pada
pasien “yang baru didiagnosis.

Diagnosis

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200
mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa. Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia >
45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.

3
Tatalaksana

a. Kontrol glikemik.
Efek penurunan glukosa pada komplikasi mikrovaskular, komplikasi kardiovaskular, dan
mortalitas.
b. Menurunkan lipid.
Intervensi penurun lipid khususnya pada orang dewasa yang lebih tua dengan diabetes
masih bum diketahui hubungan pastinya.
c. Kontrol tekanan darah.
Beberapa percobaan telah menyelidiki peran pengobatan hipertensi untuk mengurangi
risiko kejadian kardiovaskular.

Pemilihan obat didasarkan atas kasus perkasus, bisa dengan guar gum (belum beredar di
Indonesia), alpha glucosidase inhibitor (acarbose), bisa dengan biguanide (rnetformin) dan
dapat juga dengan sulfonilurea. Acarbose dan rnetformin urnumnya diberikan bersarna dengan
waktu makan, sedangkan usia lanjut pola makan sering rnengalarni perubahan, baik waktu,
jumlah rnaupun frekuensi. Mana yang makan pokok dan mana yang makan tarnbahan sulit
dibedakan. Oleh karena itu pernberian acarbose atau rnetformin masih memerlukan
pertirnbangan pula. Untuk sulfonilurea perlu dipilih yang mempunyai sifat rnenaikkan
sensitivitas insulin di perifir, efek hipoglikernik yang rendah, meningkatkan glikogen sintase
dan rnenurunkan pembentukan glukosa hepatik. Saat ini telah banyak sulfonilurea generasi
kedua yang dibuat sedernikian rupa sehingga dapat rnengatur konsentrasi insulin yang alarni.
Obatobat tersebut diharapkan lebih arnan bagi kedua jenis diabetes pada usia lanjut.

Anda mungkin juga menyukai